48. Memaafkan tapi tidak melupakan

3.9K 260 2
                                    

"Radhit." Panggilan tersebut membuat Radhit yang sedang mengantre bersama Galang menoleh. Dilihatnya Firman yang berdiri tak jauh darinya.

"Apa kabar, om?" tanya Radhit seraya tersenyum.

"Baik," balas Firman. "Saya mau bicara sama kamu," lanjutnya.

Radhit terdiam sejenak lalu ia mengangguk. "Lang, gue ke sana dulu, ya. Tolong bawain satenya buat Oci." Galang mengangguk lalu menepuk pundak Radhit.

Kedua pria berbeda generasi itu menuju smoking area yang tidak jauh dari ballrom hotel. Radhit bisa merasakan kecanggungan antara dirinya dan Firman. Bagaimana tidak, pertemuan terakhir mereka bukanlah suatu pertemuan yang menyenangkan.

"Apa kabar, Radhit?" Pria itu bertanya sambil mengeluarkan rokok dari dalam saku jasnya.

"Alhamdulillah, baik, om. Om sendiri apa kabar?" Firman masih terdiam lalu menyodorkan satu kotak rokok kepada Radhit. "Saya nggak ngerokok, om."

"Saya baik," balas Firman lalu menghisap rokoknya. "Saya baru tahu kalau kamu dan Kamila satu kantor," lanjutnya setelah menghisap rokoknya. Radhit hanya diam, ia tidak tahu harus membalas seperti apa. "Kamu kenal David?" tanyanya lagi.

"Kenal, om. David teman istri saya."

Firman mengangguk, "Sudah lama kamu menikah?"

"Baru enam bulan, om. Masih terbilang sebentar," balas Radhit.

"Selamat, ya. Saya dengar kamu juga akan menjadi orangtua."

Radhit tersenyum lalu mengangguk, "Terima kasih, om."

Firman terdiam. Pria itu menatap lurus ke depan. "Dari awal saya tahu bukan kamu yang membuat Kamila hamil," ujarnya. "Saya jahat kan? Membuat masa depan kamu hancur," lanjutnya.

Radhit hanya terdiam. Jujur ia sudah meninggalkan semua kenangan menyedihkan itu dan memilih untuk melanjutkan kehidupannya.

"Saat itu saya sudah memiliki janji untuk menjodohkan Kamila, tetapi dia lebih memilih kamu. Satu-satunya cara yang dia pikirkan agar tidak dijodohkan adalah hamil dengan laki-laki lain karena dia tahu bahwa calonnya saat itu merupakan anak dari pejabat yang pastinya tidak akan terima jika hal itu terjadi. Kamila tahu kamu tidak akan mau membuatnya hamil dan akhirnya dia melakukan laki-laki yang sampai saat ini saya juga nggak tau. Dia terus bilang kalau itu anaknya, tapi saya tahu kalau kamu tidak akan melakukan itu. Saya tahu karena saya sering menyuruh beberapa orang untuk mengawasi kamu."

Firman terdiam sejenak menghisap rokoknya, "Malam itu saat kamu datang saya mendapat kabar bahwa calon besan saya menarik semua investasi yang sudah mereka tanam karena tahu kalau Kamila hamil dan itu cukup membuat perusahaan saya berada di ambang batas kehancuran. Saya kalut dan akhirnya saya melampiaskan ke Kamila yang saat itu belum bilang bahwa dirinya hamil. Malam itu saya melampiaskan kepada kamu juga karena saya sangat marah dengan keadaan."

"Satu keputusn yang saya sesali sampai sekarang adalah mengkambinghitamkan kamu. Menjadikan kamu seolah-olah penjahat hanya karena saya tidak mau perusahaan yang sudah saya berdirikan susah payah harus hancur karena ulah anak saya sendiri. Tapi satu tahun setelahnya saya mendatangi rumah nenek kamu. Saat itu saya sudah menyesal dan ingin membantu kamu lagi, tapi nenek kamu menolak. Beliau tidak ingin uang, beliau hanya ingin kamu kembali berbahagia seperti dulu. Satu kalimat yang membuat saya semakin menyesal."

"Saya ingin meminta maaf secara langsung kepada kamu atas apa yang telah saya perbuat. Saya benar-benar menyesal," ujar Firman yang kali ini menoleh ke arah Radhit. Tatapannya mengisyaratkan bahwa pria itu benar-benar menyesal atas perbuatannya. "Saya minta maaf," ujarnya lagi.

Radhit terdiam sejenak. Mendengar seluruh cerita dari Firman mampu membuat tenggorokannya tercekat. Namun, ia sudah tidak bisa melakukan apapun selain menerima permintaan maaf Firman. Memafkan memang perkata yang gampang, tetapi melupakan tidak bisa segampang mengucapkan kata maaf. Fatma selalu meminta Radhit untuk memaafkan Kamila dan keluarganya untuk membuat hidup Radhit lebih tenang. Semua itu sudah ia lakukan, tetapi kenyataannya melupakan tidak semudah itu.

Our Traumas [End]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu