11. Rencana

3.5K 157 2
                                    

Cahaya matahari memaksa masuk ke dalam celah jendela, dua anak adam yang tengah tidur dan asik berpelukan. Cahaya matahari mengganggu tidur Narael, ia menyipitkan matanya hang masih terpejam, dengan perlahan matanya membuka.

Narael menatap sang kekasih—Jema yang masih tertidur, sembari memeluknya. Narael masih tidak menyangka Jema akan menjadi kekasihnya, bahkan ia terus merasa ini mimpi.

"Ganteng." Gumam Narael, lalu dengan pelan ia menyentuh pipi Jema, dengan jari telunjuknya, dan menoel-noelnya dengan gemas.

Dengan cepat Jema memegang tangan Narael, Narael tersentak kaget. Perlahan Jema membuka matanya, dan menatap Narael tajam.

"Maaf kak, ke ganggu ya!" Cicit Narael. Jema hanya diam tanpa ada niatan menjawab. Ia malah mendekatkan wajahnya, lalu dengan lembut mengecup bibir Narael. Narael mendapat perilaku seperti itu sontak terkejut, tapi di sisi lain ia juga malu, membuat wajahnya jadi memerah padam.

Jema masih belum melepaskan ciuman mereka, ia malah semakin melumat bibir Narael, dengan cepat Jema mengukung Narael, membuat Narael lagi lagi terkejut. Jema menyeringai di sela sela lumatan mereka, Narael langsung menutup matanya karena ia sangat malu.

Narael merangkulkan tangannya di pundak sang dominan, Jema semakin memperdalam ciuman, membuat hawa seketika berubah menjadi panas. Narael terus mengeluarkan suara suara laknat, yang membuat Jema semakin di landa nafsu.

Kringg~

Bunyi alarm handphone berbunyi dengan nyaring, membuat Jema, dan Narael sadar akan kelakuan mereka. Jema menghela nafas gusar, alarm berbunyi sangat tidak tepat. Dengan cepat ia segera bangun, dan duduk di tepi kasur.

Narael sedikit terkekeh melihat wajah Jema yang berubah masam.

"Kakak mandi duluan sana, sudah jam segini nanti kita telat." Ucap Narael, Jema hanya berdehem, lalu masuk kedalam kamar mandi. Narael tau Jema saat ini pasti sedang menahan nafsunya, tapi mau bagaimana lagi, mereka harus sekolah.

"Aku masuk kelas dulu ya kak." Ujar Narael. Ya, Narael di antar oleh Jema sampai ke depan kelasnya, sebenernya sudah Narael larang tapi Jema tetep kekeh, membuat Narael mau tidak mau, mengiyakan saja.

"Semangat belajarnya, cantik." Narael tersenyum malu malu, lalu mengangguk. Narael pun masuk ke dalam kelas, yang sudah mendapat tatapan menggoda dari Felisa.

"Cie, makin sweet aja nih." Ledek Felisa.

"Apasih, biasa aja kok." Elak Narael, ia malu jika di ledeki seperti itu, dan lagi tadi banyak yang melihat mereka, membuat Narael semakin malu.

"Hilih, salting bilang dek." Cibir Felisa.

"Ih engga tau!!" Kesal Narael, Felisa tertawa, sangat seru menjahili Narael, gemes liatnya.

Bel berbunyi, tanda pelajaran akan segera di mulai. Guru masuk kedalam kelas, sembari membawa murid yang terlihat asing di mata mereka, semua murid tentu menatap anak lelaki yang berada di depan mereka dengan penasaran.

"Eh, itu anak baru yang lu ceritain bukan si?" Tanya salah satu murid perempuan—Dina, Alena pun mengangguk, murid-murid mulai ricuh.

"Anak anak, diam dulu, mari perkenal diri kamu." Ujar sang Guru.

"Perkanalkan nama saya Alfi, pindahan dari SMA 2 Bandung, semoga kita bisa berteman baik." Ujar Alfi, sembari tersenyum manis. Membuat beberapa siswi sedikit teriak histeris, siapa yang tidak histeris Alfi sangat tampan.

"Alfi kamu bisa duduk di bangku yang kosong" Alfi mengangguk, dan ia duduk di bangku kosong yang berada di belakang Narael.

Narael menoleh kebelakang, dengan ramah ia mengenalkan namanya "Halo Alfi salam kenal, aku Narael." Alfi mengangguk, sembari tersenyum.

Pacaran [Bxb] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang