🌠23| Pink moon & Phlox

30 8 0
                                    

Tangisan hati Tebran mereda, begitu juga perasaannya yang melega

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tangisan hati Tebran mereda, begitu juga perasaannya yang melega. Tak ada kecanggungan sebab kedekatan mereka sudah tampak jelas dari sebelumnya. Ada yang bilang kalau sudah dekat, akan tercipta ikatan batin secara tidak sadar. Itu berarti, jiwa dan perasaan, sudah menyatu dengan alami, bukan? Mengenai perkara ini, Kanaya belum merasakan adanya ikatan yang menyatu begitu kuat.

Apa mungkin karena hanya dirinya yang memiliki perasaan lebih dalam?

Kanaya tak ingin memusingkan hal-hal tersebut. Ia ingin berjuang dengan keegoisan hatinya dan merasakan kebahagiaan bersama Tebran.

"Tunggu disini ya. Ada yang mau gue ambil," katanya yang bergerak meninggalkan Tebran di sebuah bangku panjang.

Tujuan Kanaya hanya ingin mengambil buket bunga yang sudah ia pesan pada Zinnia, pemilik kebun bunga ini. Seharusnya ia membawa pulang buket bunga itu, tapi dengan pemikiran panjang. Satu buket yang lainnya ia tinggalkan di ruang kaca, tak jauh dari kebun bunga.

Sementara Tebran menunggu sembari menikmati pemandangan bunga yang terhampar di penjuru lahan tersebut. Bagaimana bisa seorang gadis merawat semua bunga disini dengan indahnya? Apakah bangsawan memang selalu menyukai kegiatan berkebun?

Benar juga, Kanaya pernah berbicara mengenai hal ini. Tentang Zinnia yang merupakan seorang bangsawan, entah itu murni atau hanya setengahnya. Tebran mengedarkan pandangan, mencari sebuah foto yang mungkin akan ia temukan.

Langkahnya terhenti kala wajah Kanaya tampak di matanya.

"Nunggu lama ya? Maaf ya."

"Nggak, Nay."

Kanaya menanggapi dengan senyuman simpulnya. "Ini buket bunga buat Lo."

Tatapan Tebran tertuju pada benda yang sedang dipegang Kanaya.

"Kenapa gue yang jadi dikasih bunga? Kebalik, Nay. Harusnya gue, um." Tebran mengatupkan bibirnya kembali. Merasa malu dengan perkataannya sendiri. Situasi aneh apa ini?

"Harusnya Lo? Nggak juga. Kan lagi merayakan tanggal spesial."

"Gue nggak mau jadi lupa diri karena dikasih hadiah terus."

"Kalo gitu jangan. Jangan sampai Lo mengulang kisah kelam itu lagi. Nih, bunga Phlox, pas banget sama warna bulan malam ini," ucap Kanaya lalu menunjukkan jemarinya ke arah satelit bumi.

"Nama bunganya rumit, tapi unik."

Kanaya menyetujui ucapan Tebran. Ia pun tersungging. "Ada maknanya loh."

"Apa maknanya?"

"Kesatuan hati dan jiwa. Makna yang paling utama bagi gue."

"Lo ngasih gue bunga ini biar bisa menyatukan hati dan jiwa kita?"

"Lo nggak mau?" tanya Kanaya yang membuat Tebran seketika membisu.

"Anggap aja sebagai keberuntungan. Maknanya nggak cuma satu kok. Yang tadi cuma harapan gue aja." Kanaya kembali bersuara, agak berat, tapi ia memaksakan senyumannya.

Dua Bintang Bersinar Where stories live. Discover now