🐣16. Manja 🧲🧸

4.2K 404 101
                                    


-Happy Reading-


"Angkasa, Venus, Langit, Izar, Leo, Laskar, Al, turun dulu nak!" Perintah Kejora seraya mengecek barang didalam tas nya yang ia bawa.

Sesuai janji nya dengan Antariksa, ia akan menghadiri undangan makan malam oleh orang tua pria tersebut di kediaman nya. Ia sudah bersiap-siap dengan dress hitam selutut, rambut yang di biarkan terurai, dengan heels tidak terlalu tinggi berwarna putih.

"Anak-anak Bunda, turun dulu sayang!" Panggil Kejora kembali.

Tak lama, ketujuh putranya turun menghampiri nya. Ia tersenyum, lantas mengajak putra nya untuk duduk berkumpul di ruang makan.

"Katanya Bunda mau kerumah Om Anta, nggak jadi Bun?" Tanya Venus bersamaan dirinya mengambil keripik kentang diatas meja.

"Jadi, ini Bunda udah siap."

"Tapi kenapa Bunda panggil kami?" Angkasa merasa bingung. Dirinya yang sedang asik bermain gitar, harus menghampiri sang Bunda.

"Enggak, sayang. Bunda cuma mau bilang, Bunda ke Bulgaria nya di percepat."

"Kapan, Bun?" Sahut Laskar menaruh ponsel diatas meja yang sedari tadi ia mainkan.

"Besok, sekitar habis subuh."

"Seharusnya besok Bun pamitnya, ini kan masih malam, tidur dulu." Ujar Langit, menyandarkan punggungnya di kepala kursi.

"Iya, biar enggak dadakan."

"Ini udah dadakan, Bunda." Celetuk Leo, dengan senyum manisnya.

Kejora hanya membalas dengan senyum simpul, dirinya beranjak membenarkan dress nya, bercermin lebih dulu pada cermin yang ia pegang sedari tadi.

"Bunda berangkat ya, jangan ada yang keluar malam, ingat!" Pamit Kejora seraya memperingati putranya untuk tidak keluar setelah ia pergi.

"Bunda," panggil Izar tatkala Kejora baru saja ingin pergi.

"Iya kenapa, sayang?" Kejora menunggu Izar untuk mengatakan sesuatu, karena putra ke empatnya itu masih menunduk tidak ingin menatapnya.

"Bunda beneran seminggu?" Tanya Izar dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Kurva kejora melengkung membentuk senyum simpul, tungkainya menghampiri sang putra, mengusap pucuk kepala itu lembut.

"Iya, tapi Bunda selalu hubungi kalian kok nanti."

"Janji seminggu?" Aldebara yang duduk disamping Izar mengacungkan jari kelingkingnya, guna sang Bunda untuk menerima nya.

"Janji," Kejora menerima kelingking Aldebara, dengan mengaitkan kelingking nya juga.

"Kalo gitu, Bunda izin ya sayang." Pamit Kejora kembali.

"Iya Bunda, hati-hati." Ujar Langit menjawab.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam..."

(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Kejora memasukkan ponselnya didalam tas, karena acara makan malam selesai tepat jam setengah sebelas. Cukup lama, karena banyak pembahasan tentang kerja sama. Kejora senang, banyak perusahaan yang percaya dengan Kejora Flowers. Toko yang ia jalankan setelah sang suami tiada, kala itu perusahaan almarhum sang suami dinyatakan bangkrut tidak ada harta yang tersisa, hanya perhiasan yang ia miliki dan dengan itu ia mencoba memulai membuka toko kecil-kecilan.

"Kejora, dua Minggu sebelum acara itu, saya ingin melihat lebih dulu bunga nya, saya ingin memilih." Celetuk pria paruh baya, yang rambutnya terlihat sedikit sudah beruban.

Jagoannya Bunda [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang