𝟑𝟎. 𝑩𝒂𝒅 𝒎𝒆𝒎𝒐𝒓𝒊𝒆𝒔

107 15 7
                                    

HELLO, ALL MY FRIEND

THANKS KARENA MASIH MAU BACA KARYA AKU

KALIAN DARI MANA AJA NIH?

GIMANA KRITIKANNYA BUAT CERITA KALI INI?

LANGSUNG KETIK DIKOMENTAR YA
OH YA, BUAT TULISAN YANG TYPO, TOLONG DITANDAI AJA, BIAR NANTI AKU PERBAIKI, OK!!!

HAPPY READING ♥︎♥︎

٭٭✰٭٭

Flashback on...

"El, mama kamu udah ngga ada."

Ucapan yang keluar dengan mulus dari bibir Gilang kembali membuat bocah yang baru saja menginjak usia Sembilan tahun itu menitikkan air matanya. Ya, papanya benar. Sosok yang biasa di panggilnya 'mama' itu memang telah berpulang ke sisi Tuhan, tapi tidak bisakah Gilang mendongeng sedikit saja agar bisa menghibur kesedihannya.

"Tapi pa-"

"CukupSamuel! Kamu tidak perlu lagi menangisi orang yang sudah pergi, kamu pikir itu bisa buat mama kamu balik lagi? Nggak akan Samuel! Papa udah muak liat kamu nangis terus-terusan!" Bentak Gilang cukup keras, membuat bocah itu semakin meringkuk ketakutan. Ia tak menyangka, sosok papanya itu akan berubah begitu drastis setelah meninggalnya Alira.

"Sekarang kamu masuk kamar, dan siap-siap pergi sekolah." Titah Gilang tanpa ingin dibantah.

"El ngga mau sekolah kalo ngga sama mama, pa!"

"Mau sampai kapan kamu gini terus Samuel Alegra?!"

" El mau ketemu mama. Pa!"

Plakk!!!

Bocah lelaki itu tersungkur ke atas permukaan lantai keramik dengan keras akibat kerasnya tamparan yang ditorehkan oleh Gilang. Samuel kecil menangis kesakitan.

"Mama kamu itu udah meninggal, Samuel! Dan dia nggak akan pernah balik lagi, faham kamu?!"

Setelah ucapan itu terlontar dengan mulus dan lantang, Gilang segera beranjak pergi dari hadapan putranya tanpa ada rasa kasihan sedikitpun. Dengan perasaan yang sudah tak karuan Samuel berlari menuju luar pagar rumahnya. Dengan Langkah kecilnya yang tertatih, bocah itu terus berlari tanpa tau arah. Dalam hati kecilnya, bocah itu benar-benar berharap agar bisa secepatnya menyusul sang mama.

٭٭✰٭٭

Brakkk!

Suara figura yang jatuh itu langsung membuat anak laki-laki berusia dua belas tahun itu tersentak kaget.

"Papa!" bentaknya pada pelaku yang sudah dengan lancangnya membanting figura yang terdapat gambar seorang wanita cantik dengan nama Alira Kinanti itu hingga pecah dan tak berbentuk. Samuel dengan segera berjongkok untuk mengumpulkan pecahan-pecahan figura itu dengan cepat. Tak lupa juga dengan air matanya yang terus mengalir deras membasahi kedua pipi tampannya yang terpahat sempurna.

"Papa jahat! Papa udah lupa sama mama! El benci papa!"

"Samuel!" Gilang membentak Samuel dengan keras sampai-sampai bocah itu menutup kedua matanya, meredam tangisnya. Bagaimanapun juga, ia adalah seorang anak laki-laki yang harus hidup Tangguh tanpa mengeluh. Ia yakin, jika hanya mengharapkan tentang kapan ayahnya itu akan kembali seperti dulu hanyalah hal yang mustahil. Papanya itu sepertinya memang telah melupakannya saat ini, bahkan tak sedikitpun ada memori yang tersisa tentang kenangan mereka dahulu.

AlegraWhere stories live. Discover now