Chapter II

470 70 5
                                    

"Aku membencimu."

Awal yang bagus untuk menyambut malam yang tiba.

Sung Jinwoo sudah tidak bisa menghitung lagi seberapa banyak sahabatnya ini mengutuknya dengan segala macam kata-kata mutiara yang indah. Di sisi lain Cale Henituse merasa jengkel dengan Sung Jinwoo, dirinya, karena memaksa dia untuk ikut serta dengan misi idiot. Tidak, bukankah kamu yang setuju dengan cepat tadi, Cale?

Bagaimana Cale tidak jengkel? Dia harus menyelinap ke hutan yang sudah di katakan hutan terlarang! Dan bahkan Sung Jinwoo tidak mengatakan ini sebelumnya!

Hutan terlarang atau dikenal sebagai Dark Forest, ini di penuhi oleh monster mistis yang tidak di ketahui, banyak monster-monster berbahaya. Katakanlah hutan ini adalah habitat makhluk berbahaya tinggal. Dan Jinwoo menyeret Cale masuk ke sana, padahal Cale adalah manusia paling lemah sedunia!

"Lie, bisakah kau berhenti mengutukku? Aku rasa telingaku akan berdarah jika kau terus melakukannya," ujar Jinwoo. Dia menghela nafas sambil mengusap dada.

"Hah? Maka itu lebih baik karena kau bajingan," jawaban dari Cale menohok hati Jinwoo. "Lagian kita ngapain sih kesini?!"

Sung Jinwoo tidak menjawab, memilih untuk diam dan terus menggenggam tangan mungil Cale Henituse agar tidak hilang- kabur sih lebih tepatnya.

Diamnya Jinwoo membuat Cale tambah kesal. Ini nih jeleknya seorang Sung Jinwoo, jika pergi ketempat seperti ini dia akan tetap diam tanpa memberitahu apapun. Yeah, Cale tidak masalah karena bagi Cale mendengar penjelasan itu merepotkan, tetapi tetap jika begini terus dia bisa panas dingin.

Mereka berdua terus melangkah ke dalam hutan di bawah sinar bulan yang menyempil masuk dari sela-sela pepohonan. Hingga-

AAAUUGGHWW

Sung Jinwoo berhenti, begitu juga Cale Henituse. Genggaman mereka semakin erat, seolah saling menjaga satu sama lain diantara penyatuan tangan.

"Iin..."

"Aku tahu, Lie. Aku tahu," ucap Jinwoo sambil mengelus punggung tangan Cale. Lantas mata keunguannya bersinar, menatap Cale. "Tidak usah khawatir.."

'Sejujurnya aku tidak khawatir.... tapi-' batin Cale berseru. Cale menggelengkan kepalanya, membuang jauh pemikiran-pemikiran buruk.

Pohon di depan mereka tercabut dengan sebuah genggaman tangan yang besar dan besar, menarik keluar dan melemparkannya. Menghadirkan sosok dari sang pemilik genggaman tangan tersebut. Orc, bukan Orc biasa tentunya.

"Lie, kau selalu ingin melihat pasukan Shadow, bukankah begitu?"

Cale yang berada tepat di belakang Jinwoo menatapnya dengan aneh. Ada apa dengan pertanyaan itu di kondisi seperti ini? Jangan-jangan,

"Keluarlah."

Suara berat nan dingin yang tidak pernah Cale Henituse bayangkan datang dari Sung Jinwoo, sahabatnya. Bersama dengan itu, sebuah bayangan tersebar hampir seperempat hutan. Mata cokelat kemerahan Cale terbelalak. Dia melihat keseliling, di mana para pasukan bayangan keluar dengan gagahnya.

"....sebanyak ini?" Tanpa sadar Cale menyeruakan pikirannya. Jinwoo yang mendengar itu hanya tersenyum tipis. Memamerkan Cale akan hal ini adalah salah satu alasannya, tetapi tentu saja bukan hanya ini.

"Ini baru permulaan. Penaklukan sebenarnya akan di mulai tak lama lagi."

.

.

.

Sebuah ruangan kelas yang di penuhi murid dan sang pengajar sangat sunyi dan terkadang hanya dihiasi oleh bisikan-bisikan tipis dari beberapa orang saja. Hari ini merupakan pembelajaran dari sejarah Acrash Kingdom yang mana sangat membosankan. Pasalnya, semua yang hadir hampir sudah tahu semua sejarah-sejarah Acrash Kingdom.

Duo in the Acrash KingdomDonde viven las historias. Descúbrelo ahora