🐣11. Hukuman 💢⛅

5.3K 599 221
                                    

~Annyeong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Annyeong... Yeye cambek~ 😁🥴

Kalian kangen tidak sama bayi-bayi nya Bunda Ora? 😉 paling kangen sama siapa?

Janlup komen, and vote nya kakak 🎈🍼

-Typo dimana-mana, maaf kalo kadang salah nama/salah ketik-

Happy Reading 🍓🎀

....





"BUNDA KAN SUDAH BILANG, HABIS SHOLAT SUBUH JANGAN TIDUR LAGI."

Bruk brak

Suara yang bersumber dari alat dapur dengan sengaja Kejora bunyikan, membuat ketujuh Putra nya menunduk takut.

"Bunda enggak tau lagi harus bagaimana. Bunda enggak mau tau, kalian harus tetap berangkat kesekolah."

"Bun tapi__"

"Langit mau bolos?!" Sela Kejora memotong ucapan Langit, bersamaan dirinya menghentikan kegiatan memasaknya.

Langit menggeleng, dan menunduk.

Kejora kembali berkutat dengan alat masak nya, mengabaikan ketujuh putranya yang masih terdiam tanpa menyentuh hidangan yang sudah ia siapkan.

"Sarapan, supaya pas di hukum nanti kalian tidak pingsan." Celetuk Kejora tanpa mengalihkan atensinya.

"Iya Bunda," jawab mereka bersamaan.

Kejora tersadar dari apa yang ia katakan barusan, seharusnya ia tidak mengatakannya. Setiap ucapan adalah doa, ia tidak ingin hal yang baru saja ia ucapkan terkabul.

Kejora beristighfar, menguatkan hatinya untuk tidak berkata apapun lagi.

"Setelah ini, langsung pergi ke sekolah."

"Iya, Bunda."

(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

"Yang bener aja, Bang." Ucap Leo, diangguki Izar.

"Elah, pendek itu tembok." Ujar Langit, menunjuk tembok yang berada didekat mereka.

Leo langsung menoyor dahi sang kakak, kesal. "Pendek dari mana, kalo kita jatuh, ketahuan anak OSIS, kena hukum?!"

"Double kill, banget." Sahut Izar bergidik.

"Terus gimana, kita mau pulang?" Tanya Langit, membuat Izar dan Leo diam.

Ketiganya memang terlambat kesekolah, karena waktu tujuh lewat lima belas menit, gerbang sudah di tutup. Sedangkan ketiganya sudah lewat sepuluh menit, alhasil dengan ide cerdas Langit, mengajak kedua adiknya itu untuk memanjat tembok belakang sekolah yang lumayan tinggi.

Jagoannya Bunda [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang