Chap 8

54 14 8
                                    

Sheya menatap pantulan dirinya di cermin. Blazer dan rok Aline kotak-kotak berwarna merah muda dan putih yang ia pilih untuk undangan makan malam bersama keluarga Remy. Rambutnya ia ikat longgar, untuk menunjukkan kesan rapi dan formal.

Sheya mencondongkan tubuhnya ke cermin, memperhatikan lipstik warna mauve yang baru ia beli sore tadi.

Sheya mencondongkan tubuhnya ke cermin, memperhatikan lipstik warna mauve yang baru ia beli sore tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Uncle Rayn!"

Seruan ceria Shawn dari luar membuatnya buru-buru menghampiri. Ia tertegun di ambang pintu melihat Rayn yang sudah melewati pintu masuk dan berjongkok untuk memeluk Shawn singkat.

"Mau pergi?" Tanya pria itu sebelum menghampiri Sheya dan memberikan peluk yang sama.

"Iya."

"Kemana?" Rayn berjalan melewatinya, meletakkan tas karton yang ia bawa ke meja makan.

"Makan malam dengan Papa!" Shawn yang menjawab sambil melompat-lompat riang.

Tangan Rayn berhenti saat ia sedang mengeluarkan roti dari tas karton. Ia mendongak menatap Sheya seolah sedang mencari jawaban.

"Remy dan aku, kami berencana untuk-"

"Kami?" Rayn mengernyit. "Kau bilang bahwa kau membencinya? Akan selalu membencinya. Kenapa sekarang bersikap seolah di antara kalian tidak pernah terjadi apa-apa."

Sheya mengangguk. "Aku memang masih membencinya, tapi Shawn butuh Papanya, jadi-"

"Shawn sudah punya aku, dia tidak butuh Remy!"

Sheya berjengit mendengar suara Rayn yang mulai meninggi. Ia melihat Shawn yang melangkah mundur, terlihat takut.

"Pulanglah. Kita bicara nanti." Ucap Sheya berjalan menghampiri pria itu dan menarik tangannya.

"Aku belum selesai." Melepas tangan Sheya, Rayn berkacak pinggang. "Siapa yang mengizinkanmu pergi dengannya?"

"Aku tidak butuh izin dari siapapun!" Sheya memejamkan matanya rapat, "Kita akan bicara besok. Aku janji besok aku akan menemuimu dan kita akan bicara."

Rayn tampak kehilangan kata, ia berlalu meninggalkan Sheya bahkan melupakan salam perpisahan untuk Shawn.

Anak kecil itu beringsut, mendekat pada Sheya dan memeluk kakinya. "Mama, aku takut."

Sheya mengusap pundak anaknya, menenangkan. "Tidak apa-apa, nak. Mama di sini."

***

"Aku penasaran seperti apa wanita yang akan Remy nikahi." Sarra sambil mengunyah kentang goreng.

"Ibu yakin, dia pasti cantik." Ucap Ibu menahan senyum.

"Yang paling penting adalah, mereka saling mencintai." Ujar Ayah sambil memotong steak di piringnya kemudian menukarnya dengan piring ibu.

Awalnya mereka berencana untuk makan malam di restoran korea yang ada di Brooklyn, namun Sarra tidak setuju karena pertemuan pertama ini haruslah formal. Karena itu mereka pindah untuk makan malam di restoran di lantai teratas The SJD Hotel.

The Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang