BAB 13

42 4 0
                                    

Saat Silvi dan Ning Kirana hendak menuju ke kamar Ning Kirana,suara berat menyapu kedua telinga mereka.

"Silvi Kirana kalian mau kemana?"tanya Gus Nadive.

"Ini Kirana mau ngajak kak Silvi curhat di kamar aku bang"ucap Ning Kirana.

"Ohh, Silvi bisa bicara sebentar?"ucap Gus Nadive.

"Bisa Gus"jawab Silvi.

"Nanti ya aku mau bicara dulu sama Gus Nadive"ucap Silvi kepada Ning Kirana.

"Iya kak jangan lama-lama ya"ucap Ning Kirana.

"Iya sebentar aja kok"ucap Silvi.

Gus Nadive pun mengajak Silvi berbicara ke taman pesantren.Sesampainya disana Gus Nadive bercerita tentang ayah Silvi.

"Begini sil saya mau ngomong aja kamu kalau dapat transferan dari ayah jangan langsung diambil ya"ucap Gus Nadive.

"Iya gak aku ambil kok Gus soalnya kan sudah dikasih sama Gusnya,uangnya dari ayah kan?"tanya Silvi.

"Uang itu sebenarnya dari saya"ucap Gus Nadive.

"Loh yasudah kalau gitu Silvi ambil transferan ayah aja"ucap Silvi.

"Jangan pakai uang ayah pakai dari saya aja itu bentuk nafkas lahir dari saya"ucap Gus Nadive.

"Lah kenapa Gus Nadive nafkahi saya?kan seharusnya yang nafkahi saya ayah bukan Gus Nadive"ucap Silvi.

"Yaa-gak papa kasihan nanti memberatkan ayah"ucap Gus Nadive.

"Lahhh? yasudah deh,sudah kan Gus saya ditunggu Ning Kirana Silvi pamit dulu ya assalamualaikum"pamit Silvi.

"Salim dulu"ucap Gus Nadive mengulurkan tangannya.

"Iya assalamualaikum"salam Silvi sambil menyambut tangan Gus Nadive.

"Waalaikumussalam"

Dari kejauhan terlihat seorang gadis yang melihat interaksi mereka merasa sedikit geram dan cemburu.

"Sebenarnya ada hubungan apa mereka sampai Silvi berani menyalimi tangan Gus Nadive"ucap gadis itu.

Silvi pun menuju ke ndalem hendak pergi menemui Ning Kirana.Sesampainya di ndalem Silvi dibuat bingung dengan sikap Ning Kirana.

"Assalamualaikum Ning Kirana"ucap Silvi lembut.

"Waalaikumussalam"ucap Ning Kirana acuh sambil melipat kedua tangan di dada.

"Kenapa sih Ning? Kok merajuk"ucap Silvi sambil tersenyum.

"Kakak lama,aku nungguin tau"ucap Ning Kirana lucu.

"Iya maaf ya ayo katanya mau curhat sama kakak"ucap Silvi.

"Gak mood aku mau pergi aja sama kakak beli eskrim,kakak mau kan?"ucap Ning Kirana.

"Eskrim!mau dong ayo"ucap Silvi antusias sambil menggandeng tangan Ning Kirana.

"Bentar aku minta uang dulu sama mas Fathan"ucap Ning Kirana.

"Iya"

"Mau kemana sayang?"tanya Gus Fathan kepada istrinya.

"Mau jajan eskrim boleh ya mas"bujuk Ning Kirana.

"Boleh ini uangnya"memberikan uang 50 ribu untuk Ning Kirana.

"Kalian mau kemana?"tanya Gus Nadive yang baru datang.

"Mau beli eskrim bang"ucap Ning Kirana.

"Ohh,nih sil buat kamu"ucap Gus Nadive memberi uang untuk Silvi.

"Gak usah Gus uangnya kemarin masih kok"ujar Silvi.

"Gak papa kak ambil aja"ucap Ning Kirana.

"Yasudah saya terima ya Gus"ucap Silvi menerima uang dari Gus Nadive.

"Yaudah mas Kirana pamit beli eskrim dulu ya,assalamualaikum"salam Ning Kirana menyambut tangan sang suami.

"Silvi juga mau beli eskrim dulu ya Gus, assalamualaikum"menyalimi tangan Gus Nadive.

"Waalaikumussalam"jawab dua laki-laki itu.

"Tahan juga ya Gus sampean sudah jalan 2 bulan pernikahan kuat banget imannya"ucap Gus Fathan.

"Emangnya kamu,adeku masih kecil udah isi aja"ucap Gus Nadive.

"Ya kan emang sudah di kasih kepercayaan sama Allah, Gusnya kapan"ucap Gus Fathan bangga.

"Gak penting ngomong sama kamu saya mau ke pesantren aja kalau gitu"ucap Gus Nadive.

"Yasudah hati-hati Abang iparku"ucap Gus Fathan jahil.

"Hmm, assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

Gus Nadive pun pergi menuju ke pesantren dengan berjalan kaki mengingat jarak antara ndalem dan pesantren yang dekat.Saat perjalanan menuju ke pesantren Gus Nadive di kejutkan dengan kehadiran Ning Ratih yang menyapa.

"Assalamualaikum Gus sendiri aja Gus Fathan nya gak ikut ke pesantren?"basa-basi Ning Ratih.

"Waalaikumussalam Ning,iya Fathan nunggu istrinya nanti bareng berangkatnya"ucap Gus Nadive.

"Oh iya Gus maaf saya mau tanya, Gus Nadive sama Silvi ada hubungan apa ya?maaf kalau saya lancang tanya"ucap Ning Ratih.

"Oh Silvi itu istri saya"ucap Gus Nadive masih tetap berjalan tanpa melihat kearah Ning Ratih.

"Loh Gus lupa kalau kita di jodohkan,kita kan sedang ta'aruf"ucap Ning Ratih.

"Loh Ning Kirana tidak di beri tau oleh Abi Ning,kalau kita tidak jadi dijodohkan karena saya punya pilihan"ucap Gus Nadive.

"Loh kenapa begitu Gus,padahal saya lulusan Yaman,jadi ustazah, seorang Ning seharusnya Gus itu menikah sama saya bukan Silvi yang notabenya seorang mahasiswi dan bukan seorang Ning"ucap Ning Ratih.

"Ning Ratih sadar Ning bicara begitu pada siapa,saya suaminya saya gak terima kalau istri saya di bandingkan sama Ning,memang Ning lulusan Yaman tapi istri saya pun tak kalah hebatnya dia yang menarik perhatian saya,saya punya pilihan lain Ning assalamualaikum"ucap Gus Nadive sambil berlalu pergi.

"Waalaikumussalam"jawab Ning Ratih.
(Bisa-bisanya aku kalah sama mahasiswi)batin Ning Ratih.

Di tempat Silvi dan Ning Kirana mereka sedang pulang menuju ke pesantren,saat pulang menuju ke pesantren jalan mereka di halangi oleh preman berjumlahkan 3 orang.

"Halo neng sendirian aja abang temenin yuk"ucap salah satu preman itu.

"Kak aku takut"lirih Ning Kirana di belakang tubuh Silvi.

"Gak papa tenang aja"ucap Silvi menenangkan.

"Kalian kenapa sih menghalangi jalan,gak ada kerjaan apa"ucap Silvi datar.

"Galak banget sih neng, perempuan kok galak"ucap preman yang seperti ketuanya preman itu.

"Jangan ganggu mereka!!"suara bariton pun terdengar oleh mereka.

"Wah ada pahlawan nih"ucap salah satunya.

"Mas Fathan"ucap Ning Kirana.

"Jangan ke sana dulu ada yang bawa senjata"ucap Silvi.

"Hah masak sih kak"ucap Ning Kirana.

TO BE CONTINUED
AMBIL BAIKNYA DAN BUANG BURUKNYA.

WASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAH

안녕 친구들

Jodoh Jalur PendidikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang