04

119 7 0
                                    

'Malika si Kecap Asin'




Hari-hari kembali seperti semula. Malika juga kembali fokus pada studinya plus menjadi Cegil untuk Athallah Yazid Ar-Rifai. Jangan tanya bagaimana perasaan Athallah, tentu saja dirinya merasa sedikit terganggu sebab Malika terus saja membuntutinya. Seperti saat ini contohnya, Malika berdiri disamping Athallah yang sedang memesan makanan dikantin.

"Oalah rupanya suka rendang toh? Aku bisa lho masak masakan padang," ucap Malika tentu saja berbohong.

"Atha, udah suka belum sih sama aku?" tuding Malika langsung.

Gadis itu merenggut kesal ketika Athallah menatapnya sekilas. Gadis itu melipat kedua tangannya didepan dada, merasa kesal akibat diacuhkan oleh Athallah.

"Percuma fans mu banyak tapi kalau sama aku ngga ada senyum-senyum nya, dasar!"

"Mereka masih tau batasan Malika, okey lah saya anggap wajar. Tapi kamu? Ini diluar batas wajar, kamu ini ngejar-ngejar lelaki lho," ucap Athallah berucap juga.

"Ya memang kenapa? Aku kan jadi Zulaikha. Dia juga duluan kan yang ngejar-ngejar nabi Yusuf. Ya ngga apa-apa dong kalau aku juga ngejar-ngejar kamu," ucap Malika.

"Hasil nya apa? Nihil kan? Zulaikha mendapatkan cinta nabi Yusuf karena beliau memutuskan untuk mengejar cintanya Allah, oleh karena itu diberikanlah Nabi Yusuf untuknya,"

"Ya kalau aku begitu yang ada kamu ngga bakalan jadi punya ku, Athallah! Ibaratnya aku cuekin kamu, kamu juga semakin cuekin aku!" Seru Malika.

"Maka dari itu berdoa saja sama Allah, Allah itu maha pembolak balikkan hati. Mana tau suatu saat nanti hati saya berubah," ujar nya cuek.

"Kalau doaku kalah sama doa-doa perempuan diluaran sana gimana?" tanya Malika.

"Ya berarti kita memang ngga berjodoh," jawab Athallah.

"Yang kamu kejar akan lari, Malika. Tapi yang kamu do'akan insyaallah akan datang sendiri," ucap Athallah lalu meninggalkan Malika yang menghentakkan kedua kakinya kesal.

"Aku berasa murahan sekali Ibu Mirna," adu Malika pada ibu kantin.

"Waduh, yang sabar mba. Bener yang dibilang mas Atha, yang diperjuangkan belum tentu jadi milik kita, takutnya malah sia-sia," ucap Bu Mirna.

Malika berjalan lesu keluar dari area kantin. Kakinya ia seret menuju taman dimana Imel tengah menunggu dirinya untuk membicarakan tugas proyek miliknya. Begitu sampai ditaman kampus, Malika segera duduk disamping Imel. Meneguk air minum miliknya sembari menarik ingusnya kedalam.

"Kenapa lagi?" tanya Imel.

"Sakit hati."

"Sudahlah tak payah kau kejar lelaki macem dia. Banyak loh laki-laki yang lebih keren dari dia. Sudah, jangan nangis, ntar hilang cantik mu ini," ujar Imel mencoba menghibur Malika.

"Masa kisah cinta abang gue gagal, kisah cinta gue juga gagal Mel," ucap Malika sendu.

"Bukan gagal bodoh! Cuma belum ketemu yang pas aja. Udah lah santai aja kayak gue, mending lo kelarin dulu kuliah lo," ucap Imel menyerahkan tisu pada Malika.

"Allah itu lebih tau mana yang terbaik buat lo Mal. Mungkin lo sama Athallah emang ngga berjodoh, makanya Allah buat kalian ngga bisa menyatu. Sudah positif thinking aja sama Allah. Paling kalau ngga sama Athallah, lo bisa dapat yang spek Habib," ucap Imel menyemangati.

"Gue minta somay lo dong," ucap Malika yang membuat Imel menatapnya lelah, sudah diberi nasihat panjang-panjang, tapi malah minta somay.

"Na ambil saja punya ku, kau makan semuanya. Tak usah ditambah kecap kau kan sudah manis. habiskan saja," ucap Imel memberikan somay miliknya pada Malika.

Malika si Kecap AsinDonde viven las historias. Descúbrelo ahora