🐣15. Tidak ingin lagi 📴🔄

3.8K 419 64
                                    


•••

Happy Reading and jangan lupa spam komen sama Vote nya...

Kalo tembus 150 komen, aku bakalan update lagi di malam Sabtu/Minggu... Kalo gak tembus, ya... U know 😉

•••



Wanita yang mengenakan blush hitam dengan rok dibawah lutut berwarna peach itu tengah berkutat dengan komputer di ruangannya, tangannya memijat pelipis yang mulai terasa pusing. Penjumlahan antara pengeluaran dan pemasukan barang bulan ini lumayan membuatnya bingung, tidak sesuai dengan penjumlahan yang sudah ia buat di awal.

"Gimana sih, perasaan penghitungannya sama pas awal aku buat kemarin." Gumamnya seraya memperhatikan setiap nominal yang ada pada layar monitor nya.

"Ada yang terselip enggak sih?"

Ia mengecek buku catatan yang sudah ia rangkum. "Apa ada yang salah nominalnya?"

Matanya bergantian menatap layar monitor dan kertas yang ia pegang.

Helaan nafas berat keluar, tatkala ia menemukan kejanggalan dalam penjumlahan nya.

"Pantes Kejora, kamu salah. Ini nol nya aja kelebihan dua," monolognya berdecak, lantas mengubah nominal pada layar monitor.

"Kelebihan nol aja bisa berabe ya, hampir aja aku mau salahin Anggun."

Kejora menggeleng, tertawa hambar dengan apa yang ia lakukan. Tidak mungkin Anggun_orang kepercayaannya menilap uang puluhan juta, tapi tidak ada yang tidak mungkin, tetap saja Kejora sangat percaya pada gadis yang sudah menginjak 25 tahun itu.

Tok!

Tok!

Tok!

Kejora melihat pintunya di ketuk seseorang, mengernyit bingung siapa yang ingin menemui nya.

"Aku udah pesan untuk tidak mengganggu, tapi kenapa mereka masih mengganggu?!" Monolog Kejora, beranjak untuk melihat siapa yang mengetuk pintu ruangannya.

Ia membuka pintu ruangannya, mendapati salah satu karyawannya yang menunduk.

"Bu Kejora, maaf saya mengganggu. Ada seseorang yang ingin menemui ibu, beliau bilang sudah membuat janji dengan ibu."

Kejora menukik alisnya, siapa yang sudah membuat janji dengannya, bukankah ia tidak sedang ada janji.

"Iya, terima kasih ya, sudah memberi tau." Kejora tersenyum, tidak enak kalau ia banyak bertanya, lebih baik ia sendiri yang melihat siapa yang datang.

Gadis dengan rambut sebahu itu pamit untuk mengerjakan pekerjaannya kembali.

Kejora melangkah, suara heels nya mengetuk lantai keramik, menggema seiring langkahnya. Obsidian nya menangkap siluet seseorang dari belakang, karena tubuh tegap itu yang membelakanginya.

Ia menyesal menemui seseorang yang berkata sudah membuat janji dengan nya, karena tanpa ia melihat wajah itu, ia sudah tau siapa dia.

"Kamu ngapain kesini?" Pertanyaan Kejora, sontak membuat seseorang itu berbalik.

Senyum itu membuat Kejora muak, senyum yang menjadikan awal atas kehancuran nya.

"Kejora, aku kangen."

Kejora menepis, tatkala tangan nya ingin disentuh. "Jerry stop bertingkah seolah kamu masih sendiri," peringat Kejora dengan tatapan tajam.

"Aku sayang sama kamu Kejora, apa aku salah?"

Jagoannya Bunda [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang