Lembaran ketiga

231 33 1
                                    

Akhirnya, hari ini tiba, Diaksa dan Bumi sudah menghubungi pengurus panti bahwa mereka akan bertamu disana, hal itu telah disetujui oleh pengurus panti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhirnya, hari ini tiba, Diaksa dan Bumi sudah menghubungi pengurus panti bahwa mereka akan bertamu disana, hal itu telah disetujui oleh pengurus panti.

Sengaja, Nalaya tidak ikut karna yang pasti hati wanita itu akan perih melihat banyak anak malang berada ditempat yang tidak seharusnya mereka jadikan 'rumah'

Diaksa hanya memakai kemeja dan celana panjang, menambah kesan santai dan tidak terlalu formal, berbeda jauh dengan Bumi anak itu hanya memakai kaos dan celana pendek seperti akan pergi bermain dengan temannya.

"Abang beneran cuma pakai kayak gitu?" tutur Diaksa menghadap Bumi yang masih dengan sengirannya itu.

"Iya lah pakai apa lagi, kalau terlalu formal tuh kayak mau rapat dinas."

"Pakai celana panjang aja, Abang." timpal Bunda menepuk bahu kiri Bumi, anak itu langsung saja menunduk dan merucutkan bibirnya, namun hal itu malah Diaksa layangkan tatapan tajam.

Bumi menelan ludah kasar, ia melepaskan celana pendek itu dan mengganti dengan yang lebih panjang, setelahnya mereka langsung berangkat dengan membawa banyak mainan dan makanan.

"Nananananana~" Bumi tak sadar ia telah bersenandung dari awal keberangkatan, Diaksa paham, Mungkin kehadiran Haikal besok akan mengubah pribadi Bumi menjadi Bumi yang dulu.

"Abang, besok kuliah mau masuk jurusan mana?"

"Eung? Hukum aja gak sih? seru kayaknya deh!" Bumi menoleh ke arah sang Ayah, senyum lebar itu tak henti hentinya luput dari wajah sang empu, Diaksa pun mengangguk, pasti anak sulungnya ini sedang bahagia sekali.

"Yakin?"

"SMA nya kan aku ngambil IPS, jadi lebih gampang toh."

"Abang mau masuk kampus mana emangnya?"

"Terserah lah, semampunya aja."

"Ayah mampu kok kuliahin kamu,"

"Bukan Ayah, tapi otakku" ujar Bumi menunjuk otaknya sebelah kiri dengan wajah sedikit aneh, Diaksa tidak dapat mengartikan raut itu, seperti emoji awkard?

"Usahain yah, Abang." Bumi mengangguk, senyum pun tak lantas luput dari wajah tampannya.

Mobil Diaksa berhenti tepat digerbang putih besar, disana ada banyak anak kecil menyaksikan kedatangan Diaksa, dan juga Pak Ito yang membuka kan gerbang untuk Diaksa.

Anak anak berlarian menghampiri Bumi yang membawa banyak jajan, tampaknya Bumi dilahirkan dengan popularitas.

Bu Yani, salah satu pengurus panti itu menghampiri Diaksa dan mengajaknya masuk kedalam ruangan, meninggalkan Bumi dan 10 anak kecil di teras Panti.

Disana sudah ada Haikal dan Rian, berdiri diruangan itu menatap sendu manik Diaksa. tatapan ragu itu hanya dibalas senyuman oleh Diaksa.

"Rian boleh keluar."

StrangersWhere stories live. Discover now