Kim Jae Won Threat

1K 82 11
                                    

Seorang pemuda dengan wajah yang imut dan sangat lembut datang ke RevolvaTech. Setelah bertanya pada salah satu karyawan yang bertugas di lobi, pemuda itu segera menuju ke ruang staf. Saat ia membuka pintu, ia melihat Jeon Hae Jin sedang memeluk Jungkook yang sedang menangis. Melihat pemandangan itu, ia menjadi terharu. Akhirnya, setelah sekian lama ia bisa melihat pamannya itu memeluk sepupunya.

"Igeon kkumi aniji?" tanya Jungkook saat Hae Jin melepaskan pelukannya. (Ini bukan mimpi kan?)

Jeon Hae Jin menggeleng. Ia menghapus air mata yang membasahi pipi sang putra. "Igeoseun kkumi anila, hyeonsilida." (Ini nyata, bukan mimpi.)

Jungkook lagi-lagi menangis. Ia benar- benar tidak menyangka jika sang ayah benar-benar memeluknya.

"Wesamchon..." panggil pemuda yang baru saja datang ke ruangan itu dengan perasaan haru. Hae Jin dan Jungkook menoleh nyaris bersamaan.

"Hyung..." lirih Jungkook sambil mendekati sosok itu dan memeluknya.

"Wesamchon..."

"Ssshhh! tidak perlu mengatakan apa-apa. Jimin-a. Wesamchon tahu apa yang ingin kau tanyakan."

Park Jimin, sepupu Jeon Hoseok dan Jeon Jungkook. Putra dari adik kandung Jeon Hae Jin, Jeon Hae In, yang menikah dengan putra sulung dari keluarga Park.

"Apakah ini berarti Wesamchon sudah bisa memaafkan Jungkook? Wesamchon sudah bisa menerimanya?" tanya Jimin yang membuat Jungkook menoleh dan menatap ayahnya. Sama seperti Jimin, pemuda itu juga menunggu jawaban dari laki-laki itu.

Hae Jin mengangguk pelan. Jungkook terisak-isak dalam pelukan Jimin.

"Apa yang selalu kau inginkan akhirnya terwujud, Koo. Wesamchon sudah memaafkanmu. Wesamchon sudah bisa menerimamu. Chughahae!" Jimin ikut merasa senang dengan kemajuan hubungan Jungkook dan ayahnya. Sejak dulu ia selalu sedih melihat sepupunya yang begitu asing dengan ayahnya sendiri. Kedua matanya berkaca-kaca karena haru.

"Ada keperluan apa kau kemari, Jimin-a? Apa ada masalah dengan Hae In?" tanya Jeon Hae Jin yang membuat Jimin melepaskan pelukannya pada Jungkook.

"Eomma baik-baik saja, Wesamchon. Aku datang ke sini karena ingin mengetahui apa yang Jungkook lakukan pada orang yang sudah menjual rakitan miliknya pada perusahaan lain." jawab Jimin sambil memperhatikan Jungkook yang menghapus air matanya.

"Do Ming Jae bujangnim pelakunya. Dia satu-satunya orang yang sudah melihat rakitanku itu. Bahkan Appa sama sekali belum pernah melihatnya." jawab Jungkook sambil duduk di sofa di samping Hae Jin.

"Jinjja?"

"Eoh. Entah apa yang sebenarnya dia inginkan. Aku masih tidak mengerti.  Tapi Appa sudah memberhentikannya dari perusahaan.  Aku tidak mau berurusan dengan dia." jawab Jungkook lalu menghela napas.

"Kau tidak ingin mendapatkan kembali apa yang sudah seharusnya menjadi milikmu?"

"Biar saja! Aku sudah tidak mau memakai rakitan yang sudah pernah dipakai orang lain. Aku hanya harus membuat rakitan dengan ide baru."

"Appa yang akan mengurusnya. Jika pihak produsen menyadari adanya tanda milikmu dalam rakitan itu, secara otomatis mereka akan langsung menghentikan produksi. Mereka pasti akan lebih memilih untuk tidak bermain-main dengan perusahaan kita."

"Wesamchon sepertinya yakin sekali..."

"Tentu."

Jungkook menatap Jeon Hae Jin dalam. "Gumawo, Appa!" ucapnya yang membuat sang ayah membalas tatapannya dan tersenyum. Ia menepuk-nepuk kepala sang putra pelan.

"Bagaimana dengan luka di tanganmu? Mani apha?" tanya Hae Jin yang langsung mendapat gelengan kepala dari Jungkook.

"Gwaenchana. Nanti aku akan meminum obat pereda nyeri begitu sampai apartemen."

Our Destiny (KookJin)Where stories live. Discover now