Chapter 2

22 1 0
                                    

"Kudengar kau memecat seorang pelayan tadi sore."

Erlan menghela napas. Dia bahkan baru duduk tapi langsung direcoki dengan kata-kata sang kepala keluarga. Jika dia adalah Erlan yang kemarin, dia akan terus menunduk selama makan malam tanpa berani membalas ayahnya.

Tapi Erlan yang sekarang menatap tepat ke sepasang ophal yang identik dengan netra kirinya dan berkata, "Aku tidak memecatnya. Aku mensponsorinya."

Baik ayahnya maupun kedua kakak laki-lakinya yang duduk di seberang nampak terkejut. Ah, bahkan juga para pelayan yang tengah menghidangkan appetizer.

Erlan tidak peduli. Yang menjadi fokusnya hanyalah sup jagung mentega kesukaannya yang menjadi hidangan pembuka malam ini. Kepala keluarga Elghandier mengabaikan hal barusan dan memulai makan malam yang kemudian diikuti anak-anaknya.

Namun, berbeda dengan kakak kedua dan ketiga-nya, Erlan malah menatap sup di depannya dengan intens. Dia menyendok sekali dan langsung menyadari keanehan pada sup di piringnya.

Dia berdiri, mengabaikan tatapan sinis kakaknya dan membawa piring supnya kepada seorang pelayan perempuan yang tadi menyajikan makanan padanya.

Pelayan itu terlihat bingung, tapi tak dipungkiri ada rasa takut dalam hatinya mengingat seberapa kejam anak bungsu Elghandier itu. Tapi berbekal pengalamannya selama menjamu keluarga Elghandier, dia merasa yakin bahwa tuan muda ketiga itu tidak akan berani berbuat apa-aa di depan ayahnya.

Namun, diluar perkiraan pelayan itu, Erlan dengan kuat mencengkram rahangnya dan memasukkan sup itu ke dalam mulut yang terbuka. Pelayan itu mencoba meronta, tapi di bawah tatapan Erlan yang mendominasi, dia seolah tidak dapat menggerakkan seujung kukunya dan hanya bisa pasrah menghadapi sang tuan muda.

"Apa yang kau lakukan!"

Kakak keduanya terlihat murka tapi Erlan tidak peduli dengannya. Dia dengan dingin menatap pelayan yang tersungkur sembari mencoba mengais udara di depannya. Tidak ada rasa simpati.

"Kupikir apa yang akan kau lakukan setelah aku menggagalkan rencanamu untuk menaruh afrodisiak dalam cangkir teh Alvier. Rupanya hanya tindakan klasik seperti ini."

Perkataan Erlan mengagetkan semua yang ada di ruangan itu. Termasuk tuan muda kedua, kakak ketiga Erlan, pemilik nama yang dia sebutkan barusan. Kepala keluarga Elghandier langsung memberi perintah kepada para penjaga untuk menyeret, langsung ke ruang bawah tanah, pelayan yang tidak sadarkan diri dengan ruam kebiruan di lehernya.

Ketika Erlan duduk, pelayan lain dengan sigap menaruh piring baru di hadapannya. Menyendokkan sekali, Erlan tersenyum tipis mengetahui tidak ada lagi gangguan dalam makanannya.

"Aku terkejut kau mengetahui adanya racun dalam makananmu."

Suara sang kepala keluarga membuat kernyitan sekilas hadir di dahi Erlan. "Ah, itu. Racun itu sebenarnya tidak berpengaruh padaku. Tapi karena dia telah menaruhnya di makanan kesukaanku maka sekalian saja."

Erlan tahu tatapan ayahnya terpaku padanya untuk beberapa saat, tapi dia dengan tenang mengabaikannya dan memilih menikmati sup kesukaannya. Erlan tidak tahu bahwa sang kepala keluarga telah menambah 1 lagi fakta tentang putranya dalam daftar kesukaan putranya.

"Terima kasih, Erlan."

Suara tegas nan lembut itu membuat Erlan mengangkat pandangan. Diseberangnya, Alvier menatap dengan serius. "Jika kau butuh sesuatu mengenai akademi-mu nanti datanglah padaku."

Erlan mengedip sekali kemudian tersenyum menanggapi. Dia tidak menyangka akan datang hari dimana kakak ketiga-nya yang bagaikan Gunung Es Ragnir di Utara berbicara kepadanya dengan lebih lembut.

OLEANDERWhere stories live. Discover now