33 : Pulang

1.4K 198 36
                                    

(Name) tersenyum puas, melihat Hannam yang sudah selesai dengan menara batu miliknya.

Cewek itu mendekati Hannam dan menepuk pundaknya.

"Selamat." ucap (Name) yang dibalas acungan jempol oleh Hannam.

Hannam menatap (Name) sejenak. Memerhatikan wajah sang dara yang kelihatan pucat. Dia mengernyitkan dahinya kemudian menempelkan punggung tangannya.

"Kau sakit?" tanya Hannam.

(Name) menggeleng, "Nggak, tuh."

Hannam mengangguk-angguk pelan masih tak melepas pandangannya dari (Name) membuat cewek itu merasa malu.

"Apaan sih."

"Kau keliatan nggak sehat. Betulan nggak apa-apa?"

"Iya. Mungkin gara-gara aku ketiduran di genteng semalam."

(Name) mulai melangkah meninggalkan Hannam, dia mau mengambil sepedanya dan turun ke jalanan. Hannam yang melihat itu pun segera mencari biksu dan berbicara sebentar dengan pria itu.

Tak lama, Hannam muncul. Tersenyum sumringah sambil membawa sepedanya.

"Balapan?" tanya (Name) sambil menyeringai.

"Takut siapa. Siapa takut." balas Hannam menyeringai juga.

Keduanya langsung menuruni gunung saat itu juga bersama biksu dan babinya. (Name) dan Hannam sangat bersemangat kali ini. Tak sabar menguji kecepatan masing-masing.

Biksu terkekeh melihat mereka. Entah kenapa dia jadi teringat masa lalunya.

"Mulai dari sini." langkah biksu terhenti begitu juga dengan (Name) dan Hannam. Mereka berdua mengangguk pelan dan menaiki sepeda mereka sambil menunggu aba-aba dari biksu.

Biksu menghela nafas dan bersedekap dada, "Kembalilah kesini secepat mungkin. Ingat apa yang sudah kalian pelajari." ucapnya.

"Yang kita pelajari?" tanya Hannam binggung.

"Menyusun menara batu?" sambung (Name) bingung juga.

Timbul perempatan merah imajiner di dahi biksu saat mendengarnya.

"Dasar anak-anak bodoh." gumam biksu kemudian menepuk bahu mereka berdua.

"Sudah, kalian tahu harus bagaimana kedepannya. Aku akan menunggu kalian disini. Bersenang-senanglah." ucap biksu lalu menghilang.

Hannam dan (Name) mengeratkan genggaman mereka pada sepeda mereka. Menarik nafas pelan dan dalam hitungan ketiga mereka melaju sangat cepat.

Pandangan keduanya menajam ke depan, hanya berfokus pada jalan yang akan membawa mereka menuju finish.

Nafas mulai terengah-engah, keringat pun mulai mengucur deras.

(Name) menggertakkan giginya, merasa tidak lebih lambat dan tidak lebih cepat dari Hannam. Walau tak memiliki skill yang berarti namun kecepatan keduanya adalah senjata terbesar mereka.

"Siap-siap kalah ya!!!"

"Nggak akan!"

Rasanya menyenangkan dan menantang bersepeda bersama teman. Yah dulunya sih (Name) cuma bersepeda sendirian. Hari-harinya suram dan biasa saja sampai dia bertemu dengan para Burung Kolibri itu.

Sama seperti Jay, (Name) sudah tertarik dengan sepeda sedari kecil karena pamannya a.k.a Sangho. Sangho yang waktu itu adalah seorang atlet pesepeda mengenalkan dunianya pada (Name).

Sangho menyayangi (Name) lebih dari apapun bahkan lebih dari dirinya sendiri. Begitu juga dengan (Name)  hingga cewek itu... tahu sesuatu.

Garis finish sudah di depan mata. Hannam dan (Name) menyunggingkan smirk bersamaan.

𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐈𝐍𝐃 || 𝐖𝐈𝐍𝐃𝐁𝐑𝐄𝐀𝐊𝐄𝐑Onde as histórias ganham vida. Descobre agora