Prolog

29 6 2
                                    

Harris Steed memacu kendaraannya hingga 70 mil per jam—kelajuan yang masih bisa terus bertambah. Ia tidak peduli lagi dengan segalanya. Bagaimanapun, akhirnya Harris mendapatkan sabatikal-nya, cuti panjangnya. Resmi atau tidak, sabatikal tetaplah sabatikal.

Harris semakin dalam menginjak pedal gas. Chevrolet Sprint Turbo-nya meraung dan semakin melesat. "Persetan semuanya. Aku ingin bebas."

Ratusan mil perjalanan ia tempuh. Pagi seketika sudah berganti malam. Beberapa kali Harris berhenti untuk sekadar mengisi bensin. Ia tidak pernah lama beristirahat. Ini satu-satunya momen kebebasannya, dan kesempatan itu takkan datang dua kali. Harris tak bisa membuang waktu.

Malam telah larut ketika ia tiba di Route 285 Colorado. Ada sebuah motel berdiri tepat di pinggir jalan besar itu. Harris menengok tulisan pada tanda neon yang pecah di beberapa tempat: Silent West Motel. Tempat itu kusam seperti setengah tak terawat, menjadikannya semakin terlihat mengerikan di malam yang larut. Namun bagi Harris, justru itulah yang membuatnya menarik. 

Seperti ditarik oleh suatu daya misterius, di samping rasa lelah dan urgensi untuk mencari tempat beristirahat, Harris memasuki pintu depan. Di meja resepsionis, ia disambut oleh seorang bapak tua bertopi koboi. Ia memperkenalkan diri sebagai Mr. Mason.

"Selamat malam, Sir. Ada yang bisa dibantu?"

Tanpa banyak cakap, Harris mengisi buku tamu dan memesan kamar.

"Yang jelas, Mr. Mason, sepertinya aku akan tinggal lama sekali di sini."

"Baik, tidak mengapa, Mr. Steed."

Begitu Harris mengambil kunci dan bergegas menuju kamarnya, Mr. Mason menyahut lagi.

"Semoga tidak ada apa pun yang mengganggu Anda malam ini. Selamat malam."


***


*Cerita ini fiksi belaka. Bila ada kesamaan nama tokoh maupun tempat dengan dunia nyata, itu hanyalah kebetulan semata.

Silent West MotelWhere stories live. Discover now