12. Senyuman Ashraff

12 7 1
                                    

Happy Reading

*
*
*
-o0o-

Naya duduk termenung sambil memandangi langit malam lewat kaca jendela kamarnya. Dia memikirkan perkataan Lia dan Daniel mengenai seorang bayi sejak pulang dari rumah sakit tadi.

"Sayang...," panggil Ashraff.

"Iya, Mas." Naya berbalik lalu mendekati Ashraff. "Kenapa?"

"Kamu yang kenapa? Mikirin omongan Bang Daniel sama Mbak Lia?" tebak Ashraff yang malah tepat sasaran.

"Mas bisa baca pikiran orang, ya?"

Pertanyaan dari Naya membuat Ashraff mengernyit. "Kenapa kamu bisa bilang gitu, hm?"

"Mas selalu bisa nebak apa yang aku pikirin dan tebakannya gak pernah salah," balas Naya jujur.

Ashraff tertawa kecil lalu mencubit pipi Naya yang sedikit berisi itu. "Udah, udah, kamu gak perlu terlalu mikirin perkataan Mbak sama Abang di rumah sakit tadi."

"Tapi---"

"Sayang, jangan paksain diri kamu, ya? Urusan momongan dan kewajiban, Mas gak akan maksa kamu karna Mas gak mau kalau nantinya kamu ngelakuin itu karna terpaksa dan bukan didasari oleh cinta sama Mas," jelas Ashraff yang memotong perkataan Naya dengan menaruh telunjuk di bibir istrinya. "Mas ngerti gimana perasaan kamu sekarang. Hak itu bakal Mas dapetin hanya jika kamu udah bener-bener siap."

"Maaf ya, Mas."

"Kamu gak salah apa-apa, Sayang." Ashraff hanya bisa tersenyum dan bersabar untuk hal ini. Bagaimanapun dia adalah laki-laki normal yang memiliki nafsu untuk melakukannya, terlebih dia sudah memiliki istri dan memiliki hubungan selama tiga bulan.

"Mas," panggil Naya.

"Hm?"

"Coba Mas senyum deh. Senyum yang bener-bener lepas dan tulus," kata Naya. "Senyum yang sama kayak waktu Mas cium kening aku pas akad kemarin."

"Ada apa?" tanya Ashraff bingung dengan permintaan istrinya.

"Aku cuma pengen lihat aja karna keinget sesuatu."

"Duduk dulu, yuk, Mas mau dengerin alasannya nanti." Ashraff menuntun Naya untuk duduk di kasur bersama. "Kamu pengen liat Mas senyum?"

"Iya."

"Tapi, Sayang, Mas gak bisa ngelakuin itu kalau kamu suruh mendadak gini," kata Ashraff jujur. Jika dia melakukannya, yang ada Ashraff akan tersenyum kikuk dengan kesan seperti terpaksa.

"Yah...." Naya terlihat murung. Padahal niatnya ingin memastikan tentang apa yang sedikit dia ingat kali ini.

"Mungkin Mas bisa, tapi harus praktekin ulang semuanya."

Berpikir cukup lama dalam diamnya, akhirnya Naya mengiyakan saja, demi tujuannya mengetahui suatu hal, maka tidak apa.

"Yakin."

"Iya, Mas."

"Ya udah sini deketan lagi."

Naya menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Ashraff. Saat dirasa cukup, Ashraff pun memegang kepala Naya dan mencium kening istrinya cukup lama. Setelah di rasa puas, laki-laki itu pun berhenti dan tersenyum.

"Senyuman itu...."

Batin dan pikiran Naya saling kontak satu sama lain. Perlahan sekelebat bayangan dari senyuman seseorang di mimpinya kembali. Senyuman Ashraff benar-benar sama persis seperti senyuman laki-laki yang ada di dalam mimpinya itu.

Takdir Cinta [ON HIATUS]Where stories live. Discover now