45. Tentang Azka dan Farah

5.5K 375 1
                                    

!note:
italic: flashback

–start–

Farah menghela napas pelan. Ia memandang wajah anaknya yang tertidur di pelukannya. Jika diperhatikan lagi, 90% wajah anaknya mirip sekali dengan Azka. Hatinya sakit ketika kembali mengingat ucapan Azka waktu itu.

"Mau ngomong apa?" tanya Farah yang baru saja masuk ke dalam kamar.

"Gio udah tidur?" tanya Azka yang menyadari keberadaan istrinya.

Farah mengangguk, "Udah."

"Kemarin aku ketemu papa kamu," ujar Azka dengan mata yang menatap lurus ke depan.

"Dimana?"

"Di cafe deket kantor," balas Azka. "Kamu tau nggak papa ke sana sama siapa?" lanjutnya.

"Sama siapa?"

Azka menghela napas pelan, "Rio."

Jelas Farah mengenali pria yang disebutkan oleh Azka. Pria yang cukup dekat dengannya sejak SMA. Tidak hanya ia, keluarga mereka pun juga sangat dekat. Namun, sejak ia menikah dengan Azka, mereka tidak lagi berhubungan dekat.

"Terus kenapa? Aku nggak mau bahas-bahas yang lalu," ujar Farah. Ia tahu bahwa Azka sering sekali mempermasalahkan soal hubungannya dengan Rio. Semua itu karena papa-nya yang sering sekali membandingkan Azka yang hanya seorang karyawan dengan Rio yang merupakan seorang dokter.

"Kamu nggak mau nurutin permintaan papa kamu?" tanya Azka yang membuat Farah terkejut.

"Kamu ngomong apa, sih?"

"Papa masih berharap kamu bisa sama Rio."

"Ya, terus kenapa? Kamu nyuruh aku nikah sama Rio?"

"Iya."

Farah menatap Azka terkejut, "Kamu gila! Suami mana yang malah nyuruh istrinya nikah sama cowok lain?"

"Kamu nggak capek hidup sama aku? Kamu nggak capek dihina-hina sama keluarga kamu?"

"Enggak! Aku nggak akan pernah capek!" ujar Farah dengan emosi yang sudah meninggi. "Atau jangan-jangan kamu yang capek?" lanjutnya.

Azka menghela napas pelan, "Iya, aku capek."

"Kamu yang buat aku bertahan. Kamu yang ngeyakinin aku bahwa semuanya baik-baik aja, tapi kenapa kamu yang nyerah duluan." Farah cukup kecewa dengan keinginan Azka untuk menyerah melawan keluarganya. "Tiga tahun aku berusaha bertahan dan tiba-tiba kamu matahin gitu aja. Kenapa?" lanjutnya.

"Ya, aku capek. Aku juga laki-laki yang punya harga diri tapi keluarga kamu nggak pernah ngehargain aku sebagai suami kamu." Emosi Azka mulai meningkat ketika mengingat semua hal yang telah dilakukan keluarga Farah.

Farah menggeleng, "Nggak, pasti ada alasan lain yang buat kamu kayak gini?"

Azka menghela napas pelan, "Udah, aku capek."

Farah tersenyum sinis, "Bener dugaanku, kamu berubah sejak pulang reuni. Kenapa? Karena ketemu Oci?"

"Aku bilang udah, aku capek."

"Kamu duluan yang mulai," ujar Farah kesal.

"Ya udah, kalau iya kenapa?" tanya Azka yang ikut terpancing. "Kenapa kalau aku keinget Oci lagi?" tanyanya lagi.

"Kamu gila, ya?"

"Setelah ketemu Oci lagi aku nyadar kalau hubungan kita dimulai dengan hal yang nggak baik," ujar Azka. "Aku sadar kenapa kita nggak bahagia selama ini," lanjutnya.

Our Traumas [End]Where stories live. Discover now