13. Penyemangat

2.1K 106 6
                                    

Hai haii

Aku update lagiiii💐💐

Siapa yang nungguin Laurent Revan?

Cung disiniii 🖐🏻🖐🏻

Langsung sajaa

Bacanya pelan-pelan aja okeeyyyy

***

13. Penyemangat

Laurent melangkah dengan hati-hati, langkahnya hampir seperti mengendap-endap, menuju garasi. Ia berencana untuk menemui Revan yang katanya ingin mengecek motor yang akan digunakan untuk balapan malam ini.

Gadis itu masih berada di mansion keluarga Revan. Setelah makan malam bersama, Tante Merry dan Om Harris pamit keluar untuk menghadiri acara kantor, meninggalkan Laurent sendirian di rumah megah itu.

Kakinya melangkah masuk ke dalam garasi yang begitu luas, saking luasnya hingga membuat Laurent sedikit kebingungan mencari di mana Revan berada. Dengan pandangan penuh penasaran, matanya yang terhias softlens akhirnya berhasil menemukan Revan yang tengah asyik pada urusan motornya.

Gadis itu berdiri diam tanpa mengeluarkan suara, hanya dengan tangan terlipat di dada, matanya menelisik penuh seksama pada wajah serius Revan.

Tak lama kemudian, lelaki itu menoleh dan mendapati Laurent di sana. Gadis itu refleks tersenyum saat mata mereka bertemu, dan senyumannya semakin melebar ketika dia melihat raut kebingungan yang terpancar jelas dari wajah lelaki itu.

“Revan,” sapa Laurent pelan saat lelaki itu mendekatinya dengan tatapan tajam dan wajah yang serius. “Tante Merry sama om Harris pamit pergi, katanya ada urusan kantor mendadak, jadi gue sendirian, makanya nyamperin lo.”

Revan tak lagi tertarik mendengar tentang orangtuanya. Setiap kali nama mereka disebut, Revan merasa bosan. Yang sungguh menarik bagi lelaki itu saat ini adalah alasan di balik pergantian pakaian Laurent.

Revan memperhatikan gadis itu dengan seksama. Sebelumnya, dia mengenakan t-shirt sederhana, tapi sekarang telah berganti menjadi tiny strapless crop top yang menampakkan perut rampingnya. Jaket kulit biker yang tadinya dia kenakan juga telah berganti menjadi jaket jeans crop yang sama, juga menampilkan perut mulusnya dengan jelas.

Melihat itu Revan menjadi pusing. Segera dia menarik tangan Laurent, mengajaknya keluar dari area garasi, dan berjalan menuju kamarnya di lantai empat, yang sejujurnya itu memerlukan tenaga karena harus berjalan jauh saking luas dan besarnya rumah ini.

“Van, apaan sih,” protes Laurent, tetapi tetap mengikuti kemanapun langkah Revan membawanya. “Lo mau bawa gue kemana?”

“Ganti baju lo.”

“Gak bisa lah.”

“Bisa.”

“Gak bisa.”

“Bisa, Laurent!”

“Enggak bisa, Revan!” sanggah Laurent dengan nada bicara yang sudah mulai terdengar lelah. “Lagian ini juga sama aja, bagus gini ngapain harus ganti sih.”

Revan memilih untuk tidak membalas, menyadari bahwa berdebat dengan Laurent yang keras kepala tidak akan menghasilkan apa pun. Dia terus menarik tangan gadis itu, melewati lift, dan akhirnya sampai di kamar lelaki itu.

“Ganti sekarang!” suruh Revan dengan intonasi yang menunjukkan bahwa dia tidak ingin ada penolakan. Lelaki itu membawa Laurent masuk kembali ke dalam kamar yang dominan gelap miliknya.

The Hard Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang