BAB 14 : KENANGAN SURAM MASA LALU

52 10 17
                                    

***Hai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***
Hai. Part ini akan sangat panjang.
Boleh mempersiapkan camilan dulu, biar nggak bosen pas baca.
Hehehe. ☺☺
Happy Reading!
💜💜💜

***

ALARIC masih terdiam di tempatnya, dalam pelukan Izora yang entah kapan akan dilepaskan. Namun, pandangannya terus tertuju ke arah pintu, tempat Arabella keluar beberapa saat lalu. Sebenarnya, pria itu ingin sekali mengejarnya. Namun, ia juga tidak bisa mengabaikan Izora begitu saja. Setelah semuanya selesai, Izoralah tempatnya pulang. Bukan Arabella.

Perlahan, wanita di hadapannya itu mulai merenggangkan dekapannya. Masih sambil terisak, ia menyeka wajahnya yang lebih kacau daripada sebelumnya.

"Ada apa, Iz?" tanya Alaric lirih. "Ada masalah?"

Wanita berambut kemerahan itu mendongak. "Kamu masalahnya, Al."

Alaric menautkan kedua alis tebalnya, seolah bertanya-tanya maksud dari perkataan Izora.

"Aku kangen kamu! Setengah mati kangen kamu! Sampai rasanya aku bisa nangis darah saking kangennya sama kamu!" histerisnya.

Seketika raut wajah Alaric yang tadinya sempat menegang, kini sudah mulai mengendur.

"Oh," celetuk Alaric.

"Oh?" Izora menatap Alaric tidak percaya. "Setelah aku bilang betapa kangennya aku sama kamu, kamu cuma bisa merespons 'oh'? Memangnya kamu sama sekali nggak kangen sama aku? Kita udah nggak ketemu berhari-hari, loh, Al! Aku bahkan sampai menangisi hubungan kita yang sekarang lagi nggak jelas statusnya ini semalaman! Bukan. Setiap hari aku nangisin ini! Tapi, kamu malah ... selempeng ini? Apa kamu udah nggak sayang aku lagi? Setelah kamu bilang kalau kita break, apa kamu benar-benar langsung berpaling sama cewek tadi? Begitu? Padahal, sebelumnya kita udah berencana buat lamaran, loh, Al!"

Alaric paham betul kenapa calon tunangannya semurka ini. Kalaupun jadi dirinya, ia pasti juga akan tantrum seperti itu. Sama persis. Ditambah lagi dengan ketidaktahuan penyebab logis dari putusnya hubungan mereka. Sudah pasti, mau dipikirkan seperti apa pun, rasanya akan sangat tidak masuk akal. Bahkan, bisa-bisa otaknya yang menggila. Pasalnya, satu hari sebelum Alaric meminum teh ber-Amorvency itu, mereka berdua baru saja jalan-jalan ke pantai untuk menikmati indahnya matahari terbenam. Sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa mereka akan putus.

"Kamu benar-benar ... ada sesuatu sama cewek tadi?" lanjut Izora dengan suara yang bergetar.

Alaric menatapnya iba, lantas mengembuskan napas panjang.

"Bukan seperti itu," jawabnya akhirnya.

"Terus?"

"Ada sesuatu yang harus aku urus, dan aku butuh bantuannya." Alaric mencoba mencari alasan yang paling bisa diterima logika. Izora bukanlah Paris yang akan langsung menerima penjelasan Arabella meski tidak masuk akal sekalipun. Wanita itu bukan tipe yang mudah percaya begitu saja.

AMORVENCY (PROSES TERBIT)Where stories live. Discover now