𝟏. 𝐓𝐮𝐥𝐢 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐫𝐭𝐢 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐡𝐚𝐭𝐢.

432 77 21
                                    

𝟏

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𝟏. 𝐓𝐮𝐥𝐢 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐫𝐭𝐢 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐡𝐚𝐭𝐢.

Happy reading!

Aksa tak pernah memilih jalan hidupnya untuk menjadi seseorang yang tidak sempurna. Aksa tak pernah ingin hidup dikelilingi cacian dan makian. Tak pernah juga dia bayangkan bahwa di sini, detik ini, di dalam sebuah gudang belakang sekolah, Aksa harus kembali bertarung di medan perang. Melawan mereka yang merasa paling sempurna.

Tubuhnya diseret dengan kasar oleh 3 orang siswa yang bahkan merupakan teman sekelasnya. Aksa meraung, berusaha memberontak agar terlepas dari belenggu kekejaman mereka yang tak punya hati.

Gagal. Aksa gagal lagi untuk melindungi dirinya sendiri. Menjerit keras ketika salah satu dari mereka menjambak rambut Aksa dengan keras hingga sang empu mendongak ke atas. Itu Dio, yang selama ini selalu mengusik kehidupan Aksa hanya karena satu alasan jelas. Yaitu, Aksa yang cacat.

“Berkali-kali gue bilang sama lo, Sa. Kalau sekiranya cacat, gak usah banyak tingkah!” Katanya dengan tegas. Kaki kiri menginjak jari-jari tangan Aksa yang berada di lantai dingin membuat Aksa kembali meringis nyeri.

“Lo— Lo kenapa terus ganggu gue?” Tanya Aksa dengan gemetar, namun dalam tatapan matanya, terdapat keberanian untuk melawan.

“Gak usah banyak tanya ya tuli! Kehadiran lo di SMA ini cuma untuk bahan mainan. Ibarat boneka yang cacat dan cuma dijadiin bahan percobaan, Lo juga sama! Manusia cacat yang cuma dijadiin samsak buat gue!”

Menyakitkan. Aksa tak pernah paham kenapa ada orang yang begitu keji. Aksa hanya ingin hidup lebih lama, bertahan hidup layaknya sebuah papan rapuh di tengah laut, Aksa hanya ingin hidup.

“Gak usah nunjukin muka jijik Lo itu, Aksa! Satu dunia gak akan ada yang peduli sama ciptaan Tuhan yang gagal!”

“GUE BUKAN CIPTAAN NYA YANG GAGAL!!”

Sebuah pukulan keras mendarat tepat di dada Aksa setelah pemuda itu berteriak menyuarakan frustasinya. Dio, seolah gak puas hanya memukul dada Aksa, dia menendang tangan pemuda itu dengan keras sebelum akhirnya meninggalkan Aksa yang terduduk lemas.

Seburuk apapun Aksa, dia terlahir juga tanpa dosa.

⋆⭒˚.⋆

Di kamar tidur yang redup itu, Aksa menatap pantulan dirinya di hadapan cermin. Melihat beberapa lebam di area dadanya dan lengan, sisa-sisa dari pertarungan yang tak pernah ia pilih.

Aksa menatap dengan penuh keheningan, mencermati setiap detail yang terpantul di cermin. Matanya bergerak dari ujung rambut yang kusut hingga ujung jari yang kasar. Dia merasakan getaran yang tak terucapkan dari tubuhnya sendiri, seakan-akan setiap goresan itu menceritakan kisah yang tak pernah dia inginkan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aksa, Sunyi dan Ramai.Where stories live. Discover now