5. Naughty

465 46 1
                                    

CHAPTER FIVE

.
.
.

Saat itu, di ruang hokage tepat di depan Hiruzen, hokage baru saja menyatakan tentang ujian chunin yang akan segera berlangsung.

Selepas ketiga jonin merekomendasikan ninja pemula di bawah pimpinan mereka, seseorang menyela. Perhatian ketiga jonin itu langsung terpaku pada Iruka, seorang chunin yang merupakan guru di akademi.

"Memang, mereka itu murid yang sangat berbakat, tapi itu masih terlalu cepat untuk mereka. Mereka masih membutuhkan lebih banyak pengalaman," terang Iruka dengan emosi yang bergejolak. Tidak rela jika anak didiknya yang baru saja lulus dan menjadi genin itu akan diikutsertakan dalam ujian chunin.

"Aku menjadi Chunin ketika aku masih berumur enam tahun lebih muda dari Naruto," sela salah seorang Jonin dengan surai perak.

"Naruto berbeda denganmu!"

Iruka berseru. Mengejutkan semua orang yang berada di ruangan itu. Semua orang tahu jika hubungannya dekat dengan anak bersurai kuning itu, tetapi Iruka dikenal sebagai pribadi yang bijak dan selalu berpikir sebelum bersikap. Dan usahanya membentak Kakashi mengartikan jika pria itu sedang marah.

Hanya saja, nampaknya pihak lain yang berusaha menyela Iruka itu tak juga ingin mengalah.

"Iruka sensei," panggil Kakashi, "Aku mengerti apa yang ingin kau katakan. Ini pasti akan membuatmu marah. Tapi-"

"Kakashi, hentikan," cegah Kurenai yang merasakan jika temannya itu akan mengatakan sesuatu yang dapat memperkeruh suasana.

"Saat ini, mereka bukanlah murid-muridmu lagi!" seru Kakashi dengan jelas mengabaikan peringatan dari Kurenai.

Iruka terbungkam. Sesuatu di dalam dirinya seolah pecah berkeping-keping. Ia harus menahan agar sesuatu tak muncul di matanya yang sudah terasa panas ketika menatap wajah Kakashi yang tetap datar memandanganya.

Rasa malunya semakin besar. Ia takut akan muncul kabar bahwa seorang guru akademi sepertinya membuat keributan dan menangis karena dibentak oleh seorang Jonin. Tapi apa yang bisa dilakukannya? Hatinya tak pernah bohong bahwa dia mengagumi pria yang baru saja merendahkannya.

Iruka menundukkan kepalanya, bibir kecilnya gemetar seiring gumaman yang ia bisikkan pada diri sendiri.

Kurenai menyeret seorang pria dengan penuh tenaga, menarik perhatian orang-orang disekitar, dan dia tak memperdulikannya lagi. Ia melepaskan jonin berambut perak tersebut tepat di depan gedung hokage.

"Dengar, Kakashi. Aku tahu apa yang kau inginkan. Aku juga merekomendasikan ketiga anak-anakku untuk ikut ujian chunin ini. Iruka sensei hanya merasa khawatir, kau seharusnya tidak mengatakan sesuatu yang menyakitkan seperti itu." Kurenai menunjuk Kakashi tepat di depan wajahnya.

"Itu benar, Kakashi. Iruka sensei itu menyayangi semua muridnya. Anak-anakku juga mengatakan jika Iruka sensei orang yang sangat baik. Mereka tidak berhenti membicarakannya dan mengatakan jika mereka ingin kembali ke akademi," tambah Asuma.

"Lalu, apa yang bisa kulakukan? Itu sudah keluar dari mulutku."

Mendengar jawaban acuh tak acuh itu, Kurenai merasa geram, "Tidakkah kau lihat wajahnya yang tersakiti itu?! Jika sudah terucap maka kau bida meminta maaf. Pergilah meminta maaf!"

Dengan ingatan masa lalu yang melintas di dalam kepalanya, Kakashi memandang punggung tegap Iruka. Punggung itu bergerak seiring dengan kegiatan memadaknya. Nampak tegar, namun pemandangan semalam membuat Kkaashi tahu jika selama ini pria baik disana tetap memendam sesuatu di dalam dirinya.

Kakashi, The DoggoWhere stories live. Discover now