Hanya masa lalu?

63 30 17
                                    


"Benarkah masa lalu akan jadi
pemenangnya?"

-Alleya Jennaira Jasmine-

-Alleya Jennaira Jasmine-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


🦋🦋🦋

Alleya terkejut bukan main, ketika ucapannya melalui telepon kaleng itu mendapat balasan dari orang yang ia harapkan, dirinya tersipu malu setelah mendengar balasan dari Baraa. Sebelumnya Alleya hanya iseng saja berbicara melalui telepon kaleng, namun ternyata Baraa mendengarnya.

Dua pasang netra itu tak sengaja saling bertemu dibarengi dengan sebuah ukiran senyuman yang telah terukir indah pada kedua insan yang telah lama tak berjumpa. Mereka sama-sama tertunduk malu oleh tatapan yang tak sengaja terjadi, rasanya canggung untuk ini setelah sekian lama tak saling bertatap.

"Ee-eumm.... Kak Byan aa-apa kabar?" tanya Alleya canggung.

"Alhamdulilah baik, kalo kamu gimana kabarnya Na?"

Terjadilah sebuah percakapan ringan melalui telepon kaleng itu. Hanya percakapan seputar menanyakan kabar, flashback masa kecil atau bahkan hanya membahas kuliah.

"Kalo main telepon gini tuh kangen masa kecil deh...." tutur Alleya.

"Iya juga ya, mana dulu tuh tiap hari banget, rasanya kalo hari itu gak main telepon kaleng ada yang kurang gitu. Tiap malem atau gak sore itu harus." Baraa menambahkan penuturan Alleya.

"Iyaa ih, pokoknya dulu tuh telepon kaleng ini udah jadi rutinitas wajib setiap hari."

Keduanya sama-sama tertawa setelah mengingat masa kecilnya.

"Jenna ingat gak? Dulu pas aku jalan-jalan ke Jogja 3 hari, kata Mama, kamu nangis ya gara-gara 3 hari itu gak main telepon kaleng?" Baraa tak kuasa menahan tawanya mengingat masa-masa itu.

"Ihhh kok masih inget sih? aku aja lupa lohh. Udah ah malu aku." Alleya menyudahi pembicaraan tentang flashback masa kecil. Ia tak sanggup menahan malu, terlebih jika Baraa mengungkit-ungkit kejadian memalukan lainnya.

"Ouh iya, ngomong-ngomong kak Byan kuliah di Madinah seru gak?"

"Masya Allah seru banget, apalagi setiap pekan selalu pergi ke masjid nabawi terus menikmati senja sambil menghadap ke arah gerbang 338." Baraa sedikit menatap Alleya yang sepertinya tak mengerti.

"Gerbang 338 itu apa? pasti indah banget ya, kak?" tanya Alleya yang belum paham dengan maksud itu.

"Nanti kita sama-sama kesana yaa..."

"Hah kk-kita?"

"Insya Allah Na..."

percakapan itu membuat Alleya kembali memutar masa lalunya. Masa lalu yang menurutnya indah, semua karena terukir sempurna bersama Baraa. Alleya merasa bersyukur bisa lagi sedekat dulu dengan Baraa, meski tak sama.

Alleya dan Dunia Novelnya (TERBIT)Where stories live. Discover now