7. Dreams Come True

13 3 0
                                    

Aku pernah bermimpi bercakap-cakap dan berhadapan satu meja dengan Mas Bupati. Semuanya terasa sangat nyata bahkan sampai ketika aku tertawa. Aku ingat setiap detil yang dipakai beliau. Kemeja putih dan jas hitam yang dipakainya pun saat ini terpampang jelas di depan mataku. Ah, ini yang namanya déjà vu. Jika saat ini yang aku alami adalah hal yang dulu aku impikan.

Bedanya kali ini aku bahkan tidak effort apa-apa. Tadinya aku bersikeras ingin mencari cara agar dapat bertemu dengan beliau secara langsung. Tiara adalah salah satu kunci karena dia masuk di circle para istri pejabat. Selebihnya aku bukan siapa-siapa tanpa Tiara. Tiara juga lah yang membuatku yakin untuk memasukkn karyaku dalam penghargaan "Creative Youth 2023".

"Simplenya balas budimu ke aku cuma satu." Tiara terkekeh bahagia, ketika aku mengucapkan ribuan terimakasih setelah namaku dihubungi sebagai pemenang.

"Apa itu?" Aku mengernyit agak sanksi. Pasalnya Tiara tanpa kekonyolan bukanlah Tiara. Dan pasti permintaannya diluar nurul eh nalar.

"Tenang.. Tenang.. aku nggak akan minta kamu ambilin airmata ikan duyung atau ari-ari bayi paus biar aku awet muda." Tiara terkekeh. Aku menahan nafas. Apa ini? Bayi dugong?

"Aku cuma mau nitip Melvin di hari Minggu. Itu harinya aku dan Oscar dating dan program hamil adiknya melvin. Cuma sampai aku berhasil hamil aja kok.. tenang aja.."

What!! Jadi informasi dan link yang berharga itu harus ditukar dengan kebebasanku di hari Minggu. Aku menjadi Nanny buat si Melvin. Oke, gambaran Melvin adalah si sok jenius berkacamata tebal – seperti bapaknya – sotoy, tapi resek mirip emaknya. Dia juga usil setengah hidup seperti tante setengahnya, si Celpi. Mungkin ini gara-gara Tiara sering nginep dan curhat sama Celpi waktu hamil Melvin. Duh, kenapa si Tiara nggak curhatnya sama Mama Dedeh aja gitu biar Melvin jadi anak anteng. Ya, intinya Melvin tidak akan membiarkan hidupmu tenang. Dia pernah dititipkan sama emaknya di rumahku. Dan Fauziah,si kucing kesayangan adikku bisa-bisanya dimasukkan ke dalam mesin pengering. Untung nggak sampai ditekan tuh pengering, kalau nggak bisa jadi kucing geprek si Fauzi.

Cukup tentang perjanjian itu. Kita pikirin belakangan. Sementara fokus ke mahluk manis di depanku ini. Mas Bupati sedang tersenyum sambil kedua garis matanya tertarik ke atas, menyipit sempurna. Beliau memang tidak memiliki lesung pipit tapi sudah cukup mempesona bak permen kaki dibuat rebutan anak SD.

Bagaimana bisa manusia sempurna itu kini di depanku?

Gwen... Lu udah berbuat baik apa sih? Membantu memerah susu kambing? Bantuin ngabisin dagangan Mak Lela depan gang? Yang pasti Tuhan udah baik banget bisa bikin aku sedekat ini dengan beliau.

"Jadi kalian dikumpulkan di tempat ini karena Mas Bupati ingin mendengar rencana pengembangan kalian tentang karya yang sudah dipatenkan tersebut. Dengan demikian Dinas Kebudayaan, Pariwisata, pemuda dan olahraga akan membantu dalam segi pendanaan dengan memberikan anggaran. Tapi semua sesuai dengan rencana yang harus kalian buat. Oh ya, kami juga meminta lengkap dengan vendor dan pihak yang akan membantu kalian mengeksekusi rencana kalian." Pak Hartono, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Dan Olahraga itu membuka pertemuan kami.

Aku dan beberapa pemenang lainnya dengan bidang yang berbeda mendengarkan dengan seksama. Ya meski dengan sekuat tenaga aku mencoba untuk mencerna setiap kata-kata Pak Kadis. Masalahnya yang di depanku diam dan tersenyum simpul membuatku deg-degan setengah mati.

"Baik. Jadi kita mulai dulu dari... uhm, saya ingin dengar dari Gwen..." Suaranya yang halus itu menyapaku. Aku terbelalak dan gelagapan.

"Eh saya..." Jujur aku sama sekali belum tahu mau membuat apa untuk rencana ke depan. Bahkan menulis novel online itu saja termasuk salah satu hal random yang kulakukan. Jadi aku dengan sekenanya menjawab.

"Merubahnya menjadi film!"

Dan semua tercengang.

Apalagi aku! Aku melongo dengan kebodohanku. Oke, aku ingin sekali novelku dialih mediakan menjadi film. Maksudku, keren kan kalau tokoh utamanya Bupati. Tapi perlu diingat juga biaya pembuatan film itu tidak sedikit. Kalau beliau menolak, terus aku kudu gimana? Jual ginjal? Atau jual otak aja deh lumayan di warung nasi padang laku!

Tiba-tiba Mas Bupati bertepuk tangan tentu saja diikuti oleh semua orang yang ada di ruangan itu. Total kami bertujuh saling bertepuk tangan menyambut ide gilaku.

"Itu yang saya inginkan.. Lalu konsepnya?" tanya Mas Radit lebih lanjut, sambil memasang ekspresi serius. Aku pun mengernyitkan kening mencoba mengolah kata dan imajinasiku.

Hmmm... tarik nafas Gwen. Ingat mimpi masa kecilmu ketika melihat suksesnya Novel Harry Potter dan filmnya yang kau tonton semingguan penuh di awal penayangan. Your deepest desire!

"Saya punya mimpi mengalih wahanakan novel yang saya kerjakan menjadi sebuah film. Serial seperti di Netflix dan sebagainya. Tentu saja ini tidak mudah jika digarap dengan sineas lokal. Tapi saya ingin membuatnya melokal dengan mengkaryakan sineas lokal. Kita tidak kekurangan sumber daya manusia. Skill mereka juga luar biasa. Kita akan mengangkat dari sisi pariwisata dan budaya yang lekat dari daerah kita. Film akan berbicara lebih lantang dari sekedar berita-berita. Apalagi kalau..." Aku menjeda penjelasanku.

Mas Raditya menunggu lanjutan kata-kataku. Semua orang sepertinya juga begitu. Tunggu.. perutku tiba-tiba mulas. Tahan Gwen! Jangan di saat sepenting ini kau malah pergi ke WC!

"Kalau Mas Raditya pun ikut bermain sebagai peran utamanya," ujarku, diiringi dengan senyum kecil.

Mas Raditya termenung. Sepertinya itu permintaan yang cukup berat. Tapi dia manggut-manggut.

"Aku bukan aktor yang baik. Diundang sketsa komedi saja belepotan. Tapi kalau diizinkan secara protokoler pejabat publik, ya why not? Tapi nanti kita coba bicarakan lebih lanjut. Selanjutnya tentu yang paling penting adalah segi anggaran. Tolong Gwen, siapkan seluruhnya dengan konsep yang matang. Lusa temui saya lagi disini. Saya ingin mendengarkan detailnya. Semua.. secara pribadi."

Rahangku jelas-jelas kehilangan engselnya. Yang tadinya Cuma melongo sesaat, sekarang sudah benar-benar terbuka lebar. Apa ini? Permintaan yang tiba-tiba tapi sangat menyenangkan!

"B-baik..."

***

Gwen-chana [Season 1 Completed]Where stories live. Discover now