Navigasi Kota yang Berkembang

7 6 0
                                    

Hujan deras menyapu kawasan Tebet malam ini, menyebabkan hiruk pikuk di jalanan menghilang di balik guyuran air yang deras. Suhu yang merayap ke bawah membuat Irgi memutuskan untuk berbaring di kasurnya yang berwarna biru, menikmati ketenangan malam yang cocok untuk beristirahat. Suasana sunyi terpenuhi dengan suara gemericik hujan di atap dan aroma tanah basah yang meresap ke dalam kamar.

Irgi memandangi langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong, merasa terjebak dalam kebosanan. Dengan langkah ringan, ia bangkit dari tempat tidurnya dan menuju meja belajar untuk menghilangkan rasa bosannya. Ponselnya segera dia buka, membuka aplikasi yang tengah naik daun, yakni TikTok. Ia menjelajahi halaman beranda yang akrab dengan sebutan FYP, singkatan dari For Your Page.

Hingga Irgi terfokus pada satu video yang menampilkan cuplikan berita. Terdengar seorang presenter mengatakan, "Polusi udara tampak menyelimuti langit ibukota yang berdampak buruk bagi kesehatan jutaan warga Jakarta dan sekitarnya."

Sorot mata Irgi menampakkan kekhawatiran, lalu ia bergumam, "Kalau masalah polusi gak segera ditangani, bagaimana kondisi udara di Jakarta sepuluh tahun mendatang ya?"

Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam, Irgi mengusap matanya yang kian menyipit menahan kantuk. Ia mematikan ponsel dan meletakkannya di meja belajar. Ia menyempatkan menyikat gigi dan buang air kecil. Setelah itu, ia dapat tidur dengan nyenyak.

Keesokkan pagi, Irgi siap untuk berangkat sekolah. Sekolahnya tak jauh dari rumahnya, yaitu SMAN 26 Jakarta. Sebelum berangkat, Irgi berpamitan dengan kedua orang tuanya. "Irgi berangkat dulu ya, Mah, Pah!" seru Irgi seraya meraih tangan kedua orang tuanya.

"Hati-hati ya, Nak," ucap kedua orang tuanya berbarengan.

Irgi berjalan kaki menuju sekolah sambil menggendong tas hitam miliknya. Ia bergumam, "Kalau bahas hal semalam sama teman-teman, kayaknya seru deh."

Irgi berjalan menuju ruang kelas, terpampang papan kayu yang bertuliskan '11 IPA 1'. Ia melangkah masuk ke ruang kelas yang cukup hangat suasana di dalamnya, benar saja terdengar sambutan dari temannya yang lebih dulu sampai.

"Wih, sudah sampai saja, Gi!" ujar Farel, teman sebangku Irgi.

Irgi meletakkan tasnya di meja seraya berkata, "Iya berangkat agak pagi."

"Pulang sekolah sibuk gak, Rel? Ke Tebet Eco Park yuk!" ajak Irgi pada Farel.

"Ayo!" sambar dua perempuan yang duduk di depan meja Irgi dan Farel.

Alih-alih Farel yang menjawab, malah Vera dan Haura yang memberikan jawaban. Mereka berempat berteman sejak SMP dan berada di kelas yang sama di SMP, yang ternyata berlanjut hingga SMA. Rumah mereka pun hampir saling berdekatan. Tidak perlu diragukan lagi keakraban mereka.

"Yeuh, yang diajak saja gue, kalian ikut-ikut saja!" celoteh Farel.

"Sewot banget jadi cowok!" cibir Vera sambil melayangkan tatapan sinis pada Farel.

Mereka bertiga pun tertawa, kecuali Farel yang digunjing dengan kalimat tersebut oleh Vera. Mereka terbiasa dengan celotehan Farel dan cibiran Vera. Meski begitu, tidak ada yang merasa sakit hati. Itu semua menjadikan hubungan pertemanan mereka semakin akrab.

Bel pulang berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas untuk pulang. Kebetulan hari ini pulang cepat, jam dua belas. Irgi dan teman-temannya juga bersiap untuk pulang, berjalan beriringan menuju gerbang utama sekolah.

"Kita mau jalan kaki atau mau naik mikrolet?" tanya Haura.

"Naik mikrolet saja yuk!" seru Irgi.

Mikrolet, atau angkutan kota disingkat angkot, biasa disebut JakLingko atau mikrotrans. Untuk menaiki mikrolet, mereka harus berjalan sekitar seratus meter menuju pemberhentian mikrolet di Jalan Tebet Barat V. Jika ingin menuju Tebet Eco Park, mereka harus naik mikrolet Jak.43C. Tak lama menunggu, datanglah mikrolet yang akan mereka tumpangi menuju lokasi tersebut. Saat menaiki mikrolet, mereka perlu menempelkan kartu JakLingko atau e-money.

KUMPULAN CERPEN: Tiap Sudut Kota Jakarta [COMPLETED]Where stories live. Discover now