15

210 19 0
                                    

Berapa hari Mark tidak melihat Letnan Donghyuck ya? 2 hari? 3 hari? 4 hari? Sepertinya sangat lama sekali sejak lelaki berpangkat Sersan itu harus dikarantina bersama dengan Dokter Na. Pasalnya ia merasa sangat rindu sekali pada Letnan yang telah menggenggam hatinya dengan sangat kuat itu.

Rindu dengan tawa Letnan Donghyuck, rindu dengan senyum secerah matahari pagi milik Letnan Donghyuck, rindu tatapan sinis milik mata indah Letnan Donghyuck, rindu dengan mulut pedas Letnan Donghyuck saat bicara dengannya, rindu raut muka Letnan Donghyuck ketika ia mengerjai lelaki itu. Mark sangat rindu dengan apapun yang ada pada diri Letnan Donghyuck.

Apalagi saat lelaki itu marah, wajah marah Letnan Donghyuck meskipun membuatnya merasa terintimidasi tapi secara bersamaan juga terlihat .. errr ... sexy. Terlebih tatapan matanya yang tajam saat menatapnya penuh peringatan.

Jadi jika ia bertemu dengan Letnan Donghyuck, akan dia peluk dengan erat, dan menghujami wajah indah milik Letnan Donghyuck dengan kecupan kupu-kupu. Dan yang paling penting ia akan mencium bibir yang membuatnya kecanduan sampai mereka nanti kehabisan nafas. Ah ... hanya membayangkan saja membuat jantungnya berdebar kencang.

Tanpa sadar Mark mengusap dadanya sendiri sembari tersenyum dengan tatapan menerawang. Membayangkan apa yang akan dia lakukan saat bertemu dengan Letnan Donghyuck.

"Sersan, kau tidak apa-apa?"

Dokter Na bertanya tidak habis pikir melihat Sersan Mark yang sejak tadi menunjukkan ekspresi wajah yang berubah-ubah. Sering kali menghela nafas dengan berat, terkadang tersenyum sendiri, dan saat ini Dokter Na melihat Sersan Mark mengusap dadanya sendiri.

Bagaimana Dokter Na tidak bergidik ngeri melihat perilaku Sersan Mark. Apalagi di ruang karantina ini hanya ada mereka berdua?

Suara Dokter Na membuat khayalan Sersan Mark buyar begitu saja, merasa sedikit kesal karena bayangan tentang Letnan Donghyuck menghilang begitu saja.

"Dokter tidak punya obat malarindu? Ternyata merindukan seseorang seberat ini" adu Mark pada Dokter Na, yang mana tentu membuat Dokter Na tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Memang Sersan Mark merindukan siapa?" tanya Dokter Na ragu serta hati-hati. Takut jika perkataannya menyinggung Sersan Mark.

"Ada seseorang, yang pasti sangat aku rindukan." Mark menjawab lesu, kepala yang sebelumnya menunduk secara perlahan menatap Dokter Na kembali. "Kenapa para dokter tidak membuat obat untuk penyakit malarindu? karena rasanya sangat menyiksa Dokter" ungkap Mark dengan suara terdengar lesu tidak bersemangat, seolah sedang mengadu kepada Dokter Na.

Anggap saja Mark memang berlebihan, karena dia benar-benar sedang mendalami perannya yang sedang merindukan Letnan Donghyuck yang tidak tahu sedang apa saat ini.

"Sersan, sepertinya infeksi virus sudah banyak menyebar didalam tubuh mu." Dokter Na bersuara kembali, kali ini suaranya tersirat ejekan untuk sang Sersan.

Pernyataan Dokter Na membuat Mark tertawa kecil. Hanya berdua didalam ruang karantina dengan pakaian pasien membuat keduanya mau tidak mau harus saling berkomunikasi satu sama lain. Dan, seiring dengan berjalannya waktu membuat keduanya menjadi dekat. Sersan Mark turut tertawa mendengar perkataan Dokter Na sebelumnya.

Sempat hening selama beberapa saat di antara Dokter Na dan Sersan Mark, wakil ketua tim Phoenix tersebut kembali kembali berbicara, "Dokter tidak pernah merasakan rindu pada seseorang yang rasanya seperti mau mati." Ucapnya yang kembali masih seperti mengadu pada Dokter muda tersebut.

"Dokter, apa Jeno sangat kaku sampai kau tidak merasa rindu pada orang itu?" mulut Mark bertanya dengan tidak tahu dirinya.

Meskipun begitu kalimatnya mampu membuat Dokter Na menegakan posisi duduknya. Wajahnya memerah mendengar nama orang yang sedang melakukan pendekatan dengannya disebut.

Two Suns || Markhyuck || [Completed]Where stories live. Discover now