Teman

2 0 0
                                    

Di sebuah hutan yang lebat tanpa ada jalan setapak, Gaman berjalan menyusuri dengan sesekali menyibak ranting dan dedaunan.

Setelah berjalan beberapa waktu, biasanya pemuda itu memanjat pohon untuk mengetahui arah, juga untuk mengambil buah untuk dimakan.

Sampai saat senja tiba, Gaman akhirnya menemukan perkampungan  yang ia cari. Taro, desa para kurcaci.

Rumah-rumah yang dibangun mirip dengan bentuk sarang lebah. Ada yang tergantung di pohon besar, ada juga yang berdiri di atas tanah.

Sungguh tidak berubah saat pertama kali Gaman kesini. Pemuda itu berjalan menaiki tangga kayu yang dibangun seperti melilit pohon.

Ia masuk ke sebuah hotel yang tergantung. Hotel itu terlihat ramai. Mungkin banyak pengunjung hari ini yang juga datang dengan alasan sama.

Gaman memesan kamar. Setelah menerima kunci, pemuda itu berjalan ke lorong sebelah kanan. Mencari nomor 400 yang terpampang di atas pintu.

"Kau juga datang kesini?"

Gaman yang hendak memasuki kamarnya langsung terhenti, dilihatnya seseorang yang bersandar di kegelapan.

"Aku tidak tertarik dengan pelelangan. Jadi jangan khawatir."

"Mau satu kamar denganku?"

Pemuda itu perlahan keluar dan menampakkan wajahnya. Dia adalah Sing, mantan prajurit kerajaan yang kini menjadi buronan.

       Pukul 12 malam ....

Suara tawa keras mengisi kamar 399. Gaman dan Sing sedang bermain kartu, dengan wajah mereka yang penuh dengan coretan hitam karena kalah beberapa kali.

"Ini sudah tengah malam. Lebih baik kita tidur," ucap Gaman.

"Kau tidak takut diserang?"

"Oh dia ya. Hem ... sebenarnya dia itu ...."

"Apa! Yang benar saja kau ini. Jadi kau sengaja membiarkannya."

"Dia hanya mengawasi aku. Lagi pula tidak ada hal khusus yang harus aku sembunyikan."

        Suara berisik para pelayan hotel memenuhi lorong. Mereka berlari mengejar seseorang yang telah mencuri salah satu benda yang akan di lelang.

Gaman terbangun dari tidurnya, di sekelilingnya telah kosong. Tidak ada Sing dan barang milik orang tersebut.

"Orang itu mulai lagi." Gaman melanjutkan tidurnya.

      Beralih pada Sing yang berlari ke atap hotel, dengan beberapa kurcaci yang tepat dibelakangnya. Karena terdesak, pemuda itu mengeluarkan tali dari dalam tasnya. Ia melempar ke dahan pohon lalu berayun.

Sesampainya para kurcaci itu berada di atap, Sing telah berhasil mendarat dengan cara jungkir balik lalu berdiri di atas tanah. Pemuda itu tersenyum kemudian kabur ke dalam hutan.

Dan sesuai rencana, para kurcaci itu berhenti mengejarnya, karena melihat mahkota yang dicuri terjatuh dari tasnya sesaat akan berayun.

Para pelayan membawa kembali mahkota itu ke dalam hotel dan mulai menyiapkan pelelangan yang akan di lakukan 3 jam lagi.

"Maaf  ya, lagi-lagi merepotkan mu." Sing berlari ke arah utara, ke tempat persembunyian yang telah ia siapkan sejak awal.

        di aula utama, telah berderet banyak kursi yang disiapkan untuk para tamu. Juga telah disediakan beberapa kursi tambahan untuk orang yang datang tanpa diundang.

Ruangan itu telah penuh dengan orang orang penting. Dari yang berwibawa sampai orang urakan telah duduk di bangku mereka masing-masing.

Begitu juga dengan seorang pemuda berkulit gelap yang duduk di tengah-tengah kerumunan.

"Yang akan dilelang hari ini adalah mahkota raja, ratu, dan mahkota putri.

Benda utama yang diincar oleh kolektor di pelelangan ini. Dan sedari yang ku ketahui, hanya setengah dari tamu undangan yang hadir. Tapi, yang terpenting adalah, penyamaranku tidak diketahui."

Life Is Adventure.Where stories live. Discover now