Berminggu-Minggu

70 9 3
                                    

Hermione berjalan selambat mungkin menuju kantor Draco. Wanita itu lelah dengan emosinya dan lelah menguraikan setiap pikiran yang terlintas di dalam kepalanya. Sang Auror merasa marah pada Mafalda karena membuatnya begitu dekat dengan Draco. Hermione merasa malu sekaligus gusar. Wanita itu kesal karena diminta untuk memikirkan kembali semua tentang musuhnya, dan itu membuatnya merasa cemas.

Wanita itu telah berjanji pada dirinya sendiri dan Mafalda akan berusaha dengan Malfoy serta bersikeras akan menepati janjinya. Hermione hanya tidak tahu bagaimana caranya. Si kelahiran Muggle memberi senyuman pada Tilly dan sekretaris pria itu memberitahu bahwa Draco sudah berada di dalam. Si penyihir memasuki ruangan dengan hati-hati dan matanya langsung tertuju pada rekan barunya.

Draco duduk di kursi yang seperti biasa, anehnya pria itu tidak memakai jubahnya kali ini, dan jubah itu tersampir di lengan kursi. Draco mengenakan kemeja putih polos dengan lengan baju yang digulung sampai siku serta celana panjang hitam. Pria itu mendadak terlihat sangat manusiawi. Draco membungkuk di atas meja sambil mengacak-acak dokumen. Si keturunan Malfoy tidak sekali pun mendongak untuk menyapa, padahal pria itu mendengar saingan lamanya datang. Hermione berjalan dengan rasa takut dan duduk di kursi yang didudukinya selama dua hari terakhir. Dengan gugup memainkan cincin di jari telunjuknya sambil mencoba memikirkan sesuatu untuk dikatakan.

Hermione mengamati wajah pria itu, memperhatikan garis-garis lelah di bawah mata dan tulang pipi Draco yang menawan. Rambut pria itu sedikit tergerai hari ini dan beberapa helai rambutnya menutupi dahi. Penyihir itu tidak yakin kenapa, tetapi hal itu membuatnya sedikit tersenyum. Itu hanya berlangsung sesaat sebelum menyadari dirinya masih belum berbicara.

"Malfoy," Hermione menghela napas saat menyebut nama pria itu, penasaran apakah Draco akan menatap matanya. "Maafkan aku."

Mata Draco melesat begitu cepat hingga wanita itu hampir tersentak. Pria itu terlihat bingung, waspada, dan sedikit gelisah dengan pernyataan Hermione. Si kelahiran Muggle tahu penyihir itu menunggunya untuk menjelaskan lebih lanjut, tetapi Hermione harus mencari cara untuk menjelaskan pikirannya tanpa mengungkapkan keterlibatan Mafalda. Wanita itu mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat ke arah Draco, yang berharap pria itu akan mendengarkan kata-katanya.

"Aku tidak adil padamu," kata Hermione dengan lembut, melihat pria itu memiringkan kepala untuk menatapnya. "Sudah empat tahun berlalu sejak aku tidak bertemu denganmu dan aku terlalu terpaku pada perilakumu di Hogwarts. Seharusnya aku memberimu kesempatan daripada membuat asumsi sendiri."

"Benar," ucap Draco dengan waspada, mengamati rona merah yang menodai pipi wanita itu. "Apa yang menyebabkan hal ini terjadi?"

"Tidak ada," penyihir itu mengerutkan kening. "Aku baru saja memikirkannya dan aku tahu sudah mengatakan itu sebelumnya, tapi aku serius ingin mencoba berdamai denganmu. Aku tidak mengatakan kita tidak akan berdebat, tapi aku akan mencoba untuk mengabaikan perbedaan kita sejak di Hogwarts."

"Okay," Draco mendengus geli sambil mengamati si penyihir. Pria itu mencari tanda kebohongan atau sarkasme, tetapi tidak menemukannya. Sial, ini canggung. Terlalu canggung. Perubahan topik pembicaraan harus dilakukan.

"Aku hanya ingin menunjukkan," gumam Hermione dengan cepat, dan menghembuskan napas pelan untuk melanjutkan. "itu bukan berarti aku menyukaimu-

"Buang jauh-jauh pikiran itu-

"Tapi kurasa kita bisa bekerja sama," ucap si penyihir dengan mengangkat bahu. "Aku tahu kau sudah berubah, tapi aku butuh waktu untuk sepenuhnya menerima kalau kau bukan lagi seorang pengacau menyebalkan."

"Baiklah," Draco mengangguk, menerima karena masih dianggap menjadi orang yang suka menindas. Draco tidak akan pernah menjadi seorang Hufflepuff, tetapi jauh lebih baik dari sebelumnya.

HUNTED [Terjemahan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang