Luka Dan Cerita

1.9K 88 2
                                    

"Ada apa?" Tanya Jeano sembari duduk di pangkuan Marka.

"Buka bajumu." Titah Marka.

"Heyy, apa kau gila?!" Kaget Jeano.

"Buka saja apa susahnya." Ucap Marka.

Jeano dengan segere membuka bajunya dan Marka mulai mengobati luka Jeano dengan telaten.

"Sakit?" Tanya Marka sambil mengobati Jeano.

Yang ditanya hanya menggelengkan kepala saja karena sesungguhnya ini tak sebanding dengan kata kata Sarah.

"Sudah, sekarang cepatlah tidur, sudah malam." Ucap Marka.

"Ya ya ya, baiklah." Jeano menurut.

Keesokan harinya berjalan seperti biasa dan tiba pada pukul dimana Jeano dan Sarah akan di tanya mengenai masalah mereka.

"Jeano, wali kamu dimana?" Tanya guru yang bertugas.

Jeano hanya mengedikkan bahunya.

"Alahh palingan juga ga ada yang dateng, dia beban keluarga bu. Ayahnya aja ga pernah kelihatan, sementara ibunya udah jadi singkong." Ucap Sarah.

Subroto selaku ayah dari Sarah pun hanya menatap Jeano dengan tatapan meremehkan.

Sementara yang di tatap sedang memejamkan mata dan berusaha agar tidak kelepasan emosi.

Tiba tiba pintu ruangan itu di dobrak dengan keras. ya, itu adalah Marka.

"Siapa yang anda bilang beban keluarga?" Tanya Marka.

Jeano hanya diam karena sesungguhnya ia malas berdebat dengan orang seperti Sarah.

"P-pak Marka, t-tapi bener kok dia kan emang beban keluarga.." Ucap Sarah.

"A-ada apa ya pak? kenapa bapak datang kemari?" Tanya guru itu sambil menunduk hormat kepada Marka.

"Saya wali Jeano." Singkat Marka.

"H-hah? J-jadi p-pak Marka?" Sarah terkejut.

"Ya, saya suami Jeano." Ucap Marka.

Nikah aja belom, yang bener aja, rugi dong.

"Jadi begini pak, maksud saya mengundang kalian berdua adalah dalam rangka Jeano yang sudah berbuat berlebihan terhadap Sarah." Ucap guru itu.

"Saya ga salah, banyak saksi mata yang lihat. bahkan satu kelas. kalian aja yang buta sampai ga bisa lihat siapa yang salah." Ucap Jeano.

"Siapa yang melihat kejadian itu?" Tanya guru.

"Banyak, mau saya panggilin?" Tanya Jeano.

"Ya, tolong panggilkan ya, nak Jeano." Ucap guru itu.

Jeano langsung bergegas pergi dan membanting pintu itu hingga membuat semua yang berada di dalam ruangan itu kaget kecuali Marka.

Jeano memanggilkan teman teman sohibnya untuk menjadi saksinya, dan juga tak lupa mengundang teman teman Sarah.

Sesampainya di ruangan Jeano masih murka dan akhirnya ia membanting pintu sangat kuat untuk terakhir kalinya.

"Jadi bagaimana kejadiannya?" Tanya guru itu.

"Jadi gini bu." Haikal bercerita.

"Hehh, lo lonte jangan deketin Pak Marka deh. Pak Marka itu punya gue." Sarah.

"Lo denger ga sih jalang?" Sarah.

"Ohh, sekarang jalangnya udah jadi bisu ya? bisu gara gara di sumpelin barang orang? iya?" Sarah.

Marano (Marka & Jeano)Where stories live. Discover now