48. Rencana Hasan😍

92 9 1
                                    

Didalam kamar yang gelap, diatas ranjang yang sangat elegan Flori meringkuk, menangis, meraung pedih disamping banyak album foto. Ada foto-fotonya bersama Hasan, hingga foto mantan suaminya itu saat kecil. Flori rindu sekali pada Hasan. Flori ingin mereka bersatu kembali. Sudah cukup ia menghukumi dirinya sendiri selama 5 tahun lamanya hingga berimbas pada anak mereka berdua.

Bukan Hasan saja yang wanita itu sesalkan, melainkan Violetta. Wanita itu tak berpikir panjang kalau apa yang ia lakukan akan berimbas fatal pada anaknya. Anaknya bahkan baru tahu kalau anaknya memiliki ayah dan ayahnya masih hidup. Dirinya ini jahat sekali, bukan?

Berulangkali Flori mengucap rindu pada Hasan. Diusapnya foto berisikan wajah pria muda dengan dagu yang tegas, alis yang tebal dan bibir yang juga tebal. Rambut itu terhitung panjang hingga sedikit helaian rambutnya menutupi kening. Pria itu sedang tersipu malu. Flori ingat sekali kala itu mereka baru 3 bulan menikah dan Hasan masih malu-malu, bahkan masih sering memanggilnya 'Nona'.

"Hasan, i miss youu.... hiks. I miss you so much. I want kiss you... huuuu." Flori telentang menutup wajahnya dengan album foto yang tebal.

"I'm sorry, Hasan. I'm so sorry. I'm really sorry," lirihnya parau.

"Don't you know? This is the first time i take all your photos."

"Actually, i did hate you for so long."

"But.... you seems like you never hate me."

"Kamu luluhin hati aku lagi dengan mudah."

Wanita itu sekarang menyamping menghadap jendela besar yang dibiarkan dibuka hingga menghembuskan angin segar. Kini ia sadar betapa banyak pengorbanan yang Hasan lakukan. Semua yang Hasan miliki, Hasan berikan.

Flori terkekeh memandangi pantulan wajahnya pada ponsel. Wajahnya sembab sekali.

"Aku perlu kejar kamu, Hasan. Aku udah sia-siain kamu."

"Kamu berhak aku kejar,"

"Udah, Flo, jangan nangis. Jadi jelek, nih. Bengkak wajah! Hufft! Gimana bisa Hasan kepincut kalo jelek kayak gini?!" sembur Flori menepuk kedua pipinya berulangkali.

"Hasan tu sekarang konglomerat. Bete gua tu sebenernyaa!"

"Ck! Makin banyak saingan!" ucap Flori menggerutu.

Teet!

Suara speaker yang menempel diatas pintu kamar cukup membuat Flori terkejut. Diluar, di pintu kamarnya terdapat sensor khusus yang hanya bisa menerima sidik jari Violetta. Secara tidak langsung, itu Violetta.

"Mamiih!" panggil Vivi lembut.

"Mamih, Violetta wanna say sorry, mamiih!" ucap bocah kecil dengan boneka besar dalam dekapan.

"Mamih, you must be crying aren't you?!"

"Viol menyesal, mamih."

Ada satu pelayan tua setia bersimpuh di dinding samping pintu. Ia membimbing Vivi dan tak lupa mengapresiasi saat Vivi melakukan intruksinya dengan baik. Vivi patuh sekali pada susternya.

"Vivi ga bakal berbicara seperti itu lagi, mamiih."

"Ga bakal bicara guguk lagii."

"No guguk-guguk anymore!" tukas Vivi dengan sungguh-sungguh. Suara cadelnya meninggi kala memberi penekanan. Oh, tidak. Manis sekali.

Tak butuh waktu lebih lama, Vivi berhasil meluluhkan hati sang ibu. Pintu setinggi 4 meter itu dibuka, dan memunculkan sosok wanita cantik yang selalu memanjakannya.

"Bi Nyus said, anak tidak boleh berbicara kasar pada her mother." Vivi nyelonong masuk sembari mendongak polos.

"Kalo nanti diulang lagi, diulang terus, buat apa minta maaf..." Flori membuang muka tanpa memasang raut sinis.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon