Puncak asmara

148 12 2
                                    

Jangan lupa vote, coment dan follow agar aku update dapat notifikasi



















Jam sudah menunjukkan pukul 6.50 , anak laki-laki berambut landak mulai terbangun dari tidurnya. Melihat ke samping tempat tidurnya, sudah tidak ada alien berperawakan manusia. Cepat sekali dia bangun, padahal Fang tahu bahwa alien di sampingnya, sang abang baru tertidur pukul setengah satu. Yah jika di pikir-pikir memang wajar bangun jam segitu, Fang saja yang keasikan tidur. Maklum, Fang memanfaatkan waktu liburnya untuk tidur.

Tidak ingin berlama-lama di tempat tidur, Fang akhirnya pergi untuk mencari udara segar dan sarapan. Namun kegiatan itu sedikit terganggu karena melihat sang abang dengan teman masa kecil mereka, Kirana. Tampak seperti sepasang kekasih jika dilihat-lihat. Dengan posisi saling berhadapan , mereka sedang sarapan bersama. Rasanya Fang ingin mendorong sang abang agar mencium Kirana tanpa sengaja (author juga) .

Oh ini adalah momen yang tidak boleh di sia-sia kan, jadi dengan cepat Fang duduk di salah satu tempat duduk untuk melihat momen mesra Kaizo dan Kirana. Tidak lupa dengan sebotol Coca-Cola dan lobak merah. Sungguh nikmat bukan? Makan sambil melihat kemesraan Kaizo dan Kirana.

Sebenarnya tidak terlalu mesra, namun yang membuat situasi mesra ialah cara memandang Kaizo. Kirana sedang bercerita tentang masa kecil mereka. Kaizo memandang Kirana dengan kagum, dengan satu tangannya nangkup wajahnya. Apa tidak so sweet cara memandang Kaizo kepada Kirana?. ( Aduh kalo author bakal salting brutal sih, senyum senyum terus).

"Hahaha dulu kamu pendek, udah gitu lemah. Kalah sama aku, padahal aku mukulnya pelan". Kirana berkata sambil terkekeh, mengingat masa- masa dimana Kaizo berlatih dengannya lalu kalah. " Tapi sekarang, lebih tinggian aku kan? Dan kekuatan ku lebih kuat dari mu". Ucap Kaizo dengan suara yang cukup serak, dia sedang sakit tenggorokan namun itu malah membuat dia semakin tampan.

Kirana cemberut, mengerucutkan bibirnya. Merasa tidak terima di bilang begitu, padahal memang kenyataannya. Kaizo hanya tertawa kecil, raut wajahnya seperti meremehkan Kirana. Dengan perasaan kesal Kirana meninggalkan Kaizo dengan menghentakkan kakinya. Kaizo semakin tertawa melihat tingkah laku Kirana, menganggap Kirana lucu.

"Suka bilang aja! Suka bilang aja!". Teriakan Fang kepada sang abang, kesal karena melihat tingkah romantis mereka tapi tidak memiliki hubungan. ( Seperti author yang kesel kapal Kaikira yang ga berlayar🙃). Kaizo mencari keberadaan suara Fang, lalu memandang si landak ungu dengan tatapan tajam.

Fang yang ditatap tajam hanya mengidikkan bahu, acuh tak acuh. Dia dengan santainya melanjutkan makannya, sambil meledek Kaizo. Kaizo mendengus melihat tingkah laku Fang, dia termenung. Di pikir-pikir, seharusnya dia confes saja kepada Kirana. Takutnya diembat oleh orang lain, urusan di tolak itu urusan nanti. Baik! Dengan tekad yang kuat! Kaizo akan confes kepada Kirana. Tapi dengan cara apa? Dia ingin confes kepada Kirana yang bisa dikenang oleh mereka. Tidak elit jika Kaizo confes hanya dengan sepucuk bunga dan mengungkapkan perasannya, itu adalah hal yang yang biasa. Dia ingin confes nya kepada Kirana luar biasa.

















"Jadi begitu Ramenman, apakah kamu tahu cara confes yang luar biasa? ". Ucap Kaizo dengan lirih, memandang ke bawah tanah dengan pasrah. Sekarang Kaizo sedang bersama Ramenman, teman seperjuangannya dulu. Dia dan Ramenman dulu adalah sahabat, namun karena perpindahan Ramenman ke tempur-A. Jadinya mereka jarang bertemu, itupun hanya hal yang mendadak.


"Hmm itu aku tidak tahu, aku tidak pernah confes kepada seseorang. Namun, aku berdoa untukmu. Cinta mu tidak bertepuk sebelah tangan". Ramenman menepuk bahu Kaizo dengan lembut, menyemangati sahabatnya agar tidak pantang menyerah. Sedangkan Kaizo, bukannya semangat malah semakin tidak bersemangat. Bukan karena di tolak, namun bagaimana nanti hubungan persahabatannya dengan Kirana jika mengungkapkan perasannya lalu di tolak. Apakah nanti mereka akan tetap akrab atau menjaga jarak?. Kaizo tidak ingin hubungan persahabatan mereka selama ini hancur karena perasannya.


"Sudah Kaizo, ungkapkan saja dulu. Jangan menyiksa dirimu sendiri. Aku kasihan dengan kamu, tampak seperti bukan Kaizo sang pemberontak legendaris". Ramenman sekali lagi menepuk bahu Kaizo, kali ini keras. Kaizo memandang Ramenman, memberikan senyuman terpaksanya. Mungkin memang benar apa yang dikatakan Ramenman, dia seperti tersiksa hanya karena perasannya. "Baiklah, nanti aku akan confes kepada Kirana". Ucap Kaizo dengan lirih, masih ada keraguan dalam suaranya.






















Aduh lama banget ga update update, buat kalian yang ujian sekolah semangat!!. Aku juga lagi ulangan sekolah nih.


Brother ( Kaifang )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang