24

2.3K 131 0
                                    

Setelah pulang dari gala dinner, Arsenio dan Nadlyne langsung membersihkan diri masing masing. Nadlyne pergi ke kamarnya, begitupun dengan Arsenio

Sekarang Arsenio baru saja selesai mandi, ia segera mengambil piama dan menggunakannya, setelah itu ia duduk dibed. Arsenio terus memikirkan kejadian tadi di gala dinner

Sebetulnya siapa yang mengirim ancaman ini kepadanya? pikirannya sekarang sangat gelisah, ia menghembuskan nafas kasar kemudian meraih ponselnya, menekan nama seseorang dan menelponnya

"Gapa tambah keamanan dikantor dan butik Nadlyne" ucap Arsenio

"Sen, ini masih persoalan yang sama?" jawab Gapaulo dalam sambungan telepon

Sebetulnya ancaman seperti tadi bukan hanya baru sekali Arsenio dapatkan, ini sudah yang kesekian kalinya dengan kertas dan tulisan yang sama

Satu satunya orang yang mengetahui tentang hal tersebut adalah Gapaulo, Arsenio bahkan merahasiakan ini dari Nadlyne. Ia tidak ingin perempuannya merasa terbebani

"Iya. Kemarin pas gue direstoran beli makan sebelum gue kebutik Nadlyne, gue dapat tulisan yang sama dan gue langsung buru buru kebutik Nadlyne tapi syukur Nadlyne baik biak aja. Tadi digala dinner pun sama, ancaman itu ada lagi. Orang yang ngirimin ancaman itu ada dimana mana pa, gue takut terjadi apa apa sama Nadlyne" ucap Arsenio dengan suara lirih

"Sen lo tenang ya, kita terus cari tau semuanya. Don't worry, i will always be there to help you" ucap Gapaulo

"Thank you" jawab Arsenio kemudian sambungan telepon terputus

Setelah menutup teleponnya, Arsenio bergegas pergi ke kamar Nadlyne. Ia sekalian ingin meminta maaf atas tingkahnya tadi, saking paniknya ia bertingkah seperti orang bodoh

Tok.. tok..

"Nad, bisa buka pintu sebentar?" ucap Arsenio tetapi tidak ada jawaban

"Nadlyne" Pintu terbuka menampilkan Nadlyne yang sudah berganti baju dengan piama dan hijab yang disampirkan ke pundak

"Saya boleh masuk?" Nadlyne tidak menjawab, ia hanya melebarkan pintu dan langsung masuk ke dalam. Ia duduk dimeja riasnya untuk menuntaskan kegiatannya menggunakan skincare

"Saya masuk ya" Arsenio masuk kedalam, ia menutup pintu kamar dan menghampiri Nadlyne

"Saya minta maaf, are you angry with me?" Arsenio berdiri dibelakang Nadlyne, ia memandang Nadlyne dari cermin. Ucapan Arsenio tak dihiraukan Nadlyne, ia terus sibuk dengan kegiatannya

"Nadlynee, look at me" ucap Arsenio kembali sambil berlutut dan memutar kursi Nadlyne agar menghadapnya

"Maaf ya cantik, ayo dong ngomong sama saya nad. Marahin aja kalau saya salah, jangan diam aja kalau kamu ma—" ucap Arsenio terpotong

"Ssst, bawel deh" ucap Nadlyne meraup mulut Arsenio dengan tangannya

"Saya ga marah sama kamu, cuma sedikit kesal aja sama tingkah aneh kamu tadi" lanjut Nadlyne membalas tatapan mata Arsenio

"Maaf ya saya buat kamu kesal, maaf juga kalau tingkah saya buat kamu ga nyaman tadi" ucap Arsenio dengan tatapan teduhnya

"Nyaman nyaman aja sebetulnya, saya udah mulai terbiasa sama semua tingkah ajaib kamu"

"Serius?" tanya Arsenio

"Dua rius" jawab Nadlyne

"Love you nad" ucap Arsenio

Arsenio meletakan kepalanya dipangkuan Nadlyne dan memeluk pinggang sang puan dengan erat. Nadlyne kaget dengan pergerakan Arsenio

Jantung Nadlyne berpacu lebih cepat tidak seperti biasanya. Ia membiarkan posisi tersebut beberapa saat, sampai akhirnya berucap

"Sen, udah dong jangan kaya gini, saya mau tidur" ucap Nadlyne

"Ga mau, saya mau kaya gini terus aja" jawab Arsenio sambil mengelus lembut pinggang Nadlyne dan mengecup beberapa kali paha sang puan

"Sen saya geli sen, jangan dielus elus dong" ucap Nadlyne menahan rasa gelinya dan berusaha menjauhkan tubuh Arsenio darinya

"Saya berhenti elus elus, tapi ada sayaratnya"'

"Apa?" tanya Nadlyne

"Saya tidur disini" jawab Arsenio

"Kemarin waktu saya dibutik kan kamu udah tidur disini" balas Nadlyne

"Saya mau tidur disini lagi"

"Ga ah, lagian kamu mau tidur dimana? disini ga ada sofa" ucap Nadlyne

"Siapa juga yang mau tidur disofa, saya mau tidur dibed" balas Arsenio

"Terus saya tidur dimana kalau kamu dibed?"

Tanpa aba aba Arsenio berdiri dan menggendong Nadlyne menuju bed, ia meletakan Nadlyne dengan perlahan dan ikut naik ke bed. Arsenio segera mematikan lampu dan langsung memeluk tubuh Nadlyne yang ada disampingnya

"Arsennnn, saya ga mau tidur satu bed sama kamu" Nadlyne menjauhkan tubuhnya dari Arsenio

"Satu bed doang ga ada salahnya, lagian kita juga suami istri" Arsenio menarik tubuh Nadlyne kembali ke dalam pelukannya

"Saya ga mau, kamu aneh banget si. Kalau kamu ga per—" ucap Nadlyne terpotong karena mulutnya dibekap oleh Arsenio

"Udah tidur, kalau kamu masih ngoceh mulutnya saya lakban ni" ujar Arsenio

Mau tidak mau Nadlyne terdiam, lagian benar apa yang dikatakan Arsenio, mereka juga suami istri. Jadi satu bed tak ada salahnya kan? ia juga sudah malas menanggapi, sudah terlalu mengantuk

10 menit berlalu Arsenio sudah merasakan deru nafas Nadlyne yang teratur, Nadlyne sudah tertidur. Kemudian ia berucap

"Maaf ya cantik, kesannya saya memaksa kamu. Tapi kalau ga kaya gini kita ga akan pernah terbiasa" ucap Arsenio dengan mengelus lembut setiap inci wajah cantik Nadlyne

Arsenio mencoba tertidur tetapi belum bisa, ia terus memikirkan ancaman ancaman yang akhir akhir ini selalu berdatangan. Arsenio sangat mengkawatirkan Nadlyne, ia terus menatap wajah cantik Nadlyne yang sedang terlelap

"Saya takut kehilangan kamu nad, saya ga bisa hidup tanpa kamu. Kamu harus ada disisi saya selamanya, kita bangun hubungan yang kita inginkan bersama" ucap Arsenio. 30 menit berlalu akhirnya Arsenio mulai mengantuk, ia berucap

"Selamat tidur sayang, have a beautiful dream" ucap Arsenio lalu mengecup kening Nadlyne untuk beberapa saat. Kemudian ia pun ikut memejamkan mata disamping perempuannya dengan posisi Arsenio mendekap erat tubuh Nadlyne

Where Do I BeginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang