0,1%

41 10 5
                                    

sebagai orang yang baru menginjak kota Semarang, tentu ada banyak hal yang membuatku sedikit bingung, dari cara mereka berbicara, dari cara mereka tertawa sambil mengucapkan kata-kata yang jelas aku tak mengerti apa artinya. tapi itu adalah hal lucu, aku kagum dengan orang-orang di sini, mereka ramah, beberapa juga ada yang halus.

"halo, nama saya areta, salam kenal semuanya!" sedikit gugup untuk mengucapkan hal itu pada orang baru di kelas ini.

nah, karena sesi ini langsung di buka dengan mata pelajaran bahasa Indonesia— yang aku ketahui guru bahasa Indonesia ini tidak suka bertele-tele, maka aku di persilahkan untuk duduk langsung olehnya.

"hai? aku, alin." rupanya gadis yang akan menjadi teman sebangku-ku hingga satu tahun kedepan ini cukup ramah, aku pikir tak begitu menggubris kehadiranku?

"oh? hai juga, salam kenal yaa!"

~•~

"jancuk, ada anak baru cuk."

samar-samar aku dengar beberapa laki-laki yang sedang duduk di ujung kantin itu terlihat sedang duduk melingkar bak merencanakan sesuatu.

"lah? kok mau dia sekolah disini? gak salah, ta?"

"kui lho cah' e. ayu ngono."

"waduh, iyo' a?"

begitulah kira-kira yang mereka bicarakan, tapi aku belum paham maksud dari obrolan mereka setelahnya.

sepertinya aku harus menguasai bahasa daerah terlebih dulu agar aku bisa mengerti maksud mereka tadi.

oh, ya. kebetulan begitu aku resmi menjadi siswi di sekolah ini, aku sudah punya empat teman, lebih tepatnya ketiganya adalah teman alin, semuanya baik, bahkan memperlakukan aku seperti teman mereka lainnya.

"boleh aku minta diajarin bahasa jawa orang sini?" tanyaku di sela-sela mereka sedang menikmati makanannya.

"eoh? boleh dong, bagus malah, ta! nanti ben aku ya sing ngajari," sahut salah satu teman alin yang namanya elsha.

"gayamu. ndak papa, ta. kalo kamu belum terbiasa sama omongan orang sini, nanti biar di translate kita aja," celetuk ezrell, dia juga bagian dari teman alin yang baik, suka ajak aku buat bicara walaupun kadang aku enggak nyambung dan kurang ngerti.

"uwis, pelan-pelan aja. ntar juga lama kelamaan kamu ngerti, ta. tapi ya kamu jangan kaget ya kalo udah ngerti artinya," kali ini yang menjawab agatha atau yang kerap dipanggil tata, anaknya lucu menurutku, sama seperti azrell dan elsha.

~•~

"opo sih cok, konfas konfes? ngopo? seneng, 'ta, sampean?"

"cangkemu, lho, War!"

keduanya masih bingung berdebat lantaran bingung ingin mengungkapkan rasa cinta yang bagaimana.

"masalah'e kui, cah ora wong kene—"

"wong Londo, ta?" kali ini yang menyahut Gilfi, musuh tapi temannya Arshaka juga. memang sungguh indah pertemanan yang toxic itu.

Arshaka melirik sekilas ke arah temannya itu, siap-siap beri pukulan, mungkin?

"MENENG O, JANCUK!"

yang dikatakan hanya terkekeh, anggaplah sebuah lelucon bagi keduanya.

"jadi gue itu mau—"

kali ini lagi-lagi gilfi menyahut, "alah, segala gue-gue'an lo!"

"pie? udah kelihatan anak jaksel belum?" Arshaka jawab sambil tunjukan cengiran pada temannya.

"jaksel jaksel, semsel adanya," kata gilfi, hal itu sukses buat mereka tertawa bersama.

~•~

areta tunjukkan isi pesan singkatnya dengan seseorang yang bahkan ia sendiri belum tahu seperti apa bentuknya, dan bagaimana orang itu.

baik elsha maupun teman alin yang lain, mereka sama-sama memandang satu sama lain, seolah tak yakin.

"kalian tau?" areta bertanya saat beberapa temanku terlihat bingung setelah melihat isi chat yang aku tunjukkan.

"gak.. gak yakin kalo ini arshaka yang itu," kata alin sambil menyerahkan ponselnya kembali ke areta.

"memang kenapa?"

"nih yaa, taa. setauku arshaka tuh anaknya jarang interaksi sama orang kok, bahkan ke kita aja enggak pernah, ya kan?" kini kedua teman alin yang menyimak ikut mengangguk, lalu alin lanjutkan kembali ucapannya, "bahkan kok aku nggak yakin kalo ini yang ngetik arshaka ya?"

azrell memandang lagi ponsel yang berada di tengah-tengah mereka.

"aku yakin ini arshaka, bahasanya kaku banget?" ungkap azrell setelah coba mengamati lagi isi pesan itu.

"hah? yakin? kok aku enggak ya?" kini justru tata yang seolah juga tak percaya dengan isi pesan itu.

sedangkan alin diam sesaat sebelum ia ikut menjawab,
"ah! aku ngerti. coba rel, cek group band nya januar, kita bisa ngerti ketikannya arshaka dari situ."

baik tata maupun elsha menyetujui ide alin, meskipun areta tak paham bagaimana konsepnya.

"dia anak band?" pertanyaan areta sukses buat semuanya mengangguk.

"iya, ta. dia satu band sama pacarnya azrell, namanya januar, lo coba aja cek ig nya mereka @.ofc_bandelband. mereka sering manggung di cafe buat tambah-tambah hasil uang saku sih, nanti kalo enggak ya buat mereka beli alat band." elsha menjelaskan dan areta hanya mengangguk paham, ternyata memang sepopuler itu anaknya.

"btw, namanya lucu banget, bandelband?"

areta sempat mendengar nama band yang cukup unik ini, dimana-mana nama band itu menarik dan ada unsur seramnya, justru band yang di beri nama Bandel Band ini buat orang-orang jadi salfok.

"iya, ta. emang satu grup band nya aja anak-anak stress, jadi juga mereka ngasal ngasih nama panggung," sahut azrell.

"coba, rel, ceritain tentang bandel band ke dia deh."

mendengar tata ucap demikian areta jadi mengangguk semangat, namanya saja lucu, jadi bagaimana dengan isinya?

"jadi gini, ta—"

tbc

Cerita cinta ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang