“Terlihat sepele. Namun, bagi Taehyung, setiap langkah kecil adalah kemenangan"
~~
Di dalam rumah yang sunyi, suara langkah kaki ringan memecah keheningan malam. Taehyung, dengan wajahnya yang penuh harapan, melangkah menuju dapur dengan langkah hati-hati. Matahari telah lama tenggelam, dan sekarang saatnya bagi Taehyung untuk menikmati ritualnya yang paling disukainya: minum susu malam.
“Ibu, Tae mau minum susu,” ujarnya dengan ceria sambil menuruni tangga dengan sangat hati-hati.
Namun, ketika Taehyung tiba di dapur, dia merasakan kekosongan yang menggantung di udara. Meja makan kosong, kursi-kursi teronggok tanpa seorang pun di sekitarnya. Yerin, Junho, dan Jungkook telah makan terlebih dahulu, tanpa sepatah kata pun untuk mengajak Taehyung ikut serta.
Dengan senyuman kecil yang masih terpatri, Taehyung melangkah menuju lemari es. Dia membuka pintu dengan gemetar, mencari susu yang biasa ia minum setiap malam. Tangan gemetar Taehyung meraih botol susu dingin, dan dia berusaha membukanya dengan canggung.
“A–aku bisa membuat s–susu sen–sendiri.” Suara kecil itu keluar dari mulutnya dengan sedikit kesulitan.
Namun, jari-jari gemetarnya yang bergerak tidak sesuai dengan keinginannya. Botol susu hampir terlempar ke lantai saat Taehyung berusaha membuka tutupnya dengan keras. Matanya berkaca-kaca ketika ia merasakan kegagalan, namun tekadnya tetap teguh.
"Bisa, Tae bisa!" Semangatnya pada diri sendiri.
Dengan perlahan, Taehyung akhirnya berhasil membuka tutup botol susu. Dia memegangnya dengan gemetar, berusaha untuk tidak menumpahkan isinya saat menuangkan susu ke dalam gelasnya dengan penuh kehati-hatian.
Setelah berhasil, Taehyung duduk di kursi kosong di depan meja makan. Wajahnya yang polos dipenuhi dengan ekspresi campuran dari kegembiraan dan kesedihan. Dia menatap botol susu dengan penuh kebanggaan, seolah-olah telah menaklukkan gunung yang tinggi.
“Ibu, aku bisa! Ibu, Ayah, Kookie!!” sebuah sorakan bahagia meletus dari bibir Taehyung. Suaranya, yang terlalu keras dan berisik, memenuhi ruangan dengan keceriaan yang tulus. Bibirnya yang penuh warna merekah menjadi senyum yang lebar, dan matanya yang berkilauan dari kebahagiaan memancarkan cahaya yang memenuhi ruang makan.
Namun, sorakannya yang penuh sukacita segera terhenti ketika Yerin, ibunya, muncul dari kamar dengan ekspresi yang memerah karena kemarahan. Langkah-langkahnya yang cepat menghentikan kegembiraan Taehyung seperti badai yang tiba-tiba mematikan cahaya lampu.
“Diam! Apa yang kau lakukan, Taehyung?” bentak Yerin dengan suara yang penuh kemarahan, matanya memancarkan sinar kekecewaan yang menusuk.
Taehyung menatap ibunya dengan kebingungan yang tak berujung, tidak bisa memahami mengapa kebahagiaannya membuat Yerin begitu marah. Bibirnya yang sebelumnya merekah menjadi kembali terkatup rapat, dan matanya yang bersinar penuh kebahagiaan menjadi redup.
Binar cerah itu berganti dengan ketakutan.
“Kau, anak idiot yang tidak tahu waktu! Untuk apa berteriak-teriak seperti itu, hah? Kau pikir ini hutan, Taehyung?!” lanjut Yerin, suaranya bergetar karena emosi yang meluap kemudian kembali masuk ke kamar.
Taehyung tersentak, anak itu mundur beberapa langkah sambil menggeleng kecil. Dia ketakutan.
Namun, di balik sorotan cahaya bulan yang menyelinap masuk melalui jendela, Taehyung tetaplah gambaran dari ketulusan dan keberanian. Meskipun ditumbuhi oleh ketidakpahaman dan penolakan, cahaya kebaikan yang menyala di dalam dirinya tetap bersinar layaknya lentera malam hari, menantikan waktu di mana ia akan diterima dan dihargai sepenuhnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/362896886-288-k865691.jpg)
YOU ARE READING
UNCONDITIONAL (Hujan & Januari Series)
Fanfiction"𝙏𝙖𝙚, 𝙠𝙚𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙞𝙗𝙪 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙝𝙖𝙣𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙣𝙖𝙠𝙣𝙮𝙖 𝙖𝙥𝙖𝙥𝙪𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙟𝙖𝙙𝙞. 𝙏𝙚𝙩𝙖𝙥𝙞, 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙗𝙚𝙧𝙠𝙖𝙡𝙞-𝙠𝙖𝙡𝙞 𝙝𝙖𝙢𝙥𝙞𝙧 𝙙𝙞𝙝𝙞𝙡𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙖𝙩 𝙢𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙙𝙞...