🌠27| Makna dari sebuah nama

30 12 1
                                    

Tebran mengatur napas dan detak jantungnya yang lebih cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tebran mengatur napas dan detak jantungnya yang lebih cepat. Tebran tak menyangka akan bermain gitar dan bernyanyi bersama Kanaya. Tebran bisa apapun, tapi mengenai hal ini, seperti gitar dan bersenandung. Tebran mengakui lebih menyukai matematika dan badminton.

Ia melirik Kanaya yang menikmati serta menghayati lirik lagu yang mereka nyanyikan. Dari sorot mata gadis itu, Tebran sudah mengerti. Kanaya menyukai dunia tarik suara serta seni musik.

Tebran semakin kagum dan bersemangat untuk menjelajahi setiap inci tentang Kanaya. Yang ternyata bukan hanya tergila-gila pada astronomi, tapi juga musik.

Kanaya mendadak mengarahkan kepalanya ke atas hingga tanpa sadar membuka mulutnya dan mengeluarkan suara kekaguman.

"Lihat. Meteor shower nya udah mulai kelihatan."

Refleks Tebran merasa penasaran dan mendongak. "Bagus," gumamnya.

Kanaya mendengar gumaman Tebran tanpa mau membalas.
"Nggak mau buat permintaan?" tanyanya.

"Buat apa?"

"Banyak orang bilang kalau bisa liat bintang jatuh dianggap sebagai keberuntungan dan diyakini dapat mengabulkan harapan," jelas Kanaya yang dibalas satu alis Tebran yang naik sebelah.

"Lo percaya? Kata Lo bintang jatuh itu nggak ada. Yang benar meteor atau asteroid, 'kan?"

Kanaya mengulum bibir. "Iya. Yang Lo bilang memang benar. Tapi, sesekali percaya mitos, nggak pa-pa juga, 'kan?"

Tebran mengalihkan pandangannya ke depan. "Kalo memang bisa. Gue nggak minta banyak hal. Harapan gue ..."

Tebran menutup mata dan teringat raut wajah Kanaya yang cemas melihat bekas luka di tubuhnya. Ia pun melihat ke samping, dimana Kanaya berada. Ia mulai berharap kala menyaksikan keindahan senyuman dan ketulusan hati Kanaya yang terpancar dari matanya.

"Gue bisa menjadi segalanya bagi Lo. Dan kita selalu memahami tanpa harus berjauhan," ucapnya dalam hati.

Kanaya ikut berharap. Ia hanya memiliki dua keinginan.

Satu, permasalahan di masa lalu dapat memudar seiring berjalannya waktu.

Dan yang kedua, Tebran dapat mendengar isi hatinya.

Isi hati, yang menyatakan bahwa Kanaya benar tulus mencintai Tebran bukan hanya karena peduli.

"Lo buat permintaan apa?" Kanaya memandang Tebran yang sepertinya lebih dulu membuat harapan.

"Kalo dikasih tau. Nggak bakal terkabul, Nay."

Detik itu juga bibirnya tersungging penuh. "Lo akhirnya percaya juga sama mitos," katanya yang merasa senang.

Tebran agak malu, tapi dengan gagahnya ia menjawab.

"Iya. Gue percaya kalo Lo juga percaya, Nay."

Air muka Kanaya berubah dan pipinya memerah seketika. Tanpa sepatah kata pun, ia memandang ke arah lain.

Dua Bintang Bersinar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang