Bab 1. Hari Ini Akan Menjadi Masa Lalu

40 21 2
                                    


Hallona merasa kebingungan dan ketakutan saat dia menemukan dirinya terjebak di perpustakaan sekolah pada larut malam. Pada saat itulah, suasana hatinya dipenuhi oleh campuran perasaan panik dan kebingungan. Duduk sendirian di meja perpustakaan, dia merasa terkurung dalam kegelapan yang menakutkan, dengan bayangan-bayangan buku-buku di sekelilingnya tampak seperti hantu-hantu yang mengancam.

Suasana gelap gulita di dalam perpustakaan menambah kekhawatiran Hallona. Dia merasa hampir kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Tangisannya mulai terdengar, dan air matanya mulai mengalir di pipi yang pucat. Keheningan di ruangan itu hanya memperkuat perasaan kesepian dan takutnya.

Tiba-tiba, lampu di ruangan mulai redup, meninggalkan Hallona dalam kegelapan yang semakin dalam. Ini menambah kepanikannya, membuatnya merasakan keputusasaan yang mendalam. Dia merasa terjebak dalam mimpi buruk yang nyata.

Namun, di tengah kegelapan itu, ada cahaya kecil yang tiba-tiba muncul dari sudut ruangan. Cahaya itu seperti satu-satunya harapan yang tersisa bagi Hallona di saat-saat yang gelap ini. Namun, ketakutannya masih begitu besar sehingga dia takut mendekati cahaya itu sendiri.

Ketika sesorang  muncul, pertemuan mereka tidak hanya memberikan cahaya fisik bagi Hallona tetapi juga cahaya harapan dan kenyamanan. hallona tak menyangka jika orang itu adalah emerald teman satu kelas dengannya. 

"dengan suara gemetar hallona memanggil " Emeral? 

emeral melihat gadis di depannya ketakutan, "Apa yang kau lakukan di sini?

jujur saja hallona jarang mendengar suara emerald kecuali saat persentasi atau memang di perlukan berbicara  baru ia mengeluarkan suaranya selebihnya ia hanya diam di dalam kelas, jadi wajar saja saat seperti inipun ia merasakan speechles mendengar suaranya emerald 

 gue... gue ketiduran. ucapan spontan yang melintas dari mulutnya, 

emerald menggunakan blitz hp miliknya mengarah mencari jalan untuk mereka keluar, saat ia melangkah emerlad merasakan bagian bajunya di tarik,  lantas menoleh kebelakang melihat, wanita yang dibelakangnya meski gelap ia melihat kilat ketakutan hallona.

gue... gue bener-bener  takut, Emeral" hallona melepaskan tarikannya, mata hallona menatap laki-laki di depannya dengan harapan " bantuin gue keluar, please? hallona memohon bantuan, karena ia sungguh takut dalam gelap. "jujur gue ga tau gimana cara keluar dari sini!!"





emerald yang mendengarpun tetap tanpa ekspresi hanya "Hm." 

dengan kesal karena seperti diabaika hallona menarik kembali baju emerald,"Mulut lo terkunci sampai ga mengeluarkan satu katapun?gue di sini takut setegah mati dan lo hanya bisa mengatakan 'Hm'? Ini tidak membantu sama sekali!"

Emeral (tanpa ekspresi) "Hm."

Hallona  menghela nafas frustasi "Baiklah, gue bisa  mengatasinya sendiri. gue ga butuh bantuan lo!"

Hallona berjalan pergi dengan langkah cepat, meninggalkan Emeral yang masih berdiri dengan sikap acuh tak acuh

Namun, sikap dingin Emeral menambah ketegangan dalam situasi yang sudah tegang. Hallona, meskipun merasa lega karena bertemu dengan orang lain, juga merasakan jarak emosional dari Emerald yang membuatnya merasa sendiri di tengah kegelapan yang mengancam.

Hallona meninggalkan Emeral dengan marah, tetapi ketakutan dalam hatinya belum hilang, ia lantas berubah pikiran dan kembali mendekati emeral menyusul langkah kaki menggunakan isntingnta karena penerangan sangat minim, lantas ia tak sengaja menabrak belakang tubuh tinggi  emerald, dan ia menarik ujung baju emerald, 

 Setelah melarikan diri dari kegelapan perpustakaan, Hallona dan Emeral berdiri di luar, merasa lega karena sudah keluar dari situasi menakutkan tersebut. Namun, suasana tegang masih terasa di udara.

 Rindu Terbuku di Pelukis WaktuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora