003

278 52 3
                                    

Kejadian malam itu telah menjadi kenangan yang indah sekaligus menakutkan bagi keduanya, tapi baik Jaemin dan Jisung tidak saling berjauhan.

Keduanya malah semakin dekat. Malah Jaemin semakin perhatian kepada Jisung, lalu Jisung yang mandiri kini sedikit manja pada Jaemin.

"Jaemin~~~" panggil Jisung dengan senyum cerah.

"Iya, sayang ada apa?" Tanya Jaemin, saat ini dia sedang mengerjakan tugas matematika.

Jisung menyenderkan kepalanya di meja Jaemin, memperhatikan wajah Jaemin yang sedang fokus dalam belajar.

"Kenapa Jaemin terlihat tampan?" Gumam Jisung.

Beberapa minggu ini, Jisung merasakan ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Jisung merasa lebih sensitif, suasana hati berubah-ubah secara drastis, indra penciumannya menjadi sangat tajam hingga membuat Jisung kerap kali merasa mual yang anehnya rasa mual itu akan hilang jika berada di dekat Jaemin. Jisung juga sering muntah di pagi hari, belum lagi kepalanya sering mengalami pusing.

"Karena sudah takdirnya," jawab Jaemin dengan senyumnya, dia mencubit hidung Jisung dengan gemas.

Jisung cemberut, dia menatap kesal Jaemin. "Jaemin itu pemuda tampan, cerdas, dan kaya. Jaemin terlalu sempurna, aku takut suatu saat Jaemin akan meninggalkan aku sendirian," terang Jisung.

Jaemin menghela napas, belakangan ini Jisung memang sering memikirkan hal-hal negatif yang tentunya tidak akan pernah terjadi.

"Sayangku, dengarkan aku ya! Aku bukanlah sosok yang sempurna, lalu meskipun banyak masalah yang akan kita hadapi aku akan memastikan bahwa diriku tidak akan pernah meninggalkan dirimu,"

"Bagaimana jika Jaemin menemukan sosok yang lebih sempurna daripada aku?" Tanya Jisung.

"Sesempurna apapun mereka, jika yang aku inginkan hanya kamu kenapa harus menemukan yang lain? Sayangku, ini saja sudah cukup untuk diriku!"

Jisung tersenyum senang, dia mengelus pipi Jaemin dan mengecupnya. Untung saja saat ini adalah jam istirahat sehingga tidak ada seorangpun yang melihat mereka sedang bermesraan seperti itu.

"Jaemin memang sangat tahu apa yang aku butuhkan, hehe!" Jisung terkekeh.

Jaemin mengusap rambut Jisung dengan lembut, dia menyadari segala keanehan yang terjadi pada Jisung. Jika tebakannya maka alasan Jisung mengalami hal-hal aneh karena dia sedang berbadan dua. Jaemin ingin mengecek hal itu, tetapi dia bingung bagaimana caranya membujuk Jisung agar mau pergi ke dokter kandungan.

"Jaemin, aku ingin makan ramen. Tapi sebelum itu temani aku ke rumah sakit ya! Aku ingin mengecek kesehatanku, karena belakangan ini aku sering pusing dan mual, aku takut asam lambungku bermasalah."

Jaemin mengangguk, ini adalah kesempatannya untuk mengetahui bahwa Jisung mengandung atau tidak.

°°°

Jam sekolah telah berakhir, seluruh siswa pasti akan pulang ataupun berkumpul dengan teman-teman mereka. Begitu pula dengan Jaemin dan Jisung yang kini telah pergi dari sekolah menuju restoran ramen.

"Sepertinya kau sangat menyukai ramen ya?" Goda Jaemin.

Setahu Jaemin, Jisung itu paling anti memakan makanan dari luar karena selama ini Jisung harus berhemat jadi pilihan terbaik buat Jisung adalah makan masakan rumah.

"Hehehe, aku sangat ingin makan ramen, Jaemin! Lagipula yang membayarkan Jaemin, jadi aku tidak perlu khawatir," Jisung tersenyum riang.

Biasanya Jisung akan menolak jika Jaemin ingin membeli makanan untuknya dengan alasan Jaemin harus berhemat. Tapi sekarang Jisung malah nampak semangat untuk menghabiskan uangnya.

"Iya! Makanlah sepuas mu sayang, oh iya. Setelah ini ayo kita cek kesehatanmu ke dokter ya? Aku khawatir dengan kondisi dirimu."

Jisung mengangguk, "Iya, tapi setelah makan ramen dan eskrim ya."

Our Mistake Where stories live. Discover now