03

223 10 1
                                    

"Lawan lo si kutu kupret Bima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lawan lo si kutu kupret Bima."terang kaisan dengan tak suka.

Rama langsung saja menepuk pelan tangannya, "Wow, enggak nyangka."

Alzerion mengukir senyum smirk di bibir indahnya. Bima laki-laki yang sudah menjadi teman bertengkar nya selama duduk di bangku putih abu-abu. Mengingat sejarah panjang diantara mereka membuat Alzeiron sangat kesal.

Mereka duduk di salah satu kursi yang tersedia di area balap motor. Acaranya belum dimulai, jadi mereka sedang mencari tahu siapa lawan dan menyiapkan formulir lainnya.

"Baguslah, gue bisa ngancurin kesombongannya lagi. " kata Alzeiron dengan tatapan penuh kebencian. Sebenrnya ia tak benci, namun ia kesal mengingat laki-laki itu selalu berhasil membuatnya sesak nafas.

Samudra menggelengkan kepalanya. Tangan nya mengambil kripik yang sedari tadi ada di depan nya lalu memakan kripik singkong itu. "Enggak baik menyimpan dendam loh."

Derion menepuk kepala Samudra hingga keripik yang di makannya jatuh ke tanah. "Lo diam aja deh Sam, enggak usah sok suci!"

"Lo kenapa sih sensi banget?" teriak Samudra dengan kesal.

"Lo yang bikin gue sensi! Lagian orang kayak si Bima itu memang cocok dimusuhi. Tengok aja tu muka songongnya, minta di pukul tau nggak?Apalagi mulutnya yang enggak bisa dijaga! " kata Derion sambil menunjuk kearah Bima yang tengah menatap mereka dengan tatapan angkuh seolah dia lah yang paling berkuasa disini.

"Muka dia tampang preman kampung jir." gumam Samudra. Tak heran sih, gaya Bima ini benar-benar seperti Prema.

Tindik di kedua telinga, lalu gelang rantai yang memenuhi tangan, Kalung salib yang melingkari lehernya, lalu pakaian serba hitam yang melapisi tubuh nya.

"Al, lo di telfon ni. " kata Rama yang sudah bosan mendengar getaran ponsel Alzeiron yang berada di depannya. Entah berapa kali sudah berbunyi, yang pasti itu membuat Rama bosan.

"Siapa?"

"Enggak tahu, nomor nya enggak di kenal." jawab Rama.

"Matin aja!" perintah Alzeiron yang sibuk menghisap rokoknya. Laki-laki ini biasanya tak akan mengangkat telefon dari orang yang tak ia kenal.

"Kayaknya penting, dia udah nelfon berkali-kali. " jelas Rama sambil terus memperhatikan ponsel Alzeiron yang masih berdering.

Alzeiron menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Tangan kirinya terulur untuk mengambil ponsel nya yang sedang berdering itu. Lalu laki-laki itu menggeser tombol hijau ke kanan untuk mengangkat telfon.

"Hallo, Alzeiron ku tersayang." sapaan Celsia terdengar dengan nada gembira memasuki pendengaran Alzeiron.

"Kemana aja sih? Aku nelfon udah enam kali lo. Aku kan udah kangen banget sama kamu."

"Gue sibuk!" kata Alzeiron lalu kembali Menghisap rokoknya. Jika ia tahu ini adalah nomor Celsia, ia akan memilih mematikan ponsel nya saja.

"Kamu sibuk? Maaf ya udah ganggu. Aku cuma mau nanyak, kamu besok mau aku buatin bekal apa?" tanya Celsia.

ALZEICIA(ON-GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang