06

141 20 0
                                    

Pukul 07.00 Malam, Kamp Perbatasan Kegubenuran Lahij dan Al-Bayda'.

Setelah selesai berpatroli Jeno memutuskan untuk duduk di teras depan Kamp, matanya menatap dalam diam bangunan yang digunakan oleh para Dokter relawan untuk beristirahat. Rencananya lusa mereka dan para dokter relawan bermaksud mengunjungi pemukiman terdekat untuk mengecek kondisi warganya.

"Apa yang kau lakukan disini Hyung?"

Jeno tersentak ketika Jisung bersuara dan mengambil duduk disebelahnya. Dia pun mengalihkan perhatiannya dari bangunan yang ia tatap sebelumnya ke arah lain.

"Mencari udara segar" Jeno menjawab singkat.

Jisung tertawa, "Benar. Meskipun terasa dingin disini cukup menyegarkan, apalagi ditambah dokter relawan yang masih muda-muda." Candanya yang membuat Jeno menatapnya tidak mengerti.

"Aku tau tenang saja, jangan khawatir. Kau tidak lupakan hyung jika aku ini pengamat yang baik" ucap Jisung kembali memberi petunjuk tambahan tentang gelagatnya saat ini.

Hal tersebut membuat Jeno sempat membolakan mata terkejut, namun selanjutnya ia menghela nafasnya dengan berat. Bagaimana dia bisa lupa dengan pengamat terbaik di timnya?. Sial.

"Coba pendekatan dengan Dokter Na. Kelihatannya di sangat ramah, kau yang dingin dan kaku akan sangat cocok dengan Dokter Na yang hangat." Jisung memancing dengan cara membujuk lelaki tersebut agar mengambil tindakan.

Masalahnya sejak para Dokter relawan datang, Jeno hanya memperhatikan dalam diam para dokter tersebut. Dan perhatian lelaki tersebut lebih sering tertuju kepada Dokter Na.

"Berisik. Bukan urusan mu"

Seperti biasa, Jisung sudah bisa menebak jika lelaki ini sangat nol pengalaman untuk urusan percintaan. Makanya sangat sulit untuk menjalin hubungan secara romantis. Jangan salah, meskipun kaku dan dingin serta sering menunjukkan sifat tegasnya lelaki berpangkat Sersan tersebut banyak yang menyukai. Tapi semuanya mundur karena mengingat betapa kakunya orang tersebut.

"Sudah aku bilang .. "

"Apa aku bisa mendapat makanan? Bisa kalian memberiku makanan dan minuman, aku dan adikku belum makan sejak kemarin"

Jeno dan Jisung terkejut saat mendengar suara lain diantara mereka. Anak kecil berkulit coklat berbicara menggunakan bahasa asing dengan wajah yang terlihat pucat dan seperti sedang menahan sakit.

"Aku tidak mengerti apa yang dia katakan" bisik Jisung pada Jeno.

Jeno menghela nafasnya, "Kau tunggu disini sebentar" pintanya pada Jisung yang tentu saja panik akan ditinggal berdua dengan anak ini.

Jeno berdecak, "Mengambil makan dan minum untuknya"

Jisung mengangguk dan hanya ber-oh, perhatiannya kembali tertuju pada anak tersebut. Ia pun tersenyum canggung dan menepuk-nepuk bangku batu yang digunakan oleh Jeno duduk tadi.

"Come here, you can sit " ucap Jisung malu-malu.

"Akh!!"

Jisung kembali dibuat terkejut dengan anak tersebut yang tiba-tiba memekik kesakitan sembari memegangi perutnya.

" Hei hei you okay ?" panik Jisung melihat kearah Jeno pergi tadi. Dan anak itu pun pingsan bersamaan dengan Jeno yang keluar dari ruangan penyimpanan.

"Hyung, Jeno hyung tolong!!" Jisung berteriak panik.

Jeno yang melihat kejadian didepannya pun segera berlari untuk menghampiri Jisung yang menahan tubuh anak yang sedang pingsan.

Two Suns || Markhyuck || [Completed]Where stories live. Discover now