Membongkar

17.9K 1.7K 31
                                    


"Aku ingat sekarang, hanya kamu tempat aku memancarkan semuanya, semua pelangi ku. Tapi itu hanya saat aku Berada di dunia kebohongan. Bukan di dunia nyata." -Prilly Lanabie

***

#AuthorPOV

Ali sudah mengunjungi segala tempat, rumah Prilly, dan juga rumah ketiga sahabat gadis itu. Tapi nihil, Prilly sama sekali tidak ada di tempat yang ia kunjungi.

ia bingung sekarang. bagaimana caranya menemukan gadis yang ia cintai itu. Ya, sekarang Ali sudah sadar. ia sangat mencintai Prilly, gadis pelanginnya.

ia sadar, bahwa mencintai itu dalam arti nyaman dan bahagia ketika berada di dekat siapapun itu. Dan hanya Prilly orang yang bisa membuat hatinya bedebar, dorongan untuk melindungi gadis itu, memperhatikannya setiap saat, atau hal yang kecil, memberinya perhatian tanpa gadis itu sadari.

Ali memejam kan matanya, kenangan bersama gadis itu, Prilly Lanabie. berputar-putar di otaknnya. Saat mereka pertama kali bertemu di kelas ali. ia merasa mata teduh itu seakan memancarkan kerinduan yang tak pernah berhenti.

Lalu pertemuan keduanya saat diperpustakaan, saat gadis itu berdiri di pinggir balkon dengan tangan yang berusaha mencapai rintik-rintik hujan. saat ia melihat gadis itu tertunduk lesu di taman favoritnya dengan luka lembab di pinggir bibirnya, dan mereka hampir berciuman. Rasanya Ali ingin mengulang waktu sejauh-jauhnya..

"argh..." ali menutup matanya rapat-rapat saat sebuah pikiran terlintas di otaknya. ia melihat bayangan seorang gadis berpakaian serba putih yang sering datang ke mimpinya setiap Hujan turun. lalu kepalanya mulai terasa nyeri saat ia mengingat sebuah memori. ia seperti mendengar suara teriakan-teriakan bayak orang yang meminta tolong. Kemudian, lelaki itu merasakan sakit dibagian lengan kirinya.

"argh!!" pekiknya.

ali mengatur nafasnya. lelaki itu menyandarkan kembali kepalanya di sebuah Rumah Kayu. ia mulai membuka kaus yang ia kenakan dan menatap lengan kirinya. kata Bundanya, goresan merah di lengan kirinya adalah sebuah tanda lahir. tapi Ali selalu mengira goresan merah itu adalah sebuah bekas luka kecelakaan.

Tetapi, Farah tak pernah tahu kejadian apa saja yang menimpa anak lelakinya itu, dikarenakan, Dulu hak asuh ali berada di tangan Zero, Ayahnya itu.

nafas lelaki itu mulai teratur. Ia bingung dengan kehidupannya yang penuh dengan awan gelap. tetapi, selama ini.. hanya satu orang yang bisa membuat hidupnya terasa berwarna walau hanya sedetik saja. Ya, dia hanyalah Prilly.

Ali merasakan ketenangan seperti saat ia dipeluk oleh bundannya saat bersama Prilly. ia juga merasakan kenyamanan yang tiada berhenti saat Prilly tersenyum untuknnya. bahkan hal kecil yang gadis itu lakukan terasa sangat berarti untuk Ali. sangat berarti.

***

Entah kenapa, Gadis mungil itu berhenti disebuah Rumah mewah yang tak dikenalinya. Tapi Prilly berusaha mengingat pernahkah ia mengunjungi Rumah ini. kemudian, gadis itu membuka matanya dan ia mengigat siapa pemilik Rumah ini. ini adalah Rumah Ali. yang ia ingat ini adalah Rumah Ali. gadis itu melangkah masuk dan mencoba mengetuk pintu rumah yang sangat mewah.

tok...tok..tok..

"siapa ya?" tanya seorang wanita paruh baya. wajahnya tua, sepertinya pembantu rumah ini.

"assalamualaikum, saya Prilly bik." ujar Prilly sopan. wanita tua didepannya tersenyum dan membalas salam gadis cantik didepannya.

"ada apa non kesini? mencari Pak Zero?" Prilly mengerutkan dahi-nya bingung. Zero? siapa Zero?

"Bukan, bik. Saya cuman memastikan saja.. Apa ini benar rumah Ali?" Tanya Prilly dengan wajah tegangnya. Wanita paruh baya dihadapannya itu mengerutkan dahi bingung. Lalu sedetik kemudian ia mulai mengigat sesuatu.

"Oh, bukan non. Saya pernah dengar sih nama lelaki yang non sebut, kalau tidak salah dia itu anak nya Pak Zero, non." Ujar Pembantu itu.

"Tapi Lelaki itu gak tinggal disini, ini mah rumahnya Den Romeo, Nyonya Salsa istrinya Pak Zero." Ujar Pembantu itu sambil memberi informasi yang membuat Prilly membulatkan matanya tak percaya.

Jadi, ayah ali menikah lagi?

"Oh begitu bik. Terimakasi ya bik, saya pamit dulu." Ujar Prilly. Pembantu itu tersenyum ramah lalu menutup pintu. sedangkan Prilly. Ia berusaha semampu nya untuk mengigat siapa ali sebenarnya.

Mungkin ingatan nya memang semuanya kembali. Tetapi tidak mungkin Prilly ingat semua kenangan semasa kecilnya dan itu tidak ada dalam kemampuan seorang anak kecil.

"Siapa sebenarnya kamu li?" Ujarnya lirih.

Prilly berjalan tanpa arah. Kakinya sudah cukup lelah untuk berjalan. Kepalanya terasa nyeri. Lagi-lagi gadis itu tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ia salah, ia hanya menjadi pelangi saat bersama ali. Saat ali tak ada disampingnya, ia juga rapuh. Rasa sakit yang selama ini ia tak pernah rasakan. Dalam dunia ketidaktahuan-nya. Dalam keadaan lupa dengan segala hal, ia merasa dunianya bahagia. Tetapi, saat ia tahu semua kebenarannya, ia merasa dunianya berbalik 180 derajat.

Langkah gadis itu terhenti saat ia melihat seorang Wanita Paruh baya yang sepertinya ia kenal sedang berjalan dengan tergesa-gesa. Tunggu...

Itu, Ibu Ranti? Pemilik Panti asuhan Dandileon? Panti asuhan yang terasa hangat dan terasa sangat berarti untuk Prilly. "Ibu Ranti..." Lirih nya hampir tak terdengar. Prilly menghapus air matanya lalu berjalan mengikuti langkah Ranti.

***

Ali, lelaki itu entah kenapa Hatinya menyuruh untuk melangkah menuju rumah Ayahnya, Zero. Rasanya seperti ada magnet yang menarik lelaki itu untuk segera bertanya pada Sang Ayah tentang semuanya. Walau ia tidak tau apa hubungan Ayahnya dengan semua masalah dibalik hidupnya.

Tapi mungkin ia bisa bertanya sendiri tentang kecelakaan 4 tahun lalu yang disebut Bundanya.

***

"Apa Kabar, Zero?" Teriak Ranti dengan lantang. Ia menatap tubuh kekar tinggi Zero yang berdiri membelakanginya. Tubuh itu berbalik dengan cepat.

Kedua mata mereka bertemu. Mata Zero membelak melihat Ranti berdiri beberapa meter dari tempat ia berdiri. "Oh rupanya kamu, Ranti." Ujar Zero licik.

"Ya memang aku Zero, aku sudah bilang kan? Aku akan kembali. sudah cukup Zero semua permainan kamu selama ini. Apa kamu tidak sadar akan kesalahan kamu?!" Pekik Ranti Pelan. Zero mengankat kedua bibirnya membentuk senyuman liciknya.

"Aku tau Ranti kamu akan kembali. Tapi percuma... Kamu tidak ada bukti dalam Kesalahan ku. Mundurlah sebelum kau bernasib sama seperti mereka."

"Kamu memang benar-benar iblis zero! Kamu tidak sadar?! Saat itu KECELAKAAN ITU MELIBATKAN ANAK MU SENDIRI!" Pekik Ranti.

"Anakku? Ya memang dia anakku. Tapi dia sama sekali tidak berarti untukku, Ranti." Ujar lelaki berjas itu sambil mendekat ke arah Wanita paruh baya yang menatap nya tak Percaya.

"Apa anda bilang ZERO? Ali tidak berarti untuk anda?! Lalu bagaimana dengan Farah? Kenapa anda tidak pernah menghargainya?! Manusia macam apa anda?" Ujar Ranti memburu. Selama ini wanita itu dengan tekun dan sabar penuh kasih sayang mau merawat Ali Dan Prilly, tetapi dengan gampang Zero menghancurkan semuanya.

"Ranti, Ranti mengapa kamu masih sama bodohnya seperti dulu? Percuma kamu berbicara seperti ini. Tidak akan ada yang peduli apalagi ini semua percuma tidak akan membuah kan apa-apa hahaha." Ujar Zero licik.

"Zero, kamu salah besar! Anak KARINA DAN GUNTUR MASIH HIDUP!" Teriak Ranti lantang. Rahang Zero mengeras. Tidak mungkin.

"Apa maksud semua ini?!" Pekik seorang gadis dengan tangisnya yang mulai terdengar pilu. Ia berdiri dengan wajah penuh kebingunganya, matanya sembab. Tubuhnya bergetar.

"Prilly..?" Ujar Ranti tak percaya. Ia menatap sendu gadis dihadapannya.

Mungkih ini akhir dari semuanya, Zero.

***

HAAAI nih aku update nyaaa udah cepet kan wkwk.
Gimana kepo setengah mati ngga? Aku yg nulis aja gregetan loh ahahaha😆

Besok aku update lagi beneran janji! Makanya vote yang banyak sm comment saran ya! ❤️ terimakasi banyak readers RainbowLove selama ini heheheh love! 💕

Rainbow LoveWhere stories live. Discover now