VII. the truth spoken, close together.

48 5 0
                                    

Seharusnya, pesan terakhir yang Renjun kirim ke Wonyoung seminggu lalu, dibalas oleh perempuan itu. Namun nihil, jangankan balasan, pesannya cuma dibaca!

Diingat-ingat, tidak ada yang salah dengan pesan yang dia kirim, tidak pula melakukan kesalahan yang fatal yang bisa saja membuat Wonyoung tersinggung karenanya. Jangan-jangan ada?

Renjun yang sudah nyaris frustasi mengacak-acak rambutnya sampai berantakan, untung saja dia dan teman-teman yang lain sudah selesai tampil acara tahunan stasiun televisi. Jadi dia tidak perlu khawatir kalau stylist rambut, memarahi hasil karyanya hancur karena Renjun.

Sebetulnya, sedari tadi tingkah aneh Renjun diperhatikan oleh Jeno. Selain dia pengamat yang handal di dalam grup, tingkah Renjun sudah aneh dari beberapa hari yang lalu. Misal saja, seharusnya Renjun menaburkan lada di dalam kuah sup, namun yang dia masukkan malah bubuk cabai. Berakhir sup rumput laut yang jadi makan malam mereka, cukup pedas untuk membuat Jaemin berlama-lama di toilet.

Atau saja, ketika Jeno memangilnya kemarin untuk sarapan. Bukan nama Jeno yang keluar ketika Renjun melihat dirinya membuka pintu, melainkan kalimat 'Won' yang membuat alis Jeno mengerut. Walau Renjun beralasan dia sedang menghafal mata uang negara, Jeno tidak terlalu polos untuk tahu itu nama seseorang. Namun, grupnya tidak ada orang yang bernama dengan lafal Won.

Dengan tingkah yang sedari tadi terus mengecek ponsel berulang kali, senyum jahil di wajah Jeno terukir. Paham akan situasi ini.

Dihampirinya Renjun yang sudah berganti baju, lalu merangkul laki-laki yang kaget dengan tingkah Jeno yang tiba-tiba.

Renjun yang terlonjak dari duduknya, langsung menepuk paha Jeno dengan kesal. Untung saja dia tidak punya riwayat penyakit jantung, "Kenapa sih, suka banget bikin orang jantungan?"

Jeno menghapus jarak diantara keduanya, Renjun yang melihat tingkahnya mendadak memundurkan tubuhnya.

"Ada apa? Bilang yang jelas."

Jeno lantas memajukan wajahnya dekat telinga Renjun, membisikkan sesuatu di sana.

"Kamu lagi naksir orang ya?"

Mendengar tanya membuat air muka Renjun berubah kaget, namun dia cepat-cepat membantah ucapan Jeno dan berusaha lepas dari rangkulannya.

"Ngomong apa sih? Jangan aneh-aneh deh, Jeno-ya."

"Mukamu kelihatan banget-"

"AKU MASIH TUA DARI KAMU, PANGGIL HYUNG-"

"IYA MUKA HYUNG PERSIS ORANG YANG LAGI KASMARAN TAHU? DIKIRA AKU NGGAK MERHATIIN?"

Suara keduanya cukup bergema dalam ruang ganti, untung saja hanya ada mereka berdua dan beberapa staf yang terlihat tidak terlalu peduli dengan perbincangan keduanya.

Berhasil menutup mulut Jeno, dan memaksa laki-laki itu untuk diam setelah Jeno mengangguk pasrah.

Renjun malu sekali, tingkahnya sekarang semakin gampang disadari. Apalagi yang menyadarinya adalah Jeno, orang yang akan mengungkit hal tersebut sampai dia mati nanti.

"Aih, harusnya kita konsultasi sama Yuta Hyung, dia kan love expert. Pasti dia punya solusi buat masalah percintaan kamu!" seru Jeno berapi-api, membuat Renjun tambah mengkerut.

"Renjun Hyung~ Kenapa langsung diam nih?"

Renjun mendesah malas, sesaat Jeno mulai bergelayut manja di lengannya. "Memangnya kelihatan ya?" tanyanya, mengedikan alis ke arah Jeno.

Melihat wajah memerah, hingga ke telinga memenuhi wajah Renjun. Membuat tingkah jahil Jeno makin menjadi, "Kelihatan banget lah! Ayo sekarang aku buka konsultasi gratis buat kamu. Jadi ceritain siapa si 'Won' ini?- Ets, aku tahu dari waktu itu kamu salah panggil."

Tak TerbacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang