Perasaan

344 14 0
                                    

Jangan lupa komen, vote dan follow agar aku update dapat notifikasi.





















"Rasanya seperti kemarin ya Kai kita berantem". Kirana memandang sekeliling sambil tersenyum. Kaizo hanya mengangguk, ia setuju dengan perkataan Kirana. Masa kecil mereka sungguh sangat menyenangkan, tertawa bersama menikmatinya indahnya dunia bersama. Namun semuanya harus berakhir karena Kaizo yang harus pergi untuk menjadi anggota Tapops.

Kaizo menghela nafas dan melihat Kirana. Kenapa saat bersama Kirana ia merasakan malu dan sungkan. Padahal ia dan Kirana sudah berteman sejak kecil. Tidak bisa di pungkiri bahwa Kaizo mencintai Kirana, namun Kaizo tidak berani untuk mengatakannya. Takut hubungannya dengan Kirana akan renggang hanya karena perasaannya.

Biarkan saja perasaan ini ia pendam dalam-dalam, asalkan Kirana masih bersama dengannya. Meskipun nanti Kirana menemukan pasangan hidupnya, dengan lapang dada Kaizo menerimanya. Tidak ingin berlarut-larut dengan perasaannya, Kaizo dengan jail menepuk lembut kepala Kirana. "Dulu kamu lebih tinggi dari ku, sekarang lihatlah. Kamu lebih pendek, seperti semut". Kaizo berkata sambil tertawa puas menjahili Kirana. Sang empu yang dijahili merasa tidak terima, dengan kasar memukul bahu Kaizo.

Kaizo yang dipukul hanya tertawa saja, pukulan Kirana tidak sakit baginya. Dengan mudah Kaizo meraih tangan Kirana, menahannya. "Lihat, kamu sudah berbeda sekarang. Mana kekuatan mu itu Kira?, cih lemah!". Kirana mendengarnya semakin kesal dengan Kaizo, ia berontak agar terlepas dari genggaman Kaizo. Kaizo tidak membiarkan Kirana lepas dari genggamannya, ia menarik tangan Kirana. Alhasil Kirana terjatuh di badan Kaizo, wajah Kirana sangat dekat dengan Kaizo.


Kaizo mencoba dengan sekuat tenaga agar Kirana tidak mendengarkan detak jantungnya. Pipi Kirana merah seperti tomat, cepat-cepat Kirana bangkit dari badan Kaizo. Suasana sekarang menjadi sangat canggung, hening beberapa saat. Tiba-tiba terdengar suara yang familiar di telinga mereka yang membuat mereka sangat amat malu.


"Ekhem, sepertinya aku datang di waktu yang kurang tepat ". Terlihat Fang datang berdiri di samping Kirana. Kaizo dan Kirana melotot, menatap Fang dengan terkejut. " Sejak kapan kamu disini?! Kenapa tidak mengetuk pintu?! Tidak sopan!". Kaizo berkata dengan sangat kesal, menyilangkan tangan. "Aku sudah mengetuk pintu sebenarnya, abang saja yang terlalu asik. Lanjutkan saja, anggap saja aku tidak datang". Fang dengan wajah meledek langsung pergi dari ruangan. Kaizo dan Kirana saling menatap, namun Kirana dengan cepat memalingkan wajahnya dari Kaizo. Pipi Kirana masih merah, malah sekarang semakin memerah karena ledekan Fang tadi.

"Apakah tangan mu sakit?, sepertinya aku menarik tangan mu terlalu kasar". Kaizo meraih tangan Kirana untuk melihat pergelangan tangannya. Pergelangan tangan Kirana tampak memerah, Kaizo terkejut. Tidak menyangka ia menarik tangan Kirana sangat kasar. Kaizo mengelus pergelangan tangan Kirana, berniat untuk mengobatinya. Kirana yang diperlakukan begitu, semakin tersipu malu. Cepat-cepat ia pergi dari ruangan sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.



























Malam hari, suasananya sangat sunyi. Seluruh orang di kerajaan sudah tertidur, kecuali Kaizo. Ia sedang termenung menatap indahnya langit malam, dipenuhi dengan bintang-bintang yang bersinar. Apakah ia harus mengatakannya kepada Kirana soal perasaannya?, karena ia menjadi sangat resah dan gelisah seperti harinya. Kaizo tidak bisa tertidur dengan nyenyak hanya karena perasaannya kepada Kirana.


Menghela nafas, melihat ke arah jam tangannya. Sudah jam 12 malam, sudah lama ia menatap langit malam. Berbalik dan terkejut melihat Fang yang berdiri dengan diam. Fang dengan perlahan-lahan menghampiri Kaizo, tersenyum. "Abang kalau suka dengan kak Kirana, confess saja. Lagipula kak Kirana suka dengan abang, jangan sama-sama gengsi". Kaizo sekali lagi menghela nafas, berjalan ke arah tempat tidur dan duduk.


" Kau tak tahu perasaan aku Fang, aku suka dengan Kira. Ahh bukan, lebih tepatnya aku mencintainya. Tapi aku tak mau hubungan persahabatan yang aku jalani dan lewati bersama Kira , akan hancur hanya karena pertengkaran saat kami pacaran nanti". Kaizo berbaring, wajahnya tampak lesuh seperti tidak ada semangat untuk hidup. Fang yang melihatnya sungguh kesal, ayolah belum di coba sudah mundur duluan.


"Ya abang berusaha lah agar hubungan abang dengan kak Kirana berjalan dengan baik. Jika ada masalah, selesaikan dengan kepala dingin. Jangan langsung tersulut emosi, pastinya bakal renggang lah". Ucap Fang dengan nada sedikit kesal, dia kembali ke tempat tidur. " Sudah lah abang tidur, lihat garis mata abang itu. Sangat menyedihkan, dimana letak bijaksana dan tegasnya pemberontak legendaris ini". Fang berbaring, mulai tertidur membelakangi Kaizo.


Kaizo mendengus, kesal dengan perkataan sang adik. Ia bercermin, memang benar. Garisnya matanya sungguh menyedihkan, seperti tidak tidur berhari-hari. Setiap malam ia susah untuk tidur, pasti selalu tertidur di atas jam 1 malam dan bangun jam 6 pagi. Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, segitu lemahnya dia hanya karena cinta?. Padahal ia sudah membunuh dan mengalahkan musuh dengan mudah, namun karena cinta ia bisa sangat lemah.

Kaizo mengacak-acak rambutnya, sungguh bimbang dengan keputusannya. Melihat ke arah jam sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. Rasa kantuk menyerang Kaizo, dengan perasaan yang tidak tenang ia tertidur. Melupakan sebentar masalah tentang perasaannya.




































Duh maaf ya guys lama banget updatenya, author nya bingung dengan jalan ceritanya dan malas☺.

Brother ( Kaifang )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang