Ancaman

258 27 9
                                    

Haii, maaf ya aku lama rehat wkwkwk
aku ga lupa kok punya akun wattpad, baru inget deng wq.


Modus Ryujin berjalan dengan lancar. Entahlah, dia sendiri bingung apa sebenarnya keinginan hatinya. Untuk sementara biar saja seperti ini.

Ryujin sebenarnya memiliki crush bernama Chaeryeong. Namun sudah hampir setahun dia memperjuangkan gadis itu, tapi dia seolah hanya seorang backburner. Chaeryeong hanya akan meladeninya jika dia merasa kesepian. Setelah dia baik - baik saja, dia bahkan tak membalas pesan Ryujin. Seperti saat ini, Chaeryeong sedang dekat dengan seorang siswa populer di sekolah. Selama itu pula Ryujin benar - benar merasa tak dianggap.

"Btw, kamu kenapa bisa suka Yujin deh, Ju?" tanya Ryujin membuka pembicaraan. Minju yang merasa tenggelam terlalu lama di pelukan Ryujin sontak tersadar, ia menjauhkan diri dan merapihkan rambutnya.

"I think... cinta pandangan pertama?" jawab Minju. Ryujin hanya memangut.

"Gue ke toilet bentar ya. Btw, makasih," ucap Minju sebelum benar - benar beranjak. Saat di depan pintu, ia berpapasan dengan Yujin dan Wonyoung. Mereka saling pandang sebentar, kemudian Minju memilih tak berucap apapun. Ryujin yang melihat itu hanya menghela nafas.

Beralih pada Wonyoung dan Yujin yang masih asik bercanda hingga ke tempat duduk mereka. Yujin meletakkan tas di bangku miliknya kemudian duduk di samping Wonyoung.

"Kamu ga bosen apa?" tanya Yujin. Wonyoung mengangkat sebelah alisnya.

"Bosen kenapa coba?" Tanya Wonyoung.

"Cantikkkk mulu, heran," ucap Yujin sambil menopang dagu pada tangan kanannya. Wonyoung yang mendengar itu tersenyum malu dan mengacak poni Yujin, "Gembel," ucapnya.

Yujin tersenyum lebar akibat perlakuan kekasihnya itu. Namun senyum itu tak bertahan lama tatkala seorang cowok jangkung datang menghampiri mereka.

"Wonyoung, kita dipanggil ke ruang kepsek," ucap cowok itu. Yujin menatapnya malas, namun tak bisa berbuat apa - apa. Sebenarnya ingin sekali ia berteriak pada dunia bahwa Wonyoung adalah miliknya, namun ia masih belum bisa menerima..


sanksi sosial

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Wonyoung kini sudah bersama cowok tadi. Mereka berjalan bersampingan menuju ruangan kepala sekolah.

"Emang ada apa sih, Hoon?" tanya Wonyoung keheranan.

"Ada yang mau diomongin sama kak Daah," jawab Sunghoon.

tok tok tok

Sunghoon mengetuk pintu, saat mendengar sahutan dari dalam barulah ia membuka pintu.

Keduanya kini tengah menghadap pada gadis dengan stelan rapi tengah memandang beberapa lembar foto secara bergantian.

"Makasih udah panggilin Wonyoung. Kamu keluar," ucap gadis itu pada Sunghoon. Sunghoon mengangguk kecewa, padahal ia sangat penasaran kenapa Wonyoung dipanggil sang kakak.

BRAKKK

Ia menggebrak meja kemudian melemparkan lembaran foto itu ke depan wajah Wonyoung. Wonyoung menunduk, melihat foto apakah itu.

Dahinya berkerut, ia menatap lekat pada foto itu hingga kelopak matanya melebar.

"I-ini—"

"Jelaskan,"

Wonyoung meremas rok di samping tangannya, otaknya tak bisa memikirkan jawaban masuk akal atas hal - hal ini.

Sementara sang kakak sudah memejam mata, memijat pelipisnya yang terasa nyeri.

"Ada orang ngancem kakak pake foto - foto ini. Ini Yujin, kan? Temen sekelas kamu?" ucap Daah tanpa ada keinginan untuk menatap adiknya atau sekedar membuka matanya.

"Kamu mau rusak nama baik keluarga kita?" ucap Daah lagi. Wonyoung menggeleng.

"Kalo di foto ini cuma kecelakaan, tolong jangan ulangi. Tapi kalo kalian emang ada 'hubungan', tolong akhiri. Keluar," Wonyoung yang mendengar hal tersebut diam tak menjawab. Ia bahkan tak tahu langkah apa yang harus ia ambil setelah ini.

Padahal ia merasa sudah sangat rapi menyimpan hubungannya dengan Yujin, tapi bagaimana bisa seseorang meguntitnya dan memberi ancaman pada keluarganya? Ini sangat tidak adil.

klekkk

Suara pintu yang terbuka mengalihkan pandangan keduanya. Pasalnya sosok itu sama sekali tak mengetuk saat ingin masuk.

"Oh, udah diskusi ternyata," ucapnya sambil menyengir, lebih tepatnya mengejek.

"Jadi gimana adek? Mau putus ama pacarnya?" tanya sosok itu lagi. Wonyoung menatap tak suka pada perempuan itu. Tatapan itu justru mengundang tawanya.

"Tau ga Da? Ternyata sekali dayung dua pulau terlampaui," ucapnya sambil memainkan ponsel ditangannya. Daah menyerngitkan dahinya, ia tak mengerti maksud dari lawan bicaranya itu.

"Anda ini siapa?" Wonyoung akhirnya memberanikan diri untuk bicara. Perempuan itu tersenyum kemudian mengulurkan tangan, namun ia tak menerima respon ramah dari Wonyoung.

"Bona, Kim Bona," ucapnya sambil terus tersenyum.













tbc

aku sudah meninggalkan work ini nyaris 2 tahun. Aku udah lupa banyak. Maafkan☝️

𝑾𝑨𝑵𝑻Where stories live. Discover now