[29] Kriteria?

35 3 0
                                    

Pop!

Gelembung permen karet itu meletus, lantas kembali disedot ke dalam mulut.

"Kau sedang mencari apa, Adik Manis?"

Celetukan itu mengejutkan El yang sedang mondar-mandir di depan kamarnya, ia masih menggaruk-garuk kepala ketika melongokkan kepalanya ke bawah sana, menatap Liam.

"Kak, apa kau melihat kalungku?" tanya El sedikit berteriak dari atas sana.

Liam tak langsung menjawab, ia terdiam sejenak seakan-akan suara El sedang dalam perjalanan menuju telinganya. Tiga detik, sampai mata lelaki itu membulat sempurna dan tubuhnya melompat dari sofa.

"Kalungmu hilang?!" pekiknya histeris. Dramatis sekali.

El mengangguk, wajahnya memasang ekspresi memelas.

Tanpa babibu, Liam segera mengambil seribu langkah dengan tempo yang sangat cepat, ia tidak lagi menaiki anak tangga, tapi melompatinya.

"Lihat dia, sudah tua masih juga tak bisa bersikap dewasa."

Nako muncul, turun dari atap dengan tatapan sinisnya. Kedua tangannya bersedekap, memandang remeh ke arah Liam yang berhenti bergerak.

"Dasar bocah tak punya sopan santun!" geram Liam.

Menjulurkan sedikit lidahnya, Nako makin menjadi-jadi, membuat Liam hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya berat. Ia harus sabar, nanti pasti ada waktunya untuk membanting bocah tengik itu.

"Kalung El hilang."

"Ya aku tahu."

"Bantu cari."

"Carikan kau, aku ada sesuatu yang harus kubicarakan dengan El. Jika nanti aku kembali dan kau menemukannya, akan kutraktir es krim."

"Sialan."

Keduanya sudah saling berhadapan dengan El yang menjadi penengah. Lantas tanpa perlu permisi, Nako meletakkan lengannya, melingkarkannya di bahu El.

"Mari."

"Ah tapi Kak--"

"Sudah, percayakan saja pada Liam. Dia memiliki hidung anjing."

"A-ah baiklah."

Liam termenung sejenak, ia mencoba memproses kejadian yang sedang berlangsung tanpa sadar Nako dan El yang sudah mulai menjauh dari posisinya. Lantas ia berbalik, lelaki itu berbalik dengan menampilkan wajah yang penuh tanda tanya.

"Hei? Itu pujian atau hinaan?"

"Pujian kok."

"Baiklah, terimakasih!"

Memandang punggung keduanya yang mulai mengecil, senyum Liam mengembang, setidaknya mulut Nako masih bisa melontarkan kata-kata manis.

***

"Dengar El, kau sudah setuju dengan apa yang kita bicarakan semalam. Perkara bahwa kau akan terjun ke dunia Holydead."

El mengangguk hikmat.

"Aku sudah membicarakannya dengan atasan. Dan kau saat ini akan bertugas sesuai order. Kau bisa mulai menetapkan kriteria orderan yang bisa kau penuhi nantinya. Paling lambat besok pagi, kau harus sudah menyerahkan kriteria itu kepadaku."

El terdiam sejenak, "Tapi Kak Nako, aku sudah menentukannya."

Tak menduga kalimat itu akan terlontar dari mulut El, Nako memperbaiki duduknya, "Apa itu?"

"Aku menerapkan kriteria yang simpel. Jika orang itu memiliki kesalahan yang sekiranya pantas untuk kubunuh, maka aku akan membunuhnya. Siapapun itu, berapapun umurnya dan bagaimanapun kondisinya. Aku akan bersedia membunuhnya."

THE LOST GIRL [UP TIAP HARI]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt