Chapter 16

1.1K 44 0
                                    

Menjuntai indah kalung dengan liontin cantik batu zamrud berwarna hijau tua itu pada leher jenjang sang pemakai. Cantik bertengger dengan warna yang menyatu dengan kulit putih cerahnya.

Valerie menatap dirinya di sebalik cermin, memegang kalung berharga milik satu keluarga yang kini berakhir pada dirinya. Ia tidak menyangka jika pria itu begitu cepat mengutarakan perasaanya.

"Menikahlah denganku."

Demiral memeluknya dari belakang, mencium ceruk leher wanitanya lalu menyimpan wajahnya di sana. Ia menatap lurus ke depan pada tampilannya bersama Valerie dari balik cermin.

Velerie merasakan degup jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, perasaan gugup sekaligus senang bercampur menjadi satu. Tidak pernah ia sangka jika kedekatannya bersama Demiral malah membawanya kepada hubungan yang lebih serius, pun pria itu kini telah melamarnya. Tidak pernah ia sangka juga dirinya akan jatuh cinta kepada paman dari mantan kekasihnya, yang awalnya ia mendekati Demiral hanya ingin membuat Nolan Hugo meraaa cemburu, tapi kenyataanya ia malah benar-benar terjebak ke dalam permainan yang dirinya buat sendiri.

Setelah bersama beberapa kali melewati keadaan mencekam dan hampir membuat nyawa melayang, Demiral yang selalu hadir untuk melindunginya, Demiral yang selalu ada disaat dirinya membutuhkan pertolongan.

"Demiral, i love you."

Kalimat sakral itu lolos dari bibir indahnya, dengan suara bergetar pun tatapan yang berkaca-kaca. Kalimat yang tidak pernah ia katakan bahkan kepada Nolan sekalipun karena dirinya terlalu menjunjung tinggi harga dirinya untuk tidak mengungkapkan rasa cinta lebih awal dari sang pria. Ia selalu menjadi penerima, penerima cinta, penerima pernyataan cinta, penerima perhatian kasih sayang. Tapi kali ini justru bersama pria itu, ia akan menjadi pemberi, memberikan seluruh hati dan cinta kepadanya, kepada pria yang benar-benar sangat ia cintai.

Sementara pria di belakangnya hanya menatap sayu redup bayangan mereka di depan cermin, terdiam tidak membuka suara sama sekali. Ia hanya memandangi wajah Valerie yang malu memerah, mata bulatnya yang penuh dengan air mata serta bibir manisnya yang bergetar. Penampilan yang begitu cantik terlebih lagi saat ia mengatakan jika ia mencintainya.

"Sudah waktunya untuk makan malam." Demiral memberitahu, dan Valerie mengangguk sebagai jawaban.

Kemudian, mereka berdua berjalan bersama saling bergandengan menuju ruang makan yang mana di sana sudah duduk semua anggota keluarga Hugo termasuk Nolan, pria dingin tidak peduli dengan kehadiran dua orang itu di sana ia hanya sibuk memutar gelas panjang berisikan redwine miliknya.

Semua anggota keluarga tersenyum menyapa kehadiran Valerie di tengah-tengah mereka. Bukan kali pertama mereka kedatangan sosok putri dari keluarga Yoxavos itu, di masa lalu saat Valerie masih memiliki hubungan dengan Nolan, dirinya tak segan untuk makan malam bersama mereka. Wanita cantik itu telah menjadi bagian keluarga dari Hugo.

Dia duduk di samping Demiral pun tempat duduknya tepat berhadapan dengan Nolan. Ia mencoba tidak melirik pria itu sebisa mungkin karena terlalu menganggu baginya.

"Dia memakainya," seru Silsila saat melihat kalung indah keluarganya bertengger pada leher jenjang Valerie. Kontan semua pasang mata tertuju ke arahnya.

Valerie tersenyum memegang kalung di lehernya. "Demiral memberikan ini kepadaku, kami juga berencana untuk menikah," katanya disertai senyuman.

Semua orang terkesiap mendengar pernyataannya, termasuk Nolan yang langsung memandangnya begitu tajam. Tidak suka pandangannya mengisyaratkan sebuah ketidaksukaan yang mendalam.

"Kau berhasil meluluhkannya, Valerie. Bahkan seorang pria yang selalu berkutat dengan pekerjaannya memilih untuk menikah sekarang,"

Demiral menggenggam erat tangan Valerie, ia tatap intens sirens eye milik wanitanya."Dia wanita spesial yang mampu membuatku melakukan apa saja untuk mendapatkannya," tuturnya dengan senyuman tipis.

Valerie terkekeh, geli sekaligus malu dengan perkataan Demiral. Ia tidak pernah mendengar kalimat seperti itu keluar dari mulut pria dingin itu.

"Aku mencintaimu," bisik Valerie. Lalu perhatianya kembali pada seluruh anggota keluarga.

Sementara Demiral hanya tersenyum simpul. Bertemu pandangnya dengan Nolan yang menatapnya begitu tajam, lalu sengaja Demiral rangkul bahu Valerie mendekatkan pada tubuhnya seolah ia perlihatkan kepemilikikannya terhadap wanita cantik itu.

******

"Hai, bagaimana kabarmu?"

Valerie berbicara dengan seseorang di telepon, berdiri dirinya di samping taman kediaman keluarga Hugo.

"Aku baik-baik saja di sini. Ayahmu baru saja mendirikan sekolah baru di Milan, dan aku sedikit sibuk mengurusnya."

"Ayahku benar-benar merepotkanmu, right?" Valerie terkekeh, terdengar juga kekehan dari seberang sana.

"Aku menyukai pendidikan dan suasana di sekolah, pergi mengajar dan membuat pelajaran."

"Kau benar-benar rajin, Louis." Valerie memuji disertai kekehannya.

Sudah setengah tahun semenjak pertemuan pertamanya bersama Louis di Roma saat pria itu datang untuk menghadiri pembukaan universitas baru. Sejak saat itu, mereka tidak pernah lupa memberikan kabar satu sama lain, berteman baik dan selalu bercengkrama akrab.

"Jadi kapan kau datang ke Roma?"

"Aku belum memiliki alasan untuk datang ke sana kecuali seseorang memintaku untuk datang."

"Haha. Aku ramal kau akan datang bulan depan."

"Benarkah? Apa kau akan mengundangku datang?"

"Bukan. Bulan depan ulang tahun ayahku, dia akan mengundang semua orang berharga di dalam hidupnya, kurasa kau termasuk ke dalamnya."

Louis terkekeh di sana. "Aku harap beliau benar-benar mengundangku."

"Dia akan mengundangmu." Valerie terdiam sejenak. "Ada satu hal lagi yang ingin kuberitahukan, aku akan menikah."

Hening beberapa saat antara mereka berdua. Valerie yang diam dan tak melanjutkan kalimatnya, begitupun Louis yang diam tanpa suara pun jawaban atas pemberitaan yang disampaikan Valerie padanya.

Valerie tahu akan kesukaan Louis padanya. Perasaan kagum yang berubah menjadi cinta. Perasaan yang didukung langsung oleh kedua orang tua Valerie sendiri.

Dulunya sengaja Alba bawa pria itu ke Roma, mendekatkannya dengan putrinya yang berharga yang saat itu sedang patah hati akibat putus dengan kekasihnya.

Louis yang biasanya hanya mampu mengaggumi Valerie dari gambar yang sering Alba perlihatkan padanya ketika pria paruh baya tersebut membanggakan putri semata wayangnya, dia yang kagum dan menyukai Valerie lantas jatuh cinta pada saat pandangan pertama ketika ia melihat langsung wanita cantik itu nyata dari jarak dekat di kediamannya saat itu.

Alba yang meminta agar ia menghibur putrinya saat itu, yang tak ia pinta pun Louis akan dengan senang hati melakukannya.

Rasa cintanya ini diketahui oleh Valerie saat ia tidak sengaja mendengar seorang mahasiswa yang Louis ajar berteriak ketika Valerie tiba-tiba menelponya dan pria itu sedang mengajar, seorang mahasiswa yang mengatakan jika Valerie adalah wanita yang selalu dosen muda pun tampan itu ceritakan pada akhir jam pelajarannya.

Perasaan kagum Louis pada Valerie tersebar seantero kampus tempat dirinya mengajar. Murid didiknya menjadi saksi bagaimana senyum manisnya berkembang saat ia menceritakan Valerie di depan kelas.

"Selamat untuk pernikahanmu."

"Selamat untuk pernikahanmu."

Pada saat yang bersamaan kalimat tersebut terdengar dari dalam telepon pun dari belakang tempatnya berdiri.

Berbalik perlahan Valerie, terdiam menatap Nolan yang sudah berdiri tepat di hadapannya.

"Selamat untuk pernikahanmu, Valerie." Pria ini mengulangi perkataannya.

"Kudoakan semoga senantiasa kau berbahagia."


*******

Jangan lupa vote🌹🌹

LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang