Prolog.

1.2K 137 17
                                    

Dalam rumah besar yang dianggap indah itu, Taehyung adalah simfoni warna yang tak terdengar. Senyumnya yang lembut dan mata yang menyimpan galaksi kebahagiaan menjadi pelukis abstrak dalam rumah mereka. Namun, lukisan itu sering kali dihadapkan pada bayang-bayang yang dingin.

Down sindrom, menjadi angin yang meranggas peta jalan Taehyung, membuatnya terlempar ke tepian eksistensi. Yerin dan Junho, dalam cinta mereka yang penuh, terjerat dalam kekang ketakutan akan masa depan yang ditandai oleh ketidakpastian.

Melukis, itu adalah bahasa rahasia Taehyung. Di setiap sapuan kuasnya, ia mencoba menerjemahkan warna-warna hatinya yang terpinggirkan. Namun, bahkan dalam palet emosinya, ia terlihat oleh orang tuanya sebagai suara yang tak terdengar dan gambaran yang samar.

“Tuhan itu adil, tetapi kita sering kali terlalu terburu-buru untuk memahami partitur-Nya yang rumit.”

Di dalam keheningan malam, Taehyung menyimpan harapannya yang rapuh, percaya bahwa setiap goresan kuas dan setiap titik hujan membawanya lebih dekat pada pemahaman yang tak terukur. Di dunianya yang unik, terbentuklah keyakinan bahwa mungkin, di balik setiap lembaran suram, Tuhan menciptakan keadilan yang tak terlihat, memberikan keindahan pada yang terabaikan.

Namun, di ujung koridor rumah itu, adiknya Jungkook, pemuda berprestasi dengan masa depan yang cerah, menggenggam rasa malu. Terbungkus oleh bayangan kakaknya yang berbeda, Jungkook terkadang merasa terjebak dalam kediaman yang memancarkan ketidaksetaraan.

Rasa malu itu seperti kabut yang melingkupi keberhasilannya, menyihirnya dalam kesenjangan antara ekspektasi dan kenyataan. Bagi Jungkook, menerima kenyataan bahwa kakaknya berbeda sering kali terasa sebagai beban yang tak terucapkan.

"Jika kau ingin dicintai, maka jadilah sempurna, Taehyung. Tidak ada orang yang benar-benar mencintaimu tanpa syarat."

Unconditional ⋆ ִֶָ ๋𓂃🎐 ⋆

UNCONDITIONAL (Hujan & Januari Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang