CHAPTER 7 - THE TRUTH

74 24 107
                                    

Sepanjang aku menulis cerita ini lagu-lagu One Ok Rock—suara Takahiro-kun selalu menyertai tiap kata-kata yang kutuangkan melalui tangan dan pikiranku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepanjang aku menulis cerita ini lagu-lagu One Ok Rock—suara Takahiro-kun selalu menyertai tiap kata-kata yang kutuangkan melalui tangan dan pikiranku.

So this is, one of my fav song, Wherever you are, kupikir liriknya juga lumayan cocok dengan chapter ini (˶◕‿◕˶✿)

***

Benaknya mengeluh, akibat masalah pelik yang terlanjur tercipta di waktu tak tepat. Terjaga dari rasa tercengangnya, Hiro mengambil alih payung yang masih ada pada Kana. "Aku akan mengejar Sachi," katanya pada Akira dan Kana.

Dua orang yang rupanya masih tenggelam dalam situasi yang sama pun baru tersadar dan mengangguk setuju.

"Ganbatte!" seru Akira dan Kana nyaris bersamaan pula.

Laki-laki itu membuka payung dan bersiap menerjang hujan, namun tarikan dari belakang mantelnya menghalau langkah selanjutnya, ketika ia menoleh matanya menjumpai tangan Senpai Aoi menahannya, diiringi oleh tatapan iba sarat akan permohonan, "Hiro-"

"Senpai, maaf," gumamnya mencoba memutus paksa harapan yang nyatanya masih tersimpan pada benak Aoi.

Cukup berat hati Aoi meloloskan mantel Hiro dan membiarkan laki-laki itu menerobos hujan. Mungkin waktu yang tepat juga untuk melepaskan harapan yang telah ia rawat baik-baik.

Memaksakan diri untuk menyudahi kebodohannya, yang gemar sekali menyiksa diri sendiri, menyukai seseorang yang jelas-jelas hatinya telah digenggam erat oleh orang lain, dan tak mungkin membalas perasaannya.

Kebekuan masih menghimpitnya, di saat sebuah tangan meraih dan menggenggamnya, lalu menariknya paksa dari tempat yang sama. Dari hadapan Katagiri Akira maupun Etsuko Kana.

"Aku pergi sebentar, ada yang ingin kubicarakan dengan Aoi," Yuta berucap untuk Akira maupun Kana.

"Ok, Senpai," jawab Akira.

Seakan tenaganya telah terserap tanpa sisa, ia tak memiliki kekuatan untuk berontak. Seluruh dirinya hanya mengikuti kehendak laki-laki itu, hingga Yuta memintanya untuk duduk di tempat yang cukup sepi, demi menghindar sebisa mungkin dari gangguan.

Yuta memandang Aoi prihatin, "Cukup sudah, kau tak bisa seperti ini terus," putusnya ingin menyingkirkan paksa sosok yang tak hanya singgah melainkan telah memenuhi dunia Aoi.

Benaknya yang masih dipenuhi puing-puing runtuhnya harapan enggan menanggapi Yuta lebih banyak, gadis itu hanya menggeleng.

"Jangan bertingkah semenyedihkan itu," sergah Yuta ingin sekali membangkitkan suara Aoi supaya menyahut. "Yamauchi Aoi!"

Usaha keras Yuta nampaknya berhasil mengusir linglung Aoi, "Kupikir kenyataan akan berakhir seperti dongeng, biasanya seorang putri akan berakhir bahagia walau di pertengahan ia akan menderita, bukan?" gumamnya tanpa tenaga.

Bring Me Back ✔️Where stories live. Discover now