6. Tulip

391 45 2
                                    

CHAPTER SIX

.
.
.

Sambil meringis, Iruka mengusap belakang kepalanya yang berdenyut akibat berbenturan dengan kerasnya lantai. Telinganya terus mendengar nafas memburu dari anjing besar yang menindihnya.

Berat.

Anjing di atasnya ini sangat berat. Meski besar, seharusnya tidak seberat itu.

"Yuki, menyingkir," ucap Iruka dengan mendorong tubuh besar anjing di atasnya.

"Woof!"

"Aku tahu. Kita akan keluar. Aku akan berganti pakaian."

Kakashi mengerang, "Bukan itu! Aku tidak mau keluar!"

Namun, apa daya?

Sekeras apapun dia berteriak, Iruka tidak akan mendengarnya.

"Yuki, ayo keluar. Kau harus berolahraga!" seru Iruka. Saat ini, dia tengah berjuang dengan Yuki yang menggigit kakinya. Tentu saja, tanpa menancapkan taringnya. Tetapi Iruka sendiri tidak bodoh untuk tetap memaksa menarik kakinya.

Iruka menghela nafas dan berhenti. Membuat Kakashi berpikir jika pria ini akhirnya menyerah. Tetapi, pemandangan horor tengah diperlihatkan oleh Iruka di depan wajahnya.

"Beruntung Hana-san memberiku benda ini."

Kalung. Benda di tangan Iruka adalah kalung anjing yang diberikan oleh Hana. Tentu saja anjing yang ditemukannya berbeda dengan anjing milik klan Inuzuka. Karenanya, Hana memberikan kalung itu padanya. Seolah wanita itu sudah tahu jika hal seperti ini akan terjadi.

Iruka berjalan mendekat dengan kalung di salah satu tangannya. Matanya membelalak kala melihat anjing putih besar itu berbalik dan berlari meninggalkannya.

"Yuki! Jangan lari!"

"Woof!"

Meski bertubuh besar, Kakashi melompati sofa dengan lincah. Ia menggeram. Keempat kakinya mencengkeram dengan cakar yang keluar. Satu matanya memandang Iruka dengan tajam. Pria ini nampaknya tak takut dan masih berusaha mengerjarnya.

"Ayolah, anjing pintar," bujuk Iruka.

Berkali-kali Iruka berusaha membujuk dengan suara lembut. Kakashi menyukainya, tetapi untuk saat ini dia tidak ingin terpedaya. Yang akhirnya membuat Iruka berhenti membujuk. Helaan nafas keluar dari mulut pria dengan bekas luka di hidungnya.

"Baiklah. Tidak ada cara lain," ucap Iruka, ia kemudian membentuk segel dengan kedua tangannya.

"Sial!" Kakashi memandang horor tiga Iruka di hadapannya.

Kakashi terjebak. Meski Iruka masih chunin dan tidak terlalu banyak memiliki pengalaman bertarung, kini dirinya tak bisa disebut ninja. Tidak mungkin baginya untuk membuat segel menggunakan kedua kaki depannya yang bahkan tidak terlihat jari-jarinya.

"Curang sekali," batin Kakashi tersakiti dengan mengeluarkan air mata gaib.

Berjalan-jalan di pagi hari memanglah pilihan yang sangat bagus. Udaranya terasa segar dan pemandangan desa yang damai di pagi hari itu tidak ada duanya. Apalagi sinar matahari yang masih hangat dan dapat meredakan dingin yang tertinggal dari semalam.

Kakashi hanya dapat menghela nafas. Kebebasannya terenggut dari dirinya ketika kalung anjing berwarna merah mengikat lehernya. Tidak terlalu mencekik, tetapi dirinya tak bisa kemana-mana sebab Iruka memegangi tali di tangannya. Kemanapun lelaki itu berjalan, dia akan mengikuti. Benar-benar gambaran anjing penurut.

Berbeda dengan dirinya yang tak bersemangat, Iruka bersenandung ria selama di perjalanan. Terkadang ia menyambut dan menanggapi sapaan dari beberapa wali muridnya. Ada pula para genin, chunin hingga jonin yang menyapanya.

Kakashi, The DoggoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang