Chapter 02

406 13 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kepala Narendra mulai terasa berat, matanya juga ikut berkunang-kunang. Ia segera mengakhiri percakapannya dengan salah satu relasi dan keluar dari kerumunan pesta.

"Saya permisi sebentar," ucap Narendra berusaha menyunggingkan senyuman.

"Are you Okay?" tanya seorang relasi berkebangsaan Inggris dengan raut khawatir.

"I'm fine," jawab Narendra melebarkan kedua sudut bibirnya, berusaha agar terlihat baik-baik saja.

Sambil menahan rasa panas yang semakin menguasai tubuh, Narendra berjalan terhuyung. Membelah lautan manusia berpenampilan necis dalam pesta perayaan ulang tahun salah satu pemilik hotel.

Sebenarnya Narendra tidak terlalu menyukai pesta, tetapi menghadiri perkumpulan seperti ini bisa menambah relasi dan memperkuat bisnis properti Aditama grup yang dikelolanya. Hal tersebut sangat dibutuhkan, apalagi di tengah perebutan kekuasaan sengit dalam keluarga.

Saat memijat pelipis untuk mengurangi rasa pusing, ia mendapati wajah Camelia sedang meneguk whisky sambil tersenyum tipis. Entah mengapa Narendra selalu berburuk sangka setiap melihat istri ketiga ayahnya itu.

Berjalan menyusuri lorong, lalu Narendra masuk ke dalam kamar hotel yang sudah dipesan. Segera ia meneguk air putih sebanyak-banyaknya untuk mengusir rasa sakit. Ia memijat tulang hidung guna menjernihkan pandangan. Cahaya bulan yang tampak samar, mulai jelas menghiasi langit hitam tanpa taburan bintang.

"Sial! Apa yang sudah dimasukkan wanita itu ke dalam minumanku," umpat Narendra seraya melepas satu per satu kancing kemeja. Badannya terasa panas luar biasa.

Semenjak Camelia memperlihatkan ambisinya untuk menguasai Aditama grup, Narendra juga semakin fokus pada perusahaan. Ia tidak akan membiarkan orang lain mengambil alih bisnis yang sudah dibangun dengan jerih payah sang ibu.

Hingga tidak lama kemudian terdengar suara ketukan heels dengan lantai kamar. Disusul pintu yang tertutup rapat.

Sebelum Narendra menoleh, suara seorang wanita bergema dalam ruangan.

"Permisi, Tuan. Saya datang untuk menemani malam anda." Kening Narendra berkerut ketika mendengar kalimat tanpa keraguan dari wanita itu.

"Maka dari itu ... cepat selesaikanlah dan bebaskan saya." Suara yang semula terdengar lantang, sekarang mulai melemah.

Meletakkan gelas di nakas, lalu Narendra berbalik. Tampak di ambang pintu seorang wanita dengan gaun yang sudah terjatuh di ujung kaki sedang berdiri, tubuhnya sedikit gemetar.

Perlahan Narendra mendekati wanita asing itu yang sekarang terperangah ketika melihat Narendra dalam jarak tanpa arti. Kontan kedua tangan yang semula bergerak bebas di samping tubuh, langsung menutupi dadanya yang berisi. Pun wajah wanita itu merah padam seperti tersiram saus tomat.

The Billionaire's Sexy AdmirerWhere stories live. Discover now