Tabitha berpura-pura tersentak kaget dan langsung berdiri, membalikkan badan untuk melihat sosok yang tiba-tiba berbicara padanya.
Alexander.
"Maaf, anda siapa ya?" Tabitha berusaha bersikap se natural mungkin dan masih memasang ekspresi waspada.
Alexander yang mendengar pertanyaan itu langsung mengulurkan tangannya. "Perkenalkan, saya Alexander Putra Wijaya."
Tabitha memiringkan kepalanya, memasang ekspresi berpikir, sebelum akhirnya memicingkan matanya pada Alexander. "Wijaya? Alexandria masih kerabat kakak?" ujar Tabitha dengan nada antusias.
Alexander mengangguk. "Saya kakaknya."
Dengan cepat, Tabitha meraih uluran tangan Alexander dan menjabatnya formal, sekaligus karena tak enak telah lama membiarkan Alexander menunggu balasan uluran tangan pekenalan itu. "Maaf sudah tidak sopan. Saya adalah Tabitha Eira. Hmm itu, bolehkah saya bertanya?"
Alexander menarik tangannya terlebih dahulu dan melangkah duduk ke kursi taman yang semula di dudukki oleh Tabitha. "Tentang adik saya?"
Tabitha menyusul Alexander dengan ikut duduk disisi Alexander. "Benar. Apakah Lexa baik-baik saja? Saya kehilangan kontaknya dan saya begitu mengkhawatirkan keadaannya saat ini."
Alexander menghela nafas berat, memandang kosong ke arah depannya. "Tidak, adik saya tidak baik-baik saja."
"Hah? Maksudnya bagaimana? Tolong jelaskan secara lengkap, kak." Melas Tabitha memandang penuh harapan pada Alexander.
Alexander melirik singkat pada Tabitha. Tidak menjawab pertanyaan Tabitha dan justru menanyakan hal lain. "Apa kau ingin bertemu dengannya?"
Dengan cepat, Tabitha mengangguk dan itu terlihat cukup lucu di mata Alexander. Alexander sempat berpikir, bagaimana mungkin adiknya yang terlihat garang dapat bersahabat dengan sosok yang justru kebalikannya ini.
Tak dipungkiri Alexander, bahwa Alexander terpesona dengan kecantikan yang dimiliki sahabat adiknya ini. Melihatnya dari wallpaper ponsel adiknya, ternyata tidak secantik aslinya. "Kau pulang jam berapa? Nanti kita pulang bersama untuk melihat adik saya."
Itu bukan sebuah ajakkan namun hampir seperti nada perintah. Namun itu tidak memberatkan Tabitha. Justru membuatnya mudah karena misinya akan berhasil.
"Saya pulang jam 12 karena setelah jam istirahat pertama, masih ada satu ujian lagi." Jawab Tabitha jujur.
Alexander mengangguk. "Saya akan menunggu di parkiran sekolah. Kebetulan saya masih ada perlu dengan kepala sekolah."
"Baiklah. Kalau begitu sekarang saya akan istirahat terlebih dahulu sembari mempersiapkan diri untuk ujian berikutnya. Sampai berjumpa kembali nanti, kak Alex." Ujar Tabitha sembari berdiri dengan senyuman manisnya.
Ketika Tabitha hendak pergi, pergelangan tangannya dicekal oleh Alexander. Membuat Tabitha mengangkat alisnya, pertanda bingung.
Tak diduga, Alexander mengeluarkan ponselnya dan mengarahkannya pada Tabitha. "Biarkan saya menyimpan nomormu karena bila nanti kesulitan mencari, saya dapat langsung menggunakannya."
Tabitha langsung mengambil ponsel Alexander, mengetikkan nomor ponselnya, dan dengan inisiatif melakukan panggilan telepon agar Tabitha sendiri mengetahui nomor Alexander. "Ini sudah kak." Tabitha menunjukkan layar ponselnya sendiri yang menampilkan nomor Alexander sebagai penelpon. Lalu menyerahkan kembali ponsel Alexander.
"Kalau begitu saya pamit dulu ya kak." Tabitha langsung pergi meninggalkan Alexander yang masih bergeming di tempatnya, menatap punggung Tabitha yang mulai pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0.2
FantasySuara Tabitha terdengar kembali, "lihatlah, saya meninggalkan semuanya disini, saya tidak membawa uang sepersenpun milik kalian, saya hanya meminta pakaian yang melekat pada saya sekarang, nyonya Hartigan dapat mengecek dalaman saya bila khawatir sa...